Sentimen
Positif (98%)
25 Jul 2023 : 00.00
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Al Azhar Indonesia, Populi Center

Kab/Kota: Solo

HEADLINE: Puan Sebut 5 Nama Masuk Radar Bakal Cawapres Ganjar, Siapa Paling Berpeluang?

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: News

25 Jul 2023 : 00.00
HEADLINE: Puan Sebut 5 Nama Masuk Radar Bakal Cawapres Ganjar, Siapa Paling Berpeluang?

Liputan6.com, Jakarta - Tak hadir dalam acara Harlah ke-25 PKB di Solo, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengutus putrinya, Puan Maharani untuk mengikuti agenda yang berlangsung pada Minggu 23 Juli 2023. Dalam acara yang digelar di Stadion Manahan, Puan duduk di barisan depan bersama Prabowo, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, dan Jokowi.

Usai acara, Puan kemudian memberikan keterangan kepada wartawan terkait bakal cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024. Ketua DPP PDIP ini menyebut ada sepuluh nama dan kini telah mengerucut menjadi lima.

Mereka ialah Sandiaga Salahudin Uno, Erick Thohir, Andika Perkasa, Agus Harimurti Yudhoyono, dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

"Dulu ada 10 nama, sekarang sudah mengerucut ke lima nama," ujarnya pada acara puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) Ke-25 PKB di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu 23 Juli 2023.

Menurut dia, PDIP masih mencermati perkembangan soal nama-nama yang masuk radar cawapres Ganjar. Namun, Puan Maharani menekankan bakal cawapres Ganjar harus memiliki kesamaan visi dan misi.

Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago, penentuan cawapres Ganjar Pranowo merupakan kewenangan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dalam menentukan posisi tersebut, ada sejumlah persyaratan yang harus dikantongi kandidat.

"Nama nama itu kembali ada di kantong Bu Megawati, karena memang otoritas penuh ada di Bu Megawati ya. Siapa yang akan dipilih. Tentu saja mengantongi modal elektabilitas, itu penting, dan juga menjadi pertimbangan selain modal yang kira-kira mampu membantu elektabilitas Ganjar, di mana titik kelemahannya," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (24/7/2023).

Dia menilai semua nama yang tersebut memiliki peluang untuk menjadi pendamping Ganjar Pranowo. Hal ini lantaran lima sosok itu memiliki modal elektabilitas yang cukup baik.

"Semuanya sama sama berpeluang, dinamikanya masih terasa, dari segi elektabilitas kan mereka juga punya modal. Tentu saja ada pertimbangan pertimbangan dari Bu Megawati siapa yang akan menggandeng cawapres untuk Pak Ganjar. Setahu saya pertimbangannya ialah pembiayaan tentunya kan," ujar dia.

"Pertimbangan latar belakang, background pengusaha, ekonom, ulama, terus yang bisa membawa kemenangan di Pilpres," ucap dia.

Ganjar Pranowo sebelumnya berharap sosok cawapres yang akan mendampinginya di Pilpres 2024 berasal dari kalangan ekonom. Karena menurutnya cawapres yang menguasai ekonomi dan memiliki rekam jejak bisnis akan sangat membantu. Namun, jika tak memenuhi syarat itu, dia ingin cawapresnya bisa memahami satu isu atau nilai.

Terkait hal ini, apakah hal tersebut menjadi kode keras untuk Erick Thohir? Bagi Pangi, hal itu belum tentu. Sebab antara ekonom dengan pengusaha memiliki kriteria yang berbeda.

"Nggak usah GR juga ET-nya, karena dia ekonom atau pengusaha, ekonom pengusaha itu beda. Kalau ekonom orang teruji punya teori punya kemampuan menangani problem problem ekonomi kita, mulai dari hilirasasi sama hulu. Persoalan mikro makro ekonomi, tantangan global masa depan. Tapi biasanya ya mereka punya tim yang kuat. Tidak semua cawapres paham tentang ekonomi, tapi ini kan tantangannya begitu," jelas dia.

Untuk itu, sosok cawapres yang akan mendampingi Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 saat ini masih menjadi rahasia. . Pada ujungnya, penetapan wakil presiden tersebut akan kembali kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Yang lain hanya sebatas mengusulkan tapi pemilik sahamnya itu kan cawapres sangat ditentukan oleh Bu Megawati," ujar dia.

Selain itu, ia melihat PDIP tidak serius menjadikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai kandidat cawapres Ganjar. Menurutnya, masuknya nama AHY hanya sebagai permainan politik untuk menggoyahkan pertahanan Koalisi Perubahan.

"AHY koalisi perubahan tawaran dari PDIP nggak serius, itu hanya untuk jebakan, memancing aja, kalau itu game politic aja permainan politik, hanya mengganggu soliditas, memancing harapan," dia menandaskan.

Pandangan serupa disampaikan Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin. Dia menilai peluang AHY untuk menjadi pendamping Ganjar fifty-fifty. Namun melihat konstruksi politik yang ada, penyebutan nama AHY masuk radar PDIP sebagai bagian dari strategi untuk memecah bangunan Koalisi Perubahan.

"Penyebutan nama AHY hanya gimmick saja untuk memecah belah koalisi perubahan, karena kita tahu AHY pun tidak kunjung disebut atau dicawapreskan Anies hingga saat ini. Sehingga hal itu dimanfaatkan oleh PDIP, oleh Mba Puan untuk menarik-naik AHY jadi cawapres Ganjar," kata Ujang kepada Liputan6.com, Senin (24/7/2023).

