Sentimen
Positif (99%)
12 Jul 2023 : 18.00
Informasi Tambahan

Kab/Kota: New York

Tokoh Terkait

Sulit Hancur, Tapi Juga Sulit Maju

12 Jul 2023 : 18.00 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Sulit Hancur, Tapi Juga Sulit Maju

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak terhitung berapa kali kajian, studi hingga komentar yang mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara hancur ataupun gagal. Namun, hal ini ternyata tidak terbukti. Indonesia tetap berdiri, meski diterpa krisis berulang kali.

Tidak hanya berdiri, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang konsisten di kisaran 5%. Tak banyak negara yang bisa mempertahankan pertumbuhannya. Bahkan, Indonesia menjadi negara dengan pemulihan mulus pasca-pandemi di antara negara G20.

Oleh karena itu, mantan menteri keuangan yang merupakan ekonom senior M. Chatib Basri meminta agar masyarakat tidak pesimis terhadap Tanah Airnya, Indonesia. Hal ini disampaikannya dalam dialog dengan CNBC Indonesia, Jumat (7/7/2023).

-

-

Melihat ke belakang, dia mengungkapkan bahwa Indonesia telah membuat progres besar, terlebih lagi setelah krisis moneter, sosial dan politik pada 1998.

"Saya ingat seluruh mahasiswa Indonesia berkumpul, mengambil kesimpulan negara ini tidak akan survive waktu Soeharto jatuh. Akan ada balkanisasi, kita gak siap dengan Pemilu, direct election akan ada bloodshed, negaranya pecah," katanya.

Namun, hal ini tidak pernah terjadi. Alih-alih hancur, Indonesia sukses menjadi anggota G20 pada 1999. Chatib pun menuturkan, saat dirinya menjadi sherpa G20 di New York pada 2008, dia menyadai bahwa Indonesia telah menjadi anggota G20 selama 10 tahun.

"Kadang-kadang kita suka underestimate terhadap kemampuan kita sendiri," ujarnya.

Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa Indonesia kerap kali mengecewakan. Mengecewakan bagi mereka yang berharap Indonesia hancur dan juga bagi mereka yang ingin Indonesia tumbuh tinggi.

"Indonesia always disappoints. It disappoints the optimists and it disappoints the pessimists too," tambah Chatib, mengutip kalimatnya sendiri dalam buku 'Man of Contradictions: Joko Widodo and the struggle to remake Indonesia' karya Ben Bland.

Kendati mengecewakan, dia menegaskan Indonesia pun tak pernah menjadi negara yang hancur. Menurut Chatib, tidak terhitung kajian dan riset yang mengatakan Indonesia akan hancur. Namun, Indonesia tetap berdiri hingga saat ini.

"Indonesia at the cross road coba berapa banyak tulisan judul paper soal itu dari dulu begitu terus, enggak collapse-collapse juga," kata Chatib.

Oleh karena itu, Chatib berpesan jika masih ada orang pesimis saat ini, maka esok harus optimistis.

Ketika ditanya isu besar apa yang dihadapi Indonesia saat ini, Dia pun menyinggung perihal middle income trap. Seperti diketahui, Indonesia selama 30 tahun telah terperangkap dalam jebakan pendapatan menengah atau middle income trap. Untuk mengakhiri jebakan ini, Chatib menilai butuh langkah besar bagi bangsa ini untuk bisa naik kelas lagi menjadi negara berpendapatan tinggi.

Dia mengingatkan agar Indonesia memanfaatkan semaksimal mungkin bonus demografi atau usia produktif yang akan terjadi di 2030. Pasalnya, bonus ini demografi ini hanya akan bertahan hingga 2050.

"Setelah itu, di 2050 dia mulai naik, jadi setelah 2050 Indonesia masuk secara gradual ke aging population. Jadi, tidak demographic bonus lagi," jelas Chatib kepada CNBC Indonesia.

