Sentimen
Positif (100%)
20 Jul 2023 : 13.29
Informasi Tambahan

Agama: Katolik

Brand/Merek: Hyundai, Genesis, KIA

Kab/Kota: Seoul

Kasus: covid-19, Kemacetan

Tokoh Terkait

Hyundai dan Masa Depan Transportasi Kita: Antara Baterai dan Hidrogen

20 Jul 2023 : 13.29 Views 8

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Hyundai dan Masa Depan Transportasi Kita: Antara Baterai dan Hidrogen

PIKIRAN RAKYAT – Tiga puluh orang yang terdiri atas pewarta dan key opinion leader diterbangkan dari Indonesia ke Korea Selatan pada pertengahan Juli 2023. Mereka berangkat memenuhi undangan Hyundai Motor Company di Seoul.

Dalam detail perjalanan, tertulis bahwa rombongan mengunjungi sejumlah fasilitas kelas wahid milik Hyundai dalam beberapa hari. Lokasi yang dikunjungi di antaranya markas besar, pusat riset dan pengembangan, driving experience center, serta wahana pamer Hyundai Motorstudio.

Maka, pemberitaan dan konten digital tentang kunjungan itu berhamburan dan sangat mudah ditemui di media-media arus utama di Indonesia. Mengambil sudut pandang lain, laporan ini tidak menceritakan perjalanannya. Kami mencoba berbagi bocoran infromasi langsung dari para petinggi Hyundai Motor Company, termasuk sejumlah teknologi terbarunya yang menyoal kendaraan masa depan.

Pembahasan tentang berkendara di masa depan erat kaitannya dengan sumber energi alternatif. Dari segunung informasi yang diserap dari balik dinding markas Hyundai Motor Company, banyak di antaranya terasa begitu melangit dengan situasi di Indonesia. Agar tetap membumi, kami coba menjahitnya dengan pendapat pakar di dalam negeri terutama mengenai kesiapan kita lepas dari kecanduan minyak bumi.

Laporan ini ditulis panjang dan butuh waktu sekira 15 menit untuk membacanya. Kepada pembaca yang bijak lagi bestari, selamat membaca.

***

Hidrogen, transportasi udara personal, dan kendaraan otonom

Selama 50 tahun terakhir, Hyundai Motor Company berusaha keras menjadi pemimpin global di sejumlah bidang seperti baja, konstruksi, dan jasa.

Didirikan pada 1967, Hyundai adalah jenama otomotif global yang kini punya lebih dari 120.000 karyawan. Pabriknya tersebar di 9 negara. Hyundai menjual kendaraan di 200 negara dan memiliki 6.200 diler lebih di seluruh dunia.

Pada 2022, Hyundai menjual sekira 3,95 juta kendaraan di pasar global. Semua itu dihasilkan dari fasilitas produksinya yang tersebar di seluruh dunia termasuk India, Amerika Serikat, Eropa, Brasil.

Pada 2023, Hyundai bertekad menjual 4,3 juta kendaraan di dunia. Pasar ASEAN dianggapnya punya potensi tinggi karena mengalami pertumbuhan stabil dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan penetrasi pasar dan jajaran produknya, bukan tidak mungkin Hyundai, KIA, dan Genesis yang semuanya bernaung di bawah payung Hyundai Motor Group, akan menggeser dominasi jenama Jepang di Indonesia.

Produksi mobil Hyundai di Korea Selatan.

Hyundai juga mengoperasikan jaringan riset dan pengembangan global yang berpusat di Namyang, Korea Selatan dengan lebih dari 13.000 tenaga ahli dan desainer untuk mendukung target itu.

Valuasi jenama Hyundai pun meningkat. Tahun 2022, mereka menduduki peringkat ke-35 versi Interbrands Global Brand dengan valuasi sekira 17 miliar dolar.

Hyundai menargetkan diri menjadi pemimpin dalam era kendaraan listrik dan bertujuan mencapai elektrifikasi 100 persen di pasar-pasar utama pada 2040.

“Kami berencana mengembangkan arsitektur modular terintegrasi yang disebut IMA (Integrated Modular Architecture), platform khusus kendaraan listrik generasi mendatang yang akan menggantikan Electric Global Modular Platform saat ini. Kami juga akan membuat mobil kami sangat pintar,” ujar Kim Seohyun, Global PR Strategy Planning Team dari Hyundai Motor Company, Rabu 12 Juni 2023 di Seoul.

