Sentimen
Positif (80%)
3 Jul 2023 : 03.49
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Sukoharjo, Karanganyar, Kamal

Kasus: kebakaran

Terancam Kekurangan Air Bersih 17 Desa Masuk Tingkat Kerawanan Tinggi Kekeringan

3 Jul 2023 : 03.49 Views 1

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Terancam Kekurangan Air Bersih 17 Desa Masuk Tingkat Kerawanan Tinggi Kekeringan

Krjogja.com - SUKOHARJO - Sebanyak 17 desa di tiga kecamatan masuk kategori tingkat kerawanan tinggi kekeringan saat musim kemarau. Akibatnya warga terancam kekurangan air bersih karena sumur mengering.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Minggu (2/7/2023) mengatakan, sebanyak 17 desa dengan tingkat rawan kekeringan tinggi saat musim kemarau berada di tiga kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu.

Kekeringan terjadi rutin saat musim kemarau setiap tahun. Hal tersebut terjadi karena karakteristik geografis wilayah berupa perbukitan kering. Cuaca panas berdampak pada kondisi sumur warga mengalami penurunan debit air drastis.

Data BPBD Sukoharjo diketahui wilayah rawan kekeringan tinggi di Kecamatan Weru meliputi Desa Karangtengah, Desa Karangwuni, Desa Krajan, Desa Jatingarang, Desa Karanganyar, Desa Alasombo, Desa Karangmojo, Desa Weru, Desa Karakan, Desa Tegalsari, Desa Tawang dan Desa Ngreco. Wilayah Kecamatan Bulu kerawanan kekeringan tinggi di Desa Kamal, Desa Kunden, Desa Puron. Sedangkan di Kecamatan Tawangsari wilayah rawan kekeringan tinggi di Desa Watubonang dan Desa Pundungrejo.

"Total ada 17 desa di tiga kecamatan memiliki tingkat kerawanan tinggi kekeringan berupa kekurangan air bersih saat musim kemarau. Terus kami pantau karena memang kondisi sekarang cuaca sangat panas," ujarnya.

BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk melibatkan kepala desa dan camat setempat. Hal itu dilakukan agar perkembangan kondisi wilayah bisa terus terpantau. Dengan demikian apabila ada warga kekurangan air bersih dan sangat membutuhkan bantuan maka bisa langsung dikirim petugas.

Pemantauan utama dilakukan dengan melihat stok air bersih di sumur rumah warga. Selain itu juga memantau air bersih bersumber dari Pamsimas.

"Perkembangan terus kami pantau setiap hari dengan melibatkan kepala desa, camat, tokoh masyarakat dan warga terdampak," lanjutnya.

Ariyanto mengatakan, dari 17 desa dengan tingkat kerawanan kekeringan tinggi paling banyak berada di wilayah Kecamatan Weru. Kekeringan tidak hanya berdampak pada kekurangan air bersih warga saja, namun juga sejumlah aktivitas lainnya.

"Kebutuhan air bersih warga tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga saja seperti makan dan minum. Tapi juga lainnya termasuk wudhu sebelum menjalankan ibadah salat di masjid dan mushola. Bantuan akan dikirim ke warga terdampak kekeringan," lanjutnya.

BPBD Sukoharjo menekankan kepada semua pihak terkait untuk saling berkoordinasi. Hal ini dilakukan untuk menyikapi penanganan dan pengiriman bantuan air bersih. Salah satunya terkait distribusi ke warga terdampak kekeringan.

"Apabila nanti memang ada warga terdampak kekurangan air bersih maka distribusi bisa dipercepat. Termasuk pemerataan apabila ada banyak wilayah terdampak sehingga bantuan air bersih tidak menumpuk disatu tempat saja," lanjutnya.

Pengiriman bantuan air bersih dilakukan dengan menyalurkan ke bak penampungan di lingkungan setempat. Selain itu juga didistribusikan langsung ke rumah warga sesuai dengan kemampuan daya tampung.

"Di 17 desa tersebut ada puluhan ribu orang yang harus mendapat penanganan distribusi bantuan air bersih apabila nanti sampai terjadi kekeringan. Jadi perlu penanganan dan koordinasi bersama," lanjutnya.

Ariyanto Mulyatmojo, mengatakan, BPBD Sukoharjo sudah melakukan rapat koordinasi dengan melibatkan kepala desa dan camat di wilayah Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. Tiga kecamatan dibagikan selatan Kabupaten Sukoharjo tersebut masuk wilayah paling rawan kekeringan dampak musim kemarau.

Dalam rapat tersebut dikoordinasikan mengenai kondisi perkembangan terakhir desa di Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. BPBD Sukoharjo sekaligus juga melakukan antisipasi terkait dampak kekeringan dan kerawanan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama musim kemarau.

Hasil koordinasi diketahui BPBD Sukoharjo menerima laporan adanya penurunan debit air di sumur warga disejumlah desa. Laporan juga diterima BPBD Sukoharjo terkait sumur milik beberapa warga di Desa Kamal Kecamatan Bulu sudah mengering.

Khusus untuk di Desa Kamal Kecamatan Bulu warga yang sumurnya mengering mengalami kesulitan mendapat air bersih. Sebab sumber air bersih dari sumur miliknya sudah tidak bisa diandalkan lagi.

"Warga di Desa Kamal Kecamatan Bulu yang sumurnya mengering terpaksa mencari air bersih ke sumur di rumah tetangga sekitar atau keluarga terdekat. Meski cukup repot dan sulit tapi kebutuhan air bersih warga tersebut masih bisa dipenuhi. Warga tersebut belum mau meminta bantuan droping air bersih. Namun demikian kami tetap siap apabila diperlukan bantuan kapan saja langsung kirim air bersih ke warga terdampak kekeringan," ujarnya.

BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Kamal dan Pemerintah Kecamatan Bulu untuk memantau kondisi perkembangan air bersih di sumur warga. "Jumlah warga di Desa Kamal Kecamatan Bulu dengan kondisi debit air sumur menurun dan kering masih kami pantau terus perkembangan jumlahnya," lanjutnya. (Mam)

Sentimen: positif (80%)