Dengan demikian, Indonesia hanya punya waktu 27 tahun. "Berarti sebelum nanti tua atau banyak aging population, pertumbuhan ekonomi kita harus tumbuh tinggi," tambahnya.

Berkaca dari Jepang dan Korea Selatan yang juga memiliki masalah mengenai aging population. Saat Jepang dan Korea Selatan masuk ke dalam aging population, income per capita atau pendapatan per kapita kedua negara itu sudah mencapai masing-masing US$ 33.911 dan US$ 32.236.

Sementara di Indonesia, di mana saat ini baru saja ditetapkan oleh Bank Dunia sebagai negara kelas menengah atas, pendapatan per kapitanya baru mencapai US$ 4.580, dihitung berdasarkan Gross National Income (GNI) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita.

"Bayangkan Indonesia kalau kita tumbuh terus sampai 2050, dengan kondisi pertumbuhan ekonomi 5% sampai 6%, pendapatan per kapita kita masih di bawah US$ 30.000," kata Chatib.

"Kalau Jepang sama Korea Selatan yang pendapatan per kapita US$ 30.000 ke atas struggling, apalagi ini. Maka ada risiko Indonesia menjadi tua sebelum kaya. Itu adalah masalah. Pendapatan pajak mulai lambat, karena aging population orang gak kerja dia pajaknya kecil," lanjutnya.

Chatib mengungkapkan bahayanya tua sebelum kaya. Jika ini terjadi, negara akan terbebani secara fiskal karena biaya kesehatan akan semakin tinggi, sementara produktivitas penduduknya jatuh. Dengan demikian, biaya kesehatan akan sulit dibiayai oleh pajak.

Oleh karena itu, Indonesia hanya kerja keras. Adapun, cara yang bisa ditempuh adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia harus tumbuh lebih cepat dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi harus 6% sampai 7%.

Untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 6% sampai 7%, kata Chatib, maka biaya investasi atau yang tercermin dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) maka harus bisa diturunkan dari angka saat ini yang mencapai 6,2% sampai 6,5%.

"Karena itu, siapapun yang jadi presiden ke depan harus bisa menurunkan ICOR ini. Karena setiap 1% rasio investasi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi," ujar Chatib.

Dikutip dari BPS, ICOR adalah rasio antara tambahan output dengan tambahan modal. Jika suatu daerah mempunyai angka (koefisien) ICOR, maka daerah tidak akan menemui kesulitan dalam menentukan berapa besarnya investasi yang diperlukan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.

Semakin kecil nilai koefisien ICOR, semakin efisien perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu. Disamping itu juga sangat penting juga untuk meningkatkan produktivitas sumber daya manusia (SDM).

"Karena efisiensi dari macam-macam, kemudian kualitas human capital penting, karena kalau tidak produktivitasnya tidak bisa tinggi. Peran dari infrastruktur penting. Sehingga logistic cost bisa lebih kecil, sehingga nanti biaya modal (capex) bisa lebih kecil dalam medium-long term," papar Chatib.

Selain menurunkan ICOR dan meningkatkan pembangunan infrastruktur, untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, pemerintah juga harus meningkatkan simpanan.

Dalam menuju pertumbuhan ekonomi menjadi negara maju, maka defisit anggaran harus bisa ditutupi dari investasi, bukan dari simpanan yang tersedia. Bisa dari foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung.

Lagi-lagi, kata Chatib untuk bisa mendatangkan banyak investor ke Indonesia maka harus menurunkan ICOR.

"Jadi, yang saya mau bilang, siapapun yang jadi presiden akan berhadapan dengan konstrain ini. Jadi dia harus tingkatkan produktivitas melalui efisiensi, deregulasi, stream line regulation, human capital, teknologi, dan infrastruktur," tegas Chatib.


[-]

-

Gawat! Sisa 13 Tahun Lagi, Penentuan RI Jadi Negara Maju
(haa/haa)

Sentimen: positif (99.8%)