Sentimen
Netral (100%)
2 Jul 2023 : 19.10
Informasi Tambahan

Grup Musik: iKON

Kab/Kota: Gunung, Magelang

Tokoh Terkait

Batik Motif Candi Borobudur Promosikan Kabupaten Magelang sampai Mancanegara

3 Jul 2023 : 02.10 Views 1

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Batik Motif Candi Borobudur Promosikan Kabupaten Magelang sampai Mancanegara

Ada banyak cara melestarikan Candi Borobudur yang merupakan peninggalan sejarah di Kabupaten Magelang. Hayatini Siswiningrum, seorang pengrajin batik di Muntilan, Kabupaten Magelang melestarikan Candi Borobudur dalam bentuk motif batik. Seperti apa motif batik yang kini menjadi batik khas Kabupaten Magelang tersebut? Berikut laporan Wartawan Harian Jogja, Nina Atmasari.

Dua orang pemuda dan pemudi sedang mengoles kuas dengan warna yang berbeda, pada sebuah kain yang dibentangkan. Hayatini Siswiningrum mendekati kain tersebut dan mengamatinya secara detail. Perempuan yang akrab disapa Titin ini menelusuri secara detail lekuk motif serta warnanya.

“Harus dipastikan warnanya sesuai dengan pesanan dan tidak ada bagian yang tertinggal warnanya. Sebab dalam satu kain, jika ada banyak warna, setiap warna diproses satu per satu berurutan,” kata Titin saat dijumpai di rumah produksi batik “Saniyya” miliknya, di Dusun Dukuhan, Gunungpring, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jumat (30/6/2023).

Perempuan 49 tahun ini memang merancang sendiri motif batik serta warna untuk produk batik yang dibuatnya. Motif dan warna itu bisa disesuaikan dengan keinginan pembelinya. Motif yang menjadi unggulannya adalah Candi Borobudur. Sudah 15 tahun ia mengembangkan motif Candi Borobudur hingga kini menjadi motif khas Kabupaten Magelang.

Titin (kiri) memeriksa detail motif dan warna batik yang sedang diwarnai di rumah produksi batik Saniyya.

Awalnya, ketika memulai usaha konveksi sendiri pada 2009, Titin mendapatkan pesanan kain dari pelanggannya. Pelanggan tersebut meminta order unik, yaitu kain bermotif batu-batuan yang merupakan ciri khas Kabupaten Magelang. Selama ini, batu-batuan dari Gunung Merapi memang banyak ditemukan di Magelang dalam bentuk seni pahat patung maupun aneka perkakas rumah tangga.

“Saat itu, kain motif seperti itu belum ada. Jadi saya lalu merancang sendiri motifnya dalam bentuk batik, batik batu-batuan. Ia minta saya menambahkan motif-motif lain khas Kabupaten Magelang jadi saya mencoba membuat berbagai motif lain, hingga muncul ide motif Candi Borobudur yang merupakan ikon utama Kabupaten Magelang,” tuturnya.

Titin yang memang memiliki pendidikan di bidang tekstil itu membuat motif berupa stupa. Ada yang kecil ada yang besar. Ia juga membuat motif Candi Borobudur tampak dari samping dan dari atas. Para karyawannya diajarinya melukis batik dengan motif-motif tersebut sehingga menghasilkan kain batik tulis yang berkualitas.

Proses membuat motif batik menggunakan teknik cap di rumah produksi batik Saniyya.

Karena produk batik tersebut dibuat sendiri di rumah produksinya, Titin pun kemudian membuat cetakan untuk motif-motif tersebut sehingga bisa lebih cepat menghasilkan batik dengan metode cap. Meski demikian, batik tulis juga dipertahankannya, bahkan bisa dikombinasikan antara cap dan tulis.

Motif-motif batiknya juga kemudian dikombinasikan dengan motif-motif pakem seperti truntum, kawung, mega mendung dan lainnya. Tak disangka, motif Candi Borobudur itu diminati pembeli lain. Semakin banyak pembeli yang memesannya, dari awalnya yang kebanyakan merupakan warga luar daerah yang membeli untuk oleh-oleh, kini warga Magelang sendiri juga banyak yang membelinya.

