Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Mogadishu, Moskow
Kasus: Teroris
Partai Terkait
Tokoh Terkait
"Kiamat Makanan" Gegara Rusia Makin Ngeri, Pelabuhan Dibom
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Rusia mengeluarkan peringatan kembali atas potensi “kiamat makanan” di muka bumi. Ini terkait masa depan ekspor biji-bijian Ukraina, yang berkontribusi besar pada pangan dunia, melalui Laut Hitam. Pernyataan baru keluar setelah Kremlin menolak memperpanjang perjanjian kunci yang memungkinkan perjalanan yang aman untuk kapal kargo dari pelabuhan Ukraina, Black Sea Grain Initiatives (Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam). Risiko, tegas Rusia, akan muncul di jalur transportasi pangan itu.
Komentar tersebut muncul beberapa jam setelah Ukraina mengatakan Rusia menyerang fasilitas di pelabuhan selatan Odesa. Padahal pelabuhan itu menjadi salah satu pusat transit utama untuk ekspor pangan di bawah Black Sea Grain Initiatives yang ditandatangani bersama Moskow dan Kyiv dengan PBB dan Turki.
“Tanpa keamanan yang memadai, risiko tertentu muncul di sini (di Laut Hitam),” ancam juru bicara Kremlin Dmitry Peskov Selasa, dikutip AFP Rabu (19/7/2023). “Jika pengaturan baru untuk mengizinkan ekspor diresmikan tanpa Rusia, maka risiko ini harus diperhitungkan”, katanya.
Rusia telah melakukan serangan ke Ukraina sejak Februari 2022. Invasi Moskow tahun lalu membuat pelabuhan Laut Hitam Ukraina diblokir oleh kapal perang. Ini membuat harga pangan menyentuh rekor yang belum pernah terjadi. Kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki serta ditandatangani pada Juli 2022 akhirnya dibuat dan memungkinkan pengiriman biji-bijian penting dimulai kembali. Namun, sejak Juni, Kremlin mengatakan pihaknya akan keluar dari kesepakatan. Tak terealisasi isi perjanjian, di mana ekspor makanan dan pupuk Rusia tetap tak bisa dilakukan dan terbebas dari sanksi barat menjadi penyebab.
Black Sea Grain Initiatives memang seharusnya diperpanjang 17 Juli lalu. Namun Rusia mengatakan tak akan melakukannya lagi. Hal sama juga dikatakan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. Kepada timpalannya dari Turki, Menlu Hakan Fidan, ia menyebut bahwa keputusan untuk keluar dari kesepakatan itu juga berarti Rusia akan mencabut jaminan navigasi yang aman untuk kapal kargo di Laut Hitam.
Pelabuhan Odesa DibomDi sisi lain, Rusia sendiri menyebut menyerang Odesa sebagai aksi balas dendam atas serangan Ukraina sehari sebelumnya di jembatan Krimea. Jembatan itu menjadi arteri transit utama yang menghubungkan daratan Rusia ke semenanjung yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014. “Jembatan itu menjadi sasaran menggunakan drone lintas laut oleh angkatan laut Kyiv dan dinas keamanan SBU,” kata seorang sumber kepada AFP.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah menyerang balik fasilitas di mana tindakan teroris melawan Moskow telah disiapkan dengan menggunakan drone. Militer Kyiv sendiri mengonfirmasi serangan dengan menyebut telah menghancurkan enam rudal Kalibr dan 21 drone buatan Iran yang ditargetkan di wilayah Odes Messi fasilitas pelabuhan rusak dalam serangan semalam.
“Sayangnya, puing-puing rudal yang jatuh dan gelombang ledakan merusak fasilitas infrastruktur pelabuhan dan beberapa rumah pribadi,” kata komando militer selatan Ukraina dalam sebuah pernyataan. Wilayah Odesa adalah rumah bagi terminal maritim yang menjadi pusat kesepakatan ekspor antara Moskow dan Kyiv yang memungkinkan pengiriman lebih dari 32 juta ton biji-bijian Ukraina selama setahun terakhir.
Efek Ngeri Sudah TerasaSementara itu, tak dilanjutkannya Black Sea Grain Initiatives sudah membuat kenaikan harga pangan global. Harga gandum, jagung, dan kedelai semuanya naik di tengah berita tersebut. Perlu diketahui, ketiganya adalah eskpor unggulan Ukraina yang mendominasi dunia. Gandum berjangka melonjak 3% Senin, mencapai level tertinggi 689,25 sen per gantang, level tertinggi sejak 28 Juni ketika kontrak diperdagangkan setinggi 706,25 sen.
Jagung berjangka melonjak hingga setinggi 526,5 sen per gantang. Sementara kedelai berjangka naik ke level 1.388,75 sen per gantang. Seorang spesialis dalam perdagangan global di University of St. Gallen, Simon J. Evenett, mengatakan bahwa penarikan Rusia mencerminkan “coup de grace”. Ini kata dia, menjadi klimaks dari situasi yang memburuk.
“Hilangnya Kesepakatan Laut Hitam merupakan pukulan bagi negara-negara yang mencari gandum Ukraina yang lebih murah. Selama ini tidak memicu banyak larangan ekspor, matinya kesepakatan itu (menjadi) gangguan kecil,” kata Evenett melalui email dikutip CNBC Internasional. “Ke depan yang penting adalah apakah Rusia mempersenjatai ekspor gandum. Selama siklus panen terakhir dan saat ini, Rusia adalah pemasok terbesar dunia, mengekspor sekitar 45 juta metrik ton,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Kedaruratan Afrika Timur di Komite Penyelamatan Internasional (IRC), Shashwat Saraf, mengatakan dampaknya akan sangat besar di Somalia, Ethiopia dan Kenya, yang telah menghadapi kekeringan terburuk dalam beberapa dekade. “Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan,” kata Halima Hussein, seorang ibu dari lima anak yang tinggal di kamp di ibu kota Somalia, Mogadishu.
Sentimen: negatif (100%)