Sentimen
Informasi Tambahan
Club Olahraga: Barcelona, River Plate
Kab/Kota: Surabaya, Senayan, Solo
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Menuju Tata Kelola Profesional Sepak Bola Indonesia
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Tri Wiharto (Solopos/Istimewa)
Solopos.com, SOLO – Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pertandingan persahabatan internasional tim nasional sepak bola Indonesia pada Juni 2023 melawan tim nasional Palestina dan tim nasional Argentina.
Indonesia bisa menampilkan permainan bagus sehingga mampu mengimbangi dua tim lawan itu. Menghadapi Palestina di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Indonesia bisa mengimbangi permainan lawan. Hal itu dibuktikan dengan skor akhir 0-0.
PromosiCucok Bun! Belanja Makeup di Tokopedia Sekarang Bisa Dicoba Meski Lewat Online
Saat melawan tim peringkat pertama dunia Argentina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin (19/6/2023) malam WIB, Indonesia boleh dikatakan berhasil mengimbangi tim bertabur bintang tersebut.
Istilah mengimbangi Argentina tidak bisa diartikan mampu menahan dengan skor imbang 0-0. Keberanian para pemain Indonesia memberikan perlawanan dan pantang menyerah sepanjang pertandingan adalah bukti bahwa kita bisa mengimbangi Argentina.
Bisa mempertahankan gawang untuk tidak kebobolan lebih dari dua gol bisa dikatakan keberhasilan Indonesia “mengimbangi” Argentina. Sekali lagi, harus diingat, lawan Indonesia kali ini adalah juara dunia sekaligus peringkat pertama dunia.
Presiden Joko Widodo menyebut tim nasional Indonesia mampu mengimbangi tim nasional Argentina meski kebobolan dua gol. Indonesia dan Argentina adalah dua negara yang penduduknya menggilai sepak bola.
Pertandingan liga sepak bola di Argentina hampir selalu dipenuhi pendukung atau suporter. Kita bisa menyaksikan suporter River Plate maupun Boca Junior begitu antusias menggilai sepak bola. Demikian juga kondisi di Indonesia. Hampir setiap pertandingan di Liga 1, bahkan Liga 2, selalu dipenuhi suporter yang tentu menjadi aset luar biasa dalam sepak bola Indonesia.
Indonesia tentu bisa belajar dari Argentina tak hanya dari liga mereka yang berjalan baik, tetapi juga pembinaan pemain muda yang berlangsung secara berkesinambungan. Telah banyak produk akademi sepak bola di Argentina yang merumput di luar negara mereka dan akhirnya menjadi bintang.
Lionel Messi misalnya. Sebelum bergabung dengan Barcelona, Messi pernah berseragam klub lokal Argentina, yaitu Grandoli dan Newell’s Old Boys. Dari situlah bakat Messi terpantau seorang lelaki bernama Salvador Aparicio yang menjadi pelatih pertamanya.
Messi bergabung dengan Grandoli pada 1992-1995, kemudian membela Newell’s Old Boys pada 1995-2000. Setelah itu, Messi kecil pindah dan bergabung dengan Barcelona. Perjalanan singkat Lionel Messi tersebut memberikan gambaran bahwa pembinaan pemain usia muda adalah salah satu faktor utama munculnya talenta sepak bola dunia.
Tidak ada sang fenomenal yang datang tiba-tiba, semua pasti dari proses. Untuk mewujudkan proses yang menghasilkan produk bermutu tentu butuh tata kelola profesional. Inilah yang harus dilakukan pada sepak bola di Indonesia, yaitu pembinaan talenta sejak dini.
Caranya adalah memaksimalkan pengelolaan setiap akademi sepak bola yang dipunyai masing-masing klub, khususnya perserta Liga 1. Di akademi itulah dibentuk serta dipoles bakat pemain-pemain sepak bola muda agar bisa bersinar berkilau pada kemudian hari.
Di sisi lain, dengan kepengurusan PSSI yang baru tentu membuka jalan Liga Indonesia lebih profesional. Pembenahan tata kelola sepak bola Indonesia yang mulai dirintis PSSI diharapkan tidak hanya obor-obor blarak alias dilaksanakan sesaat tanpa kesinambungan.
Tata kekola sepak bola harus mencakup banyak aspek, baik itu kualitas kompetisi, stadion, maupun suporter. Dengan demikian, keinginan kita menyaksikan sepak bola Indonesia bisa berkembang seperti di mancanegara tidak lagi sebatas angan-angan, tapi bisa menjadi kenyataan.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 23 Juni 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)
Sentimen: positif (99.8%)