Pascakudeta, Begini Nasib Tentara Wagner
Krjogja.com Jenis Media: News
ilustrasi dok
Krjogja.com - Jakarta - Pemberontakan Wagner terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin menyisakan pertanyaan mengenai kondisi politik di Rusia. Walau pemberontakan selesai dalam sehari, media-media internasional menyebut bahwa aksi kelompok Wagner mengungkap kelemahan pemerintahan Putin.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Putin masih tetap kuat dan gerakan Wagner tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.
Ia juga berkata banyak pihak di dalam Wagner yang tidak mengerti rencana pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin.
"Upaya tersebut gagal karena tidak didukung oleh rakyat Rusia. Itu (Wagner) tidak didukung warga biasa, angkatan bersenjata, bahkan oleh grup Wagner itu sendiri. Mayoritas dari mereka tidak tahu apa yang terjadi. Mereka diberi tahu bahwa itu semacam latihan militer, dan mereka tidak tahu targetnya apa," ujar Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva dalam press briefing, Rabu (5/7/2023).
Prigozhin kini dilaporkan ada di Belarusia. Ia mendapatkan amnesti dari Presiden Alexander Lukhasenko.
Nasib Pemberontak
Bagi para prajurit Wagner, Dubes Rusia berkata mereka diberikan tiga opsi: bergabung ke militer Rusia, pergi ke Belarusia bersama Prigozhin, atau kembali kepada keluarga mereka masing-masing.
Proses ini disebut masih berlangsung dan Dubes Rusia belum memiliki datanya.
Sebelum pemberontakan, pemimpin Wagner sering berseteru dengan Kementerian Pertahanan Rusia karena strategi kementerian dianggap tidak efektif.
Ketika ditanya apakah kini Prigozhin menjadi musuh negara Rusia atau diabaikan saja, Dubes Lyudmila enggan menjawab pertanyaan tersebut. Ia berkata kini anggota Wagner itu sudah tidak ada lagi di Rusia.
Dubes Rusia juga enggan berspekulasi apakah kerja sama antara Rusia dan Wagner akan berlanjut. Saat ini, prajurit Wagner yang bertarung di garis depan melawan Ukraina disebut sedang tidak bertarung.
"Dia (Prigozhin) di Belarusia. Dia tidak di Rusia. Dia bukanlah faktor. Apa yang akan terjadi di masa depan, sekali lagi, kita lihat nanti," ujarnya. (*)
Sentimen: negatif (95.5%)