Dedolarisasi Makin Jadi! Negara Baru Buang Dolar-'Uang' BRICS
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara makin serius melakukan dedolarisasi. Ini merujuk ke upaya penggantian dolar yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral.
India kini pun menjadi negara terbaru yang mulai mengurangi atau menghentikan penggunaan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terungkap dalam laporan Reserve Bank of India (RBI) yang dipublikasikan pekan lalu.
Dalam laporan awal Juli, kelompok kerja RBI mendorong pembukaan rekening berdenominasi rupee untuk non-penduduk di India dan luar negeri. Ini juga merekomendasikan integrasi sistem pembayaran India dengan yang ada di negara lain untuk transaksi lintas batas
Meskipun RBI mengatakan rekomendasi kelompok kerja itu tidak mencerminkan posisi resmi pemerintah, ini muncul setahun setelah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Narendra Modi pertama kali menggembar-gemborkan penggunaan rupee yang lebih besar secara global.
"Internasionalisasi mata uang juga terkait erat dengan kemajuan ekonomi negara, terutama keunggulannya dalam perdagangan global," katanya seperti dikutip Business Insider, Rabu (12/7/2023).
Diketahui sudah lama ada kegelisahan atas dominasi dolar yang terlalu besar dalam perdagangan dan keuangan global. Sehingga saat ini lingkungan geopolitik makro memacu negara-negara untuk mencari mata uang alternatif untuk berdagang.
Dalam laporannya, RBI menyoroti kebutuhan AS untuk mempertahankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai penerbit mata uang cadangan. Tetapi, ketika dipaksa untuk memilih antara kepentingannya sendiri dan kepentingan dunia lainnya, pemerintah Amerika di masa lalu tidak ragu-ragu untuk melindungi kepentingannya sendiri.
Hal ini menjadi masalah karena berkontribusi pada ketidakseimbangan dalam sistem moneter internasional, yang sudah condong ke AS. Apalagi Negeri Paman Sam adalah penerbit mata uang cadangan dominan dunia.
"Oleh karena itu, tampak jelas, bahwa sementara dominasi dolar AS selama 50 tahun tetap tidak tertandingi untuk saat ini, itu mulai terkikis perlahan, dan tatanan ekonomi harus berkembang untuk melihat melampaui dolar AS di masa depan," jelas kelompok kerja RBI.
Meskipun ada tren global untuk mengurangi dolar, greenback masih merupakan mata uang cadangan paling dominan di dunia. Menurut survei tahun 2022 dari Bank of International Settlements, yang anggotanya adalah bank sentral, dolar AS menyumbang hampir 90% dari transaksi mata uang asing global.
India, misalnya, hanya membuat sedikit kemajuan dengan dorongan untuk menggunakan lebih banyak rupee untuk perdagangan. Mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, Bloomberg melaporkan hanya 0,01% dari perdagangan barang India diselesaikan dalam rupee tahun lalu.
Dolar AS telah menjadi mata uang cadangan dunia sejak Perang Dunia II, memainkan peran penting dalam sistem perdagangan dan keuangan dunia.
Tetapi sanksi besar-besaran terhadap Rusia, yang mengeluarkan negara itu dari sistem keuangan global yang didominasi dolar AS, membuat negara-negara lain begitu ketakutan sehingga mereka sekarang membuat mata uang cadangan untuk perdagangan.
Mata Uang Baru BRICSSementara itu, negara yang tergabung dalam aliansi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (Afsel)) juga diketahui akan mengeluarkan alat pembayaran baru. Kisi-kisi bagaimana bentuk mata uang baru itu mulai terungkap.
Dalam pemberitaan terbaru Russia Today (RT), dikatakan BRICS akan didukung emas, berbeda dengan dolar yang didukung kredit. Pengumuman resmi diharapkan akan dibuat selama KTT BRICS pada bulan Agustus di Afsel.
"Uang baru, dunia baru," tulis media itu.
"Standar emas akan menjadi keuntungan besar dalam menetapkan mata uang baru," tambahnya.
Meski begitu nama mata yang itu belum disebutkan. Tetapi, pembelian emas besar-besaran yang dilakukan China beberapa waktu teakhir disebut terkait mata uang baru itu.
Dilaporkan bank sentral China, People's Bank of China, menambahkan 23 ton cadangan emas pada bulan Juni. Dengan penambahan tersebut, saat ini memiliki cadangan hingga 2.330 ton emas.
Perlu diketahui, di 2022, permintaan logam kuning meroket dan tren tersebut berlanjut hingga tahun ini dengan pembelian kuartal pertama naik 176% setiap tahun. Menurut laporan Dewan Emas Dunia di bulan Mei, 62% bank sentral memprediksi emas akan menjadi bagian cadangan yang lebih besar dalam lima tahun ke depan dengan cadangan dolar diperkirakan berkurang menjadi 40% -50%.
"Sekilas, unit transaksi baru, yang didukung oleh emas, terdengar seperti uang yang bagus," kata Kepala Ekonom Degussa, Thorsten Polleit.
"Ini bisa menjadi tantangan besar bagi hegemoni dolar AS," tambahnya dimuat Kitco News.
Namun, ia menyakini jalan intuí membuat mata uang itu jadi kenyataan masih jauh. Ini manyinggung detilnya sebagai masalah.
"Untuk membuat mata uang baru sebagus emas, mata uang yang benar-benar sehat, itu harus dapat dikonversi menjadi emas sesuai permintaan. Saya tidak yakin apakah ini yang dipikirkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan," katanya.
"Menggunakan emas sebagai uang, satuan hitung akan menjadi pengubah permainan sejati, tidak diragukan lagi. Ini bisa menyebabkan devaluasi tajam banyak mata uang fiat vis-à-vis logam kuning (termasuk mata uang fiat BRICS) dan itu bisa melambungkan harga barang dalam mata uang fiat," tambahnya.
"Ini bisa menjadi kejutan bagi sistem uang fiat global. Saya tidak yakin ini yang ingin dicapai BRICS," jelasnya.
[-]
-
Geger Dedolarisasi, RI Ikut Jauhi AS & Merapat ke China-Rusia(sef/sef)
Sentimen: positif (100%)