Sentimen
Negatif (88%)
10 Jul 2023 : 08.18
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Solo

Kasus: covid-19

Solopos Hari Ini : Senja Kala SD Negeri

10 Jul 2023 : 08.18 Views 1

Solopos.com Solopos.com Jenis Media: News

Solopos Hari Ini : Senja Kala SD Negeri

SOLOPOS.COM - Koran Solopos edisi Senin (10/7/2023).

Solopos.com, SOLO–Harian Umum Solopos edisi hari ini, Senin (10/7/2023), mengangkat headline tentang kondisi sebagian sekolah dasar (SD) negeri di Kota Solo yang kekurangan murid. Ada beberapa pendapat yang menganalisis masalah di balik terus merosotnya jumlah siswa SD negeri di Solo.

“Insyaallah [memastikan kejadian sekolah tidak hanya menerima satu murid]. Sriwedari sudah, jangan dimasukin lagi,” kata Kepada Dinas Pendidikan Kota Solo Dian Renata, 6 Juni 2023 lalu, seperti diberitakan Solopos hari ini.

PromosiKrim Malam untuk Memutihkan Wajah, Kenali Dulu Kandungannya!

Yang dimaksud Sriwedari adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 197 Sriwedari yang hanya menerima seorang peserta didik baru pada tahun pelajaran 2022/2023. Situasi yang berpotensi terulang pada tahun-tahun berikutnya itu menjadi pengingat dampak perubahan struktur penduduk di Kota Solo yang tak terhindarkan.

Dinas Pendidikan Kota Solo memastikan sekolah hanya memiliki satu murid pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2023 tidak terulang seperti SDN 197 Sriwedari pada tahun lalu. Dinas Pendidikan berencana melakukan regrouping 20 SD menjelang PPDB 2023.

SDN 197 Sriwedari bukan satu-satunya sekolah yang kekurangan siswa dalam PPDB tahun lalu. Selain SDN 197 Sriwedari, sejumlah SDN lainnya juga kekurangan peserta didik yaitu SDN Kerten 2, SDN Kartodipuran, SDN Ketelan, SDN Bumi, SDN Dawung Tengah, SDN Tumenggungan, SDN Carangan, dan SDN Gurawan.

Sementara di antara sekolah-sekolah tersebut, SDN 197 Sriwedari menjadi yang paling sedikit menerima peserta didik. Jumlah peserta didik di sekolah ini terus menyusut terutama sejak pandemi Covid-19.

Pada tahun ajaran 2019/2020, sekolah ini masih memiliki 107 siswa atau rata-rata dalam satu kelas terdapat 18 siswa. Jumlah tersebut terus menyusut menjadi 85 siswa pada 2020/2021, 64 siswa pada 2021/2022, dan tersiswa 46 siswa pada 2022/2023. Artinya, dalam setahun terakhir rata-rata jumlah siswa dalam satu kelas di SDN Sriwedari (selain kelas I) hanya sembilan orang.

Selengkapnya simak di Harian Solopos edisi hari ini, Senin (10/7/2023) atau via website koran.solopos.com.

Butuh Perhatian dan Promosi Tambahan

SOLO — Sepekan sejak pusat oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed Solo di Pasar Ngemplak dan Pasar Ngudi Rejeki Gilingan buka, tempat itu masih sepi pengunjung. Para pedagang di sana berharap banyak pada penataan ulang pedagang kaki lima (PKL) di sekitar masjid, serta adanya promosi yang lebih intensif sehingga wisatawan tertarik datang.

Saat Espos mengunjungi Pasar Ngudi Rejeki Gilingan pada 09.30 WIB hingga satu jam kemudian belum ada pembeli yang singgah. Salah satu pedagang, Budiyanti tampak menata produk oleh-oleh Masjid Sheikh Zayed. Ia mencoba menata tampilan produk agar menarik di sebelah barat tangga menuju lantai II.

Sejak sepekan dibuka, pada awal Juli 2023 aktivitas pembeli di sana masih lesu. Sebenarnya sudah ada media promosi yang menunjukkan informasi letak pusat oleh-oleh di depan pasar. Namun jika dilihat sekilas di kios depan pasar hanya menjajakan sepatu dan di lantai II merupakan pusat penjual baju bekas.

Budiyanti menguraikan pusat oleh-oleh ini biasanya baru dilirik pengunjung ketika turun dari bus dan mencari minuman ataupun toilet di pasar. Pusat oleh-oleh di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan biasanya buka mulai 11.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Pada hari pertama Budiyanti mengaku mampu memperoleh Rp100.000. Ada 18 pedagang yang mengisi stan oleh-oleh di Pasar Ngudi Rejeki Gilingan. Para pedagang di sana memutuskan untuk mengelola pusat oleh-oleh tersebut secara bersama-sama.

Budiyanti mengaku para pedagang di sana berencana mencari tenaga penjualan untuk menunggu lapak mereka, sehingga mereka bisa memanfaatkan waktu untuk memproduksi barang dagangan di rumah.

Selengkapnya simak di Harian Solopos edisi hari ini, Senin (10/7/2023) atau via website koran.solopos.com.

Keramik di Tengah Gempuran Produk China

JAKARTA—Pengusaha industri keramik harus memutar otak untuk mempertahankan kinerja tahun ini yang dibayang-bayangi gempuran produk dari China.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menyebutkan pelaku industri kini memberikan edukasi kepada masyarakat agar menggunakan produk dalam negeri. Hal ini dapat membantu industri keramik dalam negeri bersaing dengan produk keramik dari negeri Tirai Bambu.

Edy menyebut produk keramik dalam negeri memiliki sederet keunggulan yang tidak dimiliki produk luar negeri. “Secara kualitas lebih unggul, salah satunya secara ketahanan atau kekuatan/breaking strength [kekuatan tarik] maupun bending strength [kekuatan lengkung]. Ini jauh lebih kuat daripada produk impor,” tutur Edy, Minggu (2/7/2023).

Edy mengklaim produk keramik buatan Indonesia memiliki ketahanan yang baik terhadap noda dan kotoran. Terlebih produsen keramik dalam negeri dapat menyesuaikan desain karakter dan selera masyarakat Indonesia.

Dari sisi pelayanan, menurutnya. industri dalam negeri dapat melayani konsumen dengan lebih baik. “Dari sisi after sales service industri lokal memiliki kelengkapan infrastruktur dan pelayanan yang jauh lebih memadai dibandingkan produk impor yang dilakukan para trader dengan konsep OEM atau maklon,” tambah Edy.

Selengkapnya simak di Harian Solopos edisi hari ini, Senin (10/7/2023) atau via website koran.solopos.com.

Sentimen: negatif (88.9%)