Sentimen
Negatif (100%)
16 Jun 2023 : 14.26
Informasi Tambahan

Event: Konferensi Meja Bundar

Partai Terkait
Tokoh Terkait
Bonnie Triyana

Bonnie Triyana

Belanda Akui Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, Sejarawan: Akhiri Ambiguitas

16 Jun 2023 : 21.26 Views 1

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Belanda Akui Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, Sejarawan: Akhiri Ambiguitas

AKURAT.CO Sejarawan Bonnie Triyana turut merespons pengakuan resmi Pemerintah Belanda resmi mengakui atas kemerdaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945. 

"Saya menyambut baik pengakuan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang disampaikan oleh Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam debat di Parlemen Belanda kemarin sore (14/6/2023) waktu setempat," kata Bonnie dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (15/6/2023). 

Bonnie menerangkan, pengakuan tersebut menandai babak baru pemahaman sejarah Belanda terhadap revolusi kemerdekaan Indonesia. 

baca juga:

"Selama 70 tahun lebih Pemerintah Belanda tidak pernah mengakui 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia. Bagi Pemerintah Belanda, Indonesia baru merdeka saat Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949 sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB)," ujarnya. 

Pengakuan ini juga mengakhiri ambiguitas sikap pemerintah Belanda. Namun demikian, lanjut Bonnie, ada beberapa catatan penting yang perlu digarisbawahi menanggapi pengakuan kemerdekaan tersebut. 

"Seperti diketahui, pada 2005, Menteri Luar Negeri Belanda Ben Bot pernah menyatakan bahwa Pemerintah Belanda menerima kenyataan bahwa Indonesia merdeka 17 Agustus 1945," ulasnya. 

Pernyataan tersebut dinilainya lebih bermakna secara politis yang tak berimbas secara legalistis karena menerima kenyataan (aanvaarden) berbeda arti dengan mengakui (erkent atau to recognize). 

"Inilah yang membedakan pernyataan Perdana Menteri Mark Rutte kali ini—yang jelas-jelas mengatakan bahwa dia, atas nama pemerintah Belanda, mengakui (erkent) kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945," tegas Bonnie. 

Namun, lanjut Bonnie, Rutte tampaknya enggan memasuki dampak legalistik dari pernyataannya dengan mengatakan kekerasan yang terjadi semasa revolusi kemerdekaan Indonesia di luar jangkauan Konvensi Jenewa. Sebab,  kesepakatan internasional yang mengatur perlindungan kemanusiaan dalam perang itu belum berlaku. 

Pernyataan Rutte yang mengakui kekerasan Belanda terhadap warga Indonesia secara moral, namun tidak secara yuridis, berujung dengan kesimpulan yang dibangunnya sendiri.   

Lebih lanjut Bonnie menuturkan, dari catatan sejarah, sebulan semenjak Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, serdadu Belanda masuk kembali ke Indonesia di bawah bendera tentara sekutu Inggris. Kedatangan serdadu Belanda itu membuat situasi tegang serta penuh kekerasan.

Kemudian, pada 21 Juli 1947 Belanda melancarkan Agresi Militer I. Menyusul kemudian, pada 19 Desember 1948 Agresi Militer II. 

"Pengakuan PM Rutte atas kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 memiliki arti bahwa dia, atas nama pemerintah Belanda, mengakui bahwa Indonesia sudah menjadi sebuah negara merdeka," jelas Bonnie. 

Sehingga, menurut Bonnie, dua agresi militer yang dilakukan oleh Belanda ke Indonesia sama artinya dengan invasi ke sebuah negara merdeka. Agresi itu bertentangan dengan prinsip-prinsip dalam Atlantik Charter 1941 yang memberikan keleluasan kepada rakyat sebuah wilayah untuk menentukan nasibnya sendiri. Sekaligus menyatakan, perluasan wilayah melalui sebuah agresi tidaklah dibenarkan. 

Dua agresi itu pun melanggar Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan pada 10 Desember 1948 atau sembilan hari sebelum Belanda menyerang Indonesia. 

Terpenting pula, Bonnie mengatakan, pengakuan Belanda atas kemerdekaan Indonesia ini menjadi momentum penting bagi kedua bangsa untuk belajar dari sejarah kelam kolonialisme. 

"Praktik perbudakan, penindasan, diskriminasi, rasialisme, dan kekerasan oleh negara terhadap warganya dan kekerasan horizontal antarwarga harus segera diakhiri," tegas dia. 

Bahkan hemat dia, penulisan sejarah seyogianya mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sebagai pembelajaran bagi generasi muda di masa kini dan masa depan. 

"Melalui pemahaman sejarah yang lebih baik diharapkan hubungan kedua bangsa semakin erat di masa yang akan datang tanpa harus melupakan apa yang terjadi di masa lalu, atau bahkan menghindari soal-soal penting di dalam pengungkapan sejarah itu," ujarnya pula.  

Selain itu, kerja sama kedua negara mestinya bisa lebih