Ada pembeli yang datang langsung ke showroom batik Saniyya yang ada di depan rumah produksinya, ada pula yang memesan secara online. “Ada yang membeli untuk dipakai sendiri karena bangga memakai batik khas daerah sendiri, ada pula yang membeli untuk diberikan sebagai kenang-kenangan khas Kabupaten Magelang,” kata Titin.

Semakin banyaknya peminat membuat ibu dua anak itu pun semakin bersemangat mengembangkan batik tersebut agar variatif. Kini, ia telah banyak menciptakan beragam motif batik lain khas Kabupaten Magelang, seperti motif daun Bodhi, Kapal Samudraraksa, mandala dan yang sedang dikembangkan adalah motif relief Candi Borobudur.

“Dalam mengembangkan motif ini, saya belajar dari para tokoh yang telah mempelajari tentang Candi Borobudur, seperti tokoh agama Buddha dan tokoh budaya. Bahkan ada yang memberi saya buku tentang relief Candi Borobudur untuk menjadi panduan saya membuat motif batik,” terangnya.

Titin menunjukkan batik motif Candi Borobudur di rumah batik Saniyya.

Selain motif, ia juga mengembangkan produk batiknya mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya adalah pembuatan batik warna alam, yakni menggunakan pewarna dari bahan alami. Warna alam ini menggunakan daun indigo yang menghasilkan warna biru, daun kopi dan jalawe coklat, daun secang untuk warna merah dan kunyit untuk warna kuning.

Titin mengaku bangga bisa turut melestarikan warisan budaya Kabupaten Magelang yaitu Candi Borobudur yang merupakan peninggalan Dinasti Syailendra abad ke delapan ini dalam bentuk produk batik. Apalagi, ia juga turut mempromosikan ciri khas Kabupaten Magelang ini kepada masyarakat luas melalui batik yang banyak dijadikan oleh-oleh dan souvenir. Bahkan, saat ini batik motif Borobudur yang dibuatnya telah diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang, Jerman dan Belanda melalui seorang eksportir.

“Saya ingin mengenalkan Candi Borobudur dan Kabupaten Magelang ke seluruh dunia. Saat ini setiap daerah mengembangkan motif khas masing-masing dan saya mengembangkan motif Candi Borobudur ini sebagai motif khas Kabupaten Magelang,” kata Titin yang juga ketua paguyuban pengrajin batik Sawut Sewu Kabupaten Magelang tersebut.

Harga kain batik motif Borobudur ini bervariasi, mulai Rp135.000 untuk batik cap dan mulai Rp300.000 untuk batik tulis. Semakin rumit motif batik dan semakin banyak warnanya, akan semakin tinggi harganya, bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah. Kain batik yang digunakan  adalah primissima dengan ukuran 2 meter X 1,15 meter. Saat ini, rumah produksi batik Saniyya memiliki 12 karyawan dengan jumlah produksi bisa mencapai 600 lembar kain batik per bulan.

Salah satu pembeli batik, Fitria mengaku lebih berminat pada motif khas Kabupaten Magelang saat membuat seragam batik. “Ini mau pesan batik untuk siswa, selain ada logo sekolah, kami mau ada motif khas daerah sendiri, bisa patung atau kerajinan batu, karena di wilayah kami terkenal dengan kerajinan batu Merapi,” kata guru SDN Keji 2 Muntilan tersebut yang datang kerumah produksi batik Saniyya untuk memesan batik seragam siswa.

Pemasaran Digital

Kepala Bidang UMKM Dinas Perdagangan Koperasi & UKM Kabupaten Magelang, Hery Purwanto optimistis produk-produk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dari Kabupaten Magelang yang memiliki nilai khas daerah bisa mencapai pasar yang lebih luas.

Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Magelang mendorong pelaku UMKM di wilayah ini agar terus meningkatkan pemasaran melalui media online di samping pemasaran secara langsung ke konsumen. Pemasaran secara digital bisa menjangkau konsumen lebih luas dan lebih efisien.

"Harus diperhatikan bagaimana membuat konten yang menarik, promosi yang menarik untuk mengundang pembeli," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: netral (100%)