Ujang menjelaskan, kalau melihat secara politik, bagaimana pun tidak ada celahnya memberikan tempat kepada oposisi atau menjadikan AHY sebagai cawapresnya. Tapi dalam politik menyebut lima nama salah satunya AHY, itu menjadi hal yang biasa saja.

"Bukan untuk sungguhan jadi cawapres Ganjar tapi untuk memecah belah Koalisi Perubahan itu. Jadi ya ini ‘ansor’ angin sorga bagi AHY seolah-olah mendukung jadi cawapres tapi tidak akan dilakukan, dan semua politisi paham itu," tegas dia,

Sementara Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar memandang lima nama yang muncul memang berpotensi untuk melengkapi kekurangan Ganjar Pranowo. Nama-nama itu memiliki rekam elektabilitas yang cukup baik. 

"Dan berpotensi untuk menambah elektabilitas (Ganjar Pranowo), kan itu penting dalam konteks Pemilu 2024 yang calonnya misalnya lawan dari Ganjar ini Prabowo punya kekuatan elektabilitas yang bagus, bahkan sampai hari ini dari berbagai lembaga survei itu menempatkan keduanya sama ya, kalau dalam margin error sama, jadi itu tidak terlalu jauh dan tidak ada yang dominan sampai 50%," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (24/7/2023).

Jadi, kata Usep, untuk memilih calon wakil presiden untuk Ganjar Pranowo, PDIP melakukannya dengan sangat hati-hati, terutama yang dipilih pasti bisa melengkapi elektabilitas dari capres tersebut.

Jika berasaskan pada elektabilitas, Usep menjelaskan, ada dua nama yang memiliki elektabilitas cukup moncer dalam sejumlah survei nasional. Keduanya adalah Sandiaga Uno dan Erick Tohir.

"Diantara kelima ya tentu Pak Sandiaga Pak Erick Thohir itu menempati posisi tertinggi ya dalam konteks elektabilitas cawapres, tapi elektabilitas juga tidak cukup. Harus dilihat dari sisi kedaerahan, perwilayahan di mana Ganjar yang masih memerlukan tambahan suara untuk melengkapinya," Usep menjelaskan.

Selanjutnya, jika dilihat dari sisi religius, PDIP sebagai parpol pengusung Ganjar Pranowo dikenal sebagai partai nasionalis. Nilai ini yang masih belum terisi dalam ruang pengusungan pasangan capres. 

"Dari konsistennya Pak Ganjar, PDIP itu kan dari sisi  keagamaan itu masih belum. Misalnya kalau di tradisi nasionalis religius itu kan Pak Ganjar masih di partai-partai yang sifatnya nasionalis," ujar dia.

"Sepertinya memang harus mempertimbangkan nama calon cawapres yang memang punya dukungan dari basis massa religius, misalnya dari Muhammadiyah NU atau yang lainnya dalam hal ini mungkin Cak Imin itu mesti punya maksud juga walaupun sama Pak Prabowo, Cak Imin itu masih kandidat cawapres," imbuhnya.

Poin-poin tersebut yang menjadi pertimbangan PDIP dalam menentukan cawapres untuk Ganjar Pranowo. Namun yang tak kalah penting, kata dia, pertimbangan lain ialah terkait sosok tersebut yang didukung oleh Presiden Jokowi. 

"Saya kira penting juga pasti PDIP melihat siapa yang diendorse oleh Jokowi. Salah satu pertimbangan dalam hal ini misalnya ET itu menjadi calon yang dekat ya karena memang kan kalau kita lihat Pak Jokowi itu tingkat kepuasannya sangat tinggi, 75%-80% ya, dan itu tentu pemilih pemilih Pak Jokowi yang terpengaruh itu juga sangat banyak," ujar dia.

Untuk itu, dia memandang PDIP akan sangat cermat dalam memilih cawapres Ganjar. Dan juga, dia menegaskan, di antara peta dari kelima bakal cawapres itu memang beragam. Saat ini, tergantung dari PDIP yang ingin melengkapinya dari sisi yang mana.  

"Mau melihat mau melengkapi dalam konteks elektabilitas Pak Ganjar. Misalnya Pak Sandiaga yang dulu pernah jadi wapresnya Pak Prabowo waktu 2019, tentu dia juga memiliki pendukung yang banyak di seluruh Indonesia, lalu kemudian juga mempunyai basis religius karena secara partai didukung oleh PPP," terang Usep.

Selain itu, bila ingin menambal kekurangannya dari sisi religius, kata dia, PDIP dapat memilih tokoh-tokoh pemuka agama yang memiliki basis umat yang kuat.

"Cak Imin juga begitu PKB dan NU-nya. lalu kemudian ET ya kekuatan modal dan elektabilitasnya juga didukung Jokowi. AHY misalnya, itu juga punya partai politik walaupun elektabilitasnya tidak terlalu tinggi. Saya kira juga pertimbangan-pertimbangan dari kelima ini," ujar dia.

Usep menerangkan, pilihan-pilihan yang diperlukan tersebut menjadi pertimbangan yang akan diperhitungkan oleh PDIP. Karena jika salah mengkalkulasi, bisa berdampak pada kekalahan dalam pertarungan kontestasi lima tahunan.

"Bisa kalah, soalnya Pak Ganjar nanti kalah sama Pak Prabowo. Karena ya itu tadi saat ini elektabilitas Pak Ganjar dan Pak Prabowo itu sangat dekat. Pertimbangan cawapres itu pasti banyak melihat lawannya juga mengambil yang mana, makanya ini kan alot sampai hari ini belum ada yang kunjung menetapkan siapa cawapresnya," dia menandaskan.

Sentimen: positif (98.8%)