Sentimen
Negatif (98%)
20 Jun 2023 : 21.30
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Rezim Orde Lama

Jokowi Presiden Paling Disukai, Soeharto Nomor 2

20 Jun 2023 : 21.30 Views 3

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Jokowi Presiden Paling Disukai, Soeharto Nomor 2

AKURAT.CO, Hasil sigi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkapkan bahwa Joko Widodo atau Jokowi menjadi presiden paling disukai dari tujuh presiden yang memimpin Indonesia sejak merdeka hingga kini. Tingkat kesukaan terhadap Jokowi sebagai presiden bersaing ketat dengan Soeharto. 

"Jokowi menjadi presiden paling disukai oleh 35.1% publik Indonesia. Bersaing ketat dengan Jokowi, yaitu Soeharto dengan 31.9%," kata Direktur KCI-LSI Denny JA, Adjie Alfaraby, menyampaikan hasil rilis lembaganya, Senin (19/6/2023).

Presiden yang paling disukai di urutan ketiga adalah Soekarno. Penguasa 22 tahun Orde Lama itu disukai oleh 10% responden.

baca juga:

Berikutnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di urutan selanjutnya dengan 9.1%. Abdurahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur menjadi presiden paling disukai oleh 4.6% responden. Menyusul di belakanganya Bacharuddin Jusuf Habibie disukai oleh 3.6%, dan di urutan buncit Megawati Soekarnoputri yang disukai oleh 0.3% responden.

Mengapa presiden yang paling disukai bukan Bung Karno, tapi Jokowi yang bersaing dengan Pak Harto?

Adjie Alfaraby mengungkap dibedah dari segmen ekonomi, Jokowi menjadi presiden paling disukai di masyarakat dengan pendapatan empat juta ke bawah.

Untuk masyarakat dengan pendapatan empat juta ke atas, Soeharto menjadi presiden paling disukai. Untuk segmen pendidikan, Jokowi paling disukai untuk masyarakat yang pendidikannya tamat SMA ke atas. Soeharto paling disukai di masyarakat dengan pendidikan tamat SMP ke bawah.

"Dari sisi penganut agama, Jokowi menjadi presiden paling disukai di pemeluk agama Islam maupun pemeluk agama non-Islam. Secara gender, Jokowi paling disukai baik di laki-laki maupun di perempuan," katanya.

Presiden yang disukai di segmen pilihan partai memperlihatkan kecendrungan yang menarik. Jokowi, ungkap Adjie, paling disukai di pemilih PDIP. Soeharto paling disukai di pemilih Golkar, Gerindra, Nasdem, PKS, PAN, PPP. SBY paling disukai di pemilih partai Demokrat.

Dari segmen usia, Jokowi menjadi pilihan presiden paling disukai oleh masyarakat yang berusia 50 tahun ke bawah. Masyarakat yang berusia 50 tahun keatas, presiden paling disukainya adalah Soeharto.

Memori pemilih usia 50 tahun ke atas, yang lahir sebelum tahun 1973, masih  dipesona oleh sisi kuat mantan Presiden Soeharto. Dilihat dari teritori, Jokowi paling disukai oleh publik yang berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali-NTB-NTT, dan Maluku-Papua. Soeharto paling disukai di masyarakat yang berada di Sulawesi.

"Di semua segmen masyarakat, praktis Jokowi dan Soeharto yang saling mengalahkan," demikian kata Adjie Alfaraby.

Adjie menambahkan Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai presiden yang paling disukai karena beberapa hal. Pertama, Jokowi presiden yang tengah menjabat, kedekatannya dengan rakyat terasa otentik dan masih segar dalam memori publik.

Kedua, di luar sisi negatifnya, peran Soeharto membangun ekonomi Indonesia, berdialog dengan rakyat kecil masih kuat dalam ingatan publik luas. Tak heran, Suharto lebih disukai dibandingkan semua presiden era reformasi: Habibie, Gus Dur, Mega dan SBY, kecuali Jokowi.

Ketiga, Bung Karno presiden sangat berjasa. Tapi generasi yang hidup di era Bung Karno berkuasa semakin sedikit, sehingga Bung Karno kalah populer di kalangan mayoritas populasi yang memang tak mengalami leadership Bung Karno secara langsung.

"Keempat, presiden lain di luar Jokowi, Soeharto dan Bung Karno, tetap dikenal tapi kalah kuat citranya sebagai presiden yang dekat dengan rakyat," kata Adjie Alfaraby.

Riset LSI Denny JA ini dilaksanakan pada tanggal 30 Mei-12 Juni 2023. Survei dilakukan dengan tatap muka (face to face interview) menggunakan kuesioner kepada 1200 responden di seluruh Indonesia dengan margin of error 2.9%.

Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.[]

Sentimen: negatif (98.4%)