Selain mobil, Hyundai melihat lebih jauh ke masa depan dengan mengembangkan EVTOL (electric vertical takeoff and landing aircraft) untuk dipakai secara komersial. Hal itu dilakukan demi terciptanya solusi mobilitas udara yang akan menjawab keresahan tentang kemacetan lalu lintas, urbanisasi, dan polusi.

Kendaraan udara untuk pemakaian personal tentu saja jadi solusi tetapi persoalan yang belum terpecahkan hingga sekarang adalah tingkat kebisingannya.

Hyundai juga mengharapkan pertumbuhan yang signifikan dalam industri robotika.

“Kami berencana berinvestasi dalam pengembangan robot yang dapat dimanfaatkan di berbagai bidang seperti logistik, pelayanan, dan keamanan. Secara khusus, Hyundai Motor Group mengambil langkah besar menjadi pemimpin dalam industri robotika dengan mengakuisisi Boston Dynamics, pelopor bidang tersebut, pada 2021," tutur Kim Seohyun.

Hyundai juga menegaskan bahwa mereka mendorong pemanfaatan energi berbasis hidrogen. Mereka percaya hidrogen adalah energi revolusioner untuk masa depan manusia. Pada 2021, Hyundai Motor Group meluncurkan H2 sebagai jenama khusus untuk hydrogen fuel cell system mereka.

Hyundai Nexo

H2 akan menghadirkan solusi energi hidrogen yang dapat diterapkan di berbagai alat transportasi, tidak hanya mobil dan truk komersial tetapi juga kapal, kereta api, dan penerbangan.

Pada 2013, Hyundai telah memproduksi kendaraan hidrogen pertamanya yaitu TUCSON Hidrogen. Hampir 10.000 kendaraan listrik hidrogen terjual tahun lalu. Namun, kendaraan hidrogen belum banyak digunakan karena masih adanya resistensi dari konsumen. Alasan lainnya adalah karena teknologi hidrogen belum menjadi pilihan teknologi utama.

“Hyundai mengakui adanya kekurangan infrastruktur hidrogen dan tingginya harga kendaraan hidrogen. Kendaraan hidrogen masih dianggap kurang fleksibel,” ujar Kim Chang Hwan, Head of Battery Development Center Hyundai Motor Company, saat audiensi dengan sejumlah jurnalis Indonesia di Seoul, Kamis 13 Juli 2023.

Hyundai percaya permintaan kendaraan listrik hidrogen dapat berubah bergantung pada perubahan infrastruktur pengisian hidrogen dan kebijakan pemerintah di berbagai negara.

Dengan berbagai aspek mutakhirnya itu, Hyundai mendorong banyak negara menciptakan smart city, perkotaan masa depan tempat alam dan manusia hidup selaras dan saling terhubung.

Mobil listrik murah, bisakah?

Jika hal-hal di atas dirasa melangit, masih sebatas rencana dan angan-angan, mari kita bahas apa yang sudah ada di depan mata: mobil listrik baterai.

Popularitas mobil listrik terus meningkat di Indonesia dan rasa ingin tahu tentang makhluk yang satu ini seakan tidak ada habisnya. Namun di sisi lain, harga jualnya masih tinggi. Contohnya saja Hyundai Ioniq 5 yang dijual Rp750 jutaan meski sudah mendapat keringanan PPN.

Di sisi lain, pasar mobil listrik di Indonesia masih kecil sedangkan mobil hybrid perlahan diterima. Sementara itu, Hyundai Motor Company, sebagai salah satu raksasa otomotif dunia sudah selangkah lebih jauh memikirkan kendaraan dengan bahan bakar hidrogen dan fuel cell.

Genesis G80 dan platform pengisian baterainya dipajang di Genesis Center, Suji, Korea Selatan, Kamis 13 Juli 2023.

Hyundai menegaskan, mereka tetap akan berfokus memperkenalkan electric vehicle di Indonesia. Tahun 2023, Hyundai meluncurkan Ioniq 5, Ioniq 6, dan Kona Electric. Ada pula Ioniq 7 yang akan segera dirilis secara global. Hyundai memandang Indonesia sebagai pasar menjanjikan untuk mobil listrik model baru.

Strategi pemasaran mobil listrik Hyundai lebih dari sekadar meningkatkan angka penjualan. Karena jika demikian, mereka menyadari persaingannya sedemikian ketat dan bsia saja Hyundai tertinggal.

Hyundai menyatakan bahwa mereka bukan perusahaan yang hanya memproduksi kendaraan. Mereka ingin dikenal sebagai solusi berkendara di masa depan. Sehingga, Hyundai berencana memberi servis berkelanjutan dengan membangun infrastruktur yang terintegrasi, termasuk di Indonesia.

Mobil listrik murah bisa terwujud jika proses porduksinya dilakukan di dalam negeri. Sayangnya, para petinggi Hyundai tidak memberi jawaban lugas mengenai hal ini.

Akan tetapi, Hyunai menjelaskan bahwa saat ini mereka sudah meluncurkan 3 strategi untuk meningkatkan penggunaan mobil listrik.

Pertama, pembangunan infrastruktur mobil listrik guna mendorong kepemilikannya melalui solusi pengisian daya menyeluruh. Kedua, fokus pada service solution dengan meluncurkan program yang lebih spesifik dari kompetitor untuk menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap layanan mobil listrik melalui layanan perawatan khusus. Ketiga, melakukan riset agar dapat meluncurkan mobil baru yang sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen di Indonesia.

Laporan Outlook Energi Indonesia 2021 menunjukkan bahwa total konsumsi energi Indonesia pada 2020 sebesar 118,3 juta TOE (setara ton minyak) dari 132,6 juta TOE pada 2019. Penurunan itu terjadi akibat pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan pengguna energi, kebutuhan energi nasional didominasi sektor transportasi dan industri. Sektor transportasi menjadi konsumen energi terbesar dengan 51 juta TOE (43,1 persen), diikuti sektor industri dengan 40,3 juta TOE (34,1 persen).

Tidak heran jika kemudian pemerintah memberi perhatian besar pada pengembangan kendaraan listrik untuk menekan besaran emisi gas karbon.

Seperangkat aturan dikeluarkan pemerintah baik kebijakan fiskal dan nonfiskal. Kebijakan fiskal menyasar pada pemberian insentif kepada konsumen untuk membeli kendaraan listrik. Sementara kebijakan nonfiskal mengatur aturan main untuk kendaraan listrik seperti standardisasi kendaraan listrik dan persyaratan konten lokal.

Kebijakan fiskal misalnya tertuang dalam  PP Nomor 73/2019 tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Sementara kebijakan nonfiskal dituangkan dalam Perpres Nomor 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan serta Permenperin Nomor 27/2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV, dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN).

Aknolt Kristian Pakpahan, Dosen FISIP Universitas Katolik Parahyangan menyatakan, pengembangan kendaraan listrik bukanlah hal mudah. Diperlukan komitmen pemerintah dan dukungan masyarakat sebagai upaya menekan pemanasan global.

Pengembangan kendaraan listrik tidak lepas dari melimpahnya nikel Indonesia sebagai bahan baku utama baterai. Data United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat 2021 menyebut bahwa Indonesia memproduksi 1 juta metrik ton nikel dengan cadangan 21 juta metrik ton nikel.

Melimpahnya nikel di Indonesia tidak dibarengi kesiapan sektor industri dan sumber daya manusia lokal untuk mengolah dan memurnikan bijih nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

Pemerintah perlu menyiapkan skema insentif untuk menarik investor asing yang dapat dimanfaatkan untuk berkolaborasi dengan industri lokal dan pemanfaatan transfer teknologi seperti fasilitas tax holiday.

Pembenahan sektor transportasi publik berbasis energi listrik perlu dilakukan secara masif. Pemerintah perlu memberi insentif lebih besar pada pengadaan bus listrik sebagai pendukung moda transportasi publik.

Menurut Aknolt, penggunaan kendaraan pribadi berbasis fosil harus dikurangi dengan beralih pada transportasi publik dan kendaraan listrik. Sayangnya, moda transportasi publik belum memberi rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

Perlu pembenahan sektor transportasi publik untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sebagai kontributor emisi gas karbon. Pun dengan kendaraan listrik, harga jual yang tinggi dan fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang jumlahnya terbatas jadi alasan sulitnya masyarakat beralih pada kendaraan listrik.

Jika infrasturktur mendukung, bahan baku baterai melimpah, listrik terbarukan dipanen dengan mudah, dan adanya kesadaran masyarakat terhadap polusi, harga mobil listrik bisa ditekan agar dan lebih terjangkau, semoga.***

Sentimen: positif (100%)