Begini Cara BNPT Dukung Wujudkan Indonesia Emas
18 Jul 2023 : 00.09
Views 1
Medcom.id Jenis Media: News
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkomitmen medukung perwujudan Indonesia Emas 2045. Komitmen itu diwujudkan dengan memperkokoh ketahanan generasi muda dari paparan radikalisme.
Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyebut paparan radikalisme dapat muncul dari mana saja. Sehingga, perlu pertahanan lebih kuat untuk membendung paparan tersebut.
"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," ujar Rycko melalui keterangan tertulis, Minggu, 16 Juli 2023.
Hasil penelitian yang tertuang dalam I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook 2023 mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Menurut Rycko, interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi, dimanfaatkan kelompok ekstremis melakukan radikalisasi online.
"Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak," kata Rycko.
Menurut dia, penting bagi stakeholder membangun kesadaran publik terkait hal ini. Masyarakat yang menyadari ancaman itu bakal membuat benteng dan tak gampang terjerat janji-janji yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem.
"Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya," kata Rycko.
Tepat di HUT ke-13 BNPT, dia menginstruksikan seluruh jajaran untuk melanjutkan dan memperkuat kampanye kontraradikaliasasi online guna membangun kedamaian di ruang digital. Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif membangun public awareness baik secara offline turun ke lapangan maupun online sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.
Dia mengimbau jajaran menggunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik. Sehingga, menolak ideologi apapun yang mengajarkan tentang kekerasan.
"Yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," kata dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menyebut paparan radikalisme dapat muncul dari mana saja. Sehingga, perlu pertahanan lebih kuat untuk membendung paparan tersebut.
"Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka," ujar Rycko melalui keterangan tertulis, Minggu, 16 Juli 2023.
-?
- - - -Hasil penelitian yang tertuang dalam I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook 2023 mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Menurut Rycko, interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi, dimanfaatkan kelompok ekstremis melakukan radikalisasi online.
"Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak," kata Rycko.
Menurut dia, penting bagi stakeholder membangun kesadaran publik terkait hal ini. Masyarakat yang menyadari ancaman itu bakal membuat benteng dan tak gampang terjerat janji-janji yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem.
"Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya," kata Rycko.
Tepat di HUT ke-13 BNPT, dia menginstruksikan seluruh jajaran untuk melanjutkan dan memperkuat kampanye kontraradikaliasasi online guna membangun kedamaian di ruang digital. Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif membangun public awareness baik secara offline turun ke lapangan maupun online sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.
Dia mengimbau jajaran menggunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik. Sehingga, menolak ideologi apapun yang mengajarkan tentang kekerasan.
"Yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita," kata dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
(ADN)
Sentimen: negatif (88.3%)