Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Moskow
Tokoh Terkait
Dmitry Medvedev
Ramalan Ngeri Eks Presiden Rusia soal Nasib Perang Ukraina
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev kembali buka suara terkait perang Rusia-Ukraina. Sekutu dekat Presiden Vladimir Putin itu telah memperingatkan bahwa konfrontasi Moskow dengan Barat akan berlangsung selama beberapa dekade, sementara konflik dengan Ukraina dapat menjadi permanen.
Dalam sebuah artikel untuk surat kabar pemerintah, Rossiiskaya Gazeta, Medvedev mengatakan ketegangan antara Rusia dan Barat jauh lebih buruk daripada selama krisis misil Kuba pada 1962, saat dunia terhuyung-huyung di ambang ledakan nuklir.
"Perang nuklir sangat mungkin terjadi tetapi tidak mungkin ada pemenang," kata Medvedev, yang telah berulang kali mengatakan dukungan Barat untuk Ukraina meningkatkan kemungkinan konflik nuklir, seperti dikutip Reuters.
Dia mengutip perbedaan tajam atas Ukraina, arah umat manusia, dan cara tatanan dunia disusun. "Satu hal yang tidak ingin diakui oleh semua politisi: Kiamat seperti itu tidak hanya mungkin, tetapi juga sangat mungkin terjadi," tulis Medvedev, dikutip Reuters, Senin (3/7/2023).
Medvedev juga mengatakan Moskow masih berkomitmen untuk menghentikan Ukraina bergabung dengan NATO.
"Tujuan kami sederhana, untuk menghilangkan ancaman keanggotaan Ukraina di NATO dan kami akan mencapainya, dengan satu atau lain cara," katanya.
Mengingat aturan NATO tentang tidak mengakui negara-negara yang terlibat dalam konflik teritorial, dia mengatakan konflik dengan Ukraina bisa menjadi permanen, mengingat sifat keberadaannya untuk Moskow.
Satu-satunya cara untuk mengurangi ketegangan antara Rusia dan Barat adalah melakukan negosiasi yang alot. "Konfrontasi akan berlangsung sangat lama dan sudah terlambat untuk menjinakkan para pembangkang (yaitu kami). Konfrontasi akan berlangsung selama beberapa dekade," tuturnya.
Sementara itu, analis Barat menyebut "perang pedang nuklir" Medvedev sebagai taktik yang ditujukan untuk menakut-nakuti Barat untuk mengurangi dukungan militer bagi Ukraina dan sebagai gantinya bersandar pada Kyiv untuk memulai pembicaraan damai dengan Moskow.
Banyak negara di Barat telah berjanji untuk mendukung Kyiv selama diperlukan. Amerika Serikat, pendukung keuangan dan militer terbesar Ukraina, mengatakan tidak ingin terlibat dalam konflik langsung dengan Rusia untuk menghindari risiko perang nuklir.
Di sisi lain Ukraina mengatakan tidak akan bernegosiasi sampai mereka mengusir setiap tentara Rusia dari wilayahnya.
[-]
-
Beri Ancaman Nuklir, Eks Presiden Rusia: Kyiv Akan Terbakar
(luc/luc)
Sentimen: negatif (100%)