Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: BUMD, Perumda Pasar Pakuan Jaya
Kab/Kota: Bogor
Tokoh Terkait
Selisih Belanja Capai Rp2,7 Miliar, DPRD Beri 50 Catatan untuk APBD Kota Bogor
Ayobogor.com Jenis Media: Regional
AYOBOGOR.COM -- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor beri 50 catatan rekomendasi untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.
Hal ini terkait pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2022.
50 catatan rekomendasi untuk Pemkot Bogor itu hasil dari rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Bogor dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kota Bogor.
Baca Juga: Ternyata Nasi Bakar Cakalang Makanan Favorit Prabowo Subianto, Perut Kenyang dengan Resep Mudah
Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto mengatakan 50 poin catatan rekomendasi DPRD untuk TAPD terkait pelaksanaan APBD 2022 ini dimaksudkan agar pembukuan keuangan, perencanaan pembangunan, dan penyerapan anggaran dapat disempurnakan.
Atang menyebut, terdapat selisih belanja daerah antara yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Bogor dengan hasil LHP BPK. Selisih belanja daerah tersebut mencapai angka Rp2,7 miliar.
"Dari catatan DPRD, total realisasi belanja daerah setelah disesuaikan dengan LHP BPK ada selisih sekitar Rp2,7 miliar dari postur PP-APBD yang disampaikan Pemkot. Kami di DPRD mengasumsikan adanya kerugian negara yang perlu dibayarkan kembali ke kas daerah," ucap Atang, Kamis (20/7/2023).
Baca Juga: Goodbye Gambar Burik! Cek Tips Update Status WhatsApp dengan Kualitas HD, Begini Langkahnya
Namun, lanjut Atang terdapat kesepakatan antara DPRD Kota Bogor dengan TAPD Kota Bogor terkait enam kesimpulan hasil rapat.
Kesimpulan pertama, dari sisi pendapatan, pemerintah Kota Bogor agar serius terencana terukur dalam menindaklanjuti pembayaran piutang daerah yang nilainya ratusan milyar.
Kedua, dari sisi pendapatan, Pemkot Bogor agar serius melakukan evaluasi terhadap besaran deviden yang disetor oleh BUMD.
Baca Juga: Puan Maharani Beri Respon Soal Pertemuan Prabowo Subianto dengan Budiman Sudjatmiko, Seperti Apa?
Pemkot melakukan langkah-langkah agar BUMD bisa memberikan deviden secara proporsional sesuai dengan PMP yang selama ini sudah diserahkan oleh Pemerintah Kota Bogor.
"Sebagai contoh, khusus Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ), harus meningkatkan deviden secara signifikan mengingat PMP yang telah diberikan nilainya ratusan miliar. Deviden ini sangat jauh dari angka logis dari total laba yang seharusnya dimiliki BUMD dengan aset pasar yang banyak dan strategis," kata Atang.
Ketiga, ia meminta Pemerintah Kota Bogor agar bekerja secara serius dan maksimal dalam melaksanakan program dan pekerjaan yang bersumber dari DAU dan DAK, sehingga serapannya dapat optimal menggerakkan roda ekonomi pembangunan.
Baca Juga: Cuma 6 Menit dari Tol Bogor Jajanan Steak Goreng Unik dengan Berbagai Rasa, Udah Nyoba?
"Karena kalau kita lihat catatannya tadi, yang tidak terserap mencapai 27 miliar. Sangat disayangkan kalau itu terjadi karena masalah serapan anggaran," ujar Atang.
Keempat, perencanaan belanja pegawai agar dilakukan lebih cermat agar anggaran dapat dioptimalkan untuk belanja kepentingan yang lain.
Kelima, selisih silpa PP-APBD 2022 dengan SILPA apbd 2023 yang tercatat lebih dari Rp100 miliar agar menjadi perhatian dari pemerintah kota agar melakukan penyesuaian sebagaimana regulasi yang berlaku.
"Kami mengingatkan bahwa perubahan anggaran hanya dapat dilakukan melalui mekanisme pembahasan perubahan APBD 2023," ujar Atang.
"Kami mewanti-wanti kepada Pemkot Bogor supaya tidak melakukan perubahan anggaran sebelum ada mekanisme pembahasan perubahan APBD 2023. Karena merubah anggaran tidak diperbolehkan melalui mekanisme selain pembahasan perubahan APBD 2023,” sambungnya.
Keenam, Pemkot Bogor harus segera mengeluarkan SOP tentang penanganan dana BTT terutama untuk pemanfaatan dana tanggap bencana dan tanggap darurat agar masyarakat yang terkena bencana dapat segera tertangani.
"Lemahnya serapan ini bisa dilihat dari masih banyaknya masyarakat kota bogor yang terkena bencana dan masalah di tahun 2022, namun sampai hari ini tidak tertangani dengan baik, sedangkan di sisi lain dana BTT hanya terserap sebesar 36 persen," pungkas Atang.
Sentimen: positif (88.8%)