Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Domba
Kab/Kota: Sleman
Jejak Digital Tak Bisa Hilang, Kampanye Pemilu 2024 Harus Anti Hoax dan Cerdas
Krjogja.com Jenis Media: News
Suasana dialog daring Kosan di Percetakan Kanisius. (Foto : Harminanto)
Krjogja.com - SLEMAN - Dialog daring Kosan (Kolaborasi Gagasan) dengan tajuk Kecakapan Literasi Digital Jelang Pemilu 2024, yang digagas Garda Institute terlaksana di Percetakan Kanisius, Rabu (21/06/2023) sore. Tiga pembicara dihadirkan yakni Antonius Sasongko, Founder Kampung Cyber Jogja, Imam Suharjo dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Sahrul Khirom dari Duta Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Imam Suharjo dari Mafindo menyebut, era digital saat ini membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan informasi mengenai Pemilu yang diselenggarakan 2024 nanti. Hal tersebut harus disikapi dengan cermat oleh para peserta pemilu nanti.
"Kampanye untuk Pemilu kali ini cukup berbeda, pawai-pawai mungkin akan berkurang digantikan dengan media sosial karena dinilai menjadi ruang kampanye yang cepat, mudah dan masif," ungkap Imam.
Tak heran situasi ini mendorong para peserta pemilu untuk melakukan kampanye dengan lebih cerdas dan bijak. Jejak digital menurut dia tidak bisa hilang sehingga harus dipahami betul bagaimana memproduksi konten untuk mencari simpati rakyat.
"Kalau kita lihat saat ini konten hoax itu sangat mudah terdeteksi, Google membantu kita melakukan debunking atau cek fakta. Nah, tinggal kita mau atau tidak mengecek. Jadi, dalam hal ini siapapun yang hendak memproduksi informasi hoax harus berpikir karena jejak digital tidak akan hilang lho," tandasnya.
Memang di satu sisi menurut Imam, produksi informasi hoax masih terus terjadi dengan memadukan tak hanya narasi saja tapi audio visual. Orang dengan mudah memodifikasi informasi seturut kepentingan yang hendak diusung.
"Sekali lagi kita harus krocek, cari sumber atau asal-usulnya, dari mana konten itu dan siapa yang mengirimkannya. Kemudian tanggal, kapan konten itu dibuat. Motivasi, apa sih motif di balik pembuatan konten itu apakah untuk menjatuhkan salah satu pihak atau sebagainya. Lokasi, di mana konten itu dibuat. Hal-hal ini yang harus dicek lebih detail lagi. Kita jangan langsung menerima informasi tanpa melakukan cek fakta," tandasnya.
Sementara, Sahrul Khirom, duta damai dari BNPT DIY melihat era digital saat ini banyak sisi positif yang terbentuk karena kreativitas konten kreator. Para kontestan pemilu memanfaatkannya, berkampanye hard selling mengajak memilih langsung, namun ditampilkan good values.
"Mereka banyak yang mengkampanyekan dulu, seperti jangan golput dan sebagainya baru mengarahkan pikiran kita untuk memilih mereka. Ini kreatif namun sekali lagi harapannya masyarakat cermat agar tidak mudah teradu domba dengan informasi-informasi yang tak benar," lanjutnya.
Pesta demokrasi menurut dia harus dirayakan tapi tetap dijaga bersama-sama. Boleh mengekspresikan diri namun jangan sampai menganggu aktivitas masyarakat secara luas juga pemilu itu sendiri. (Fxh)
Sentimen: positif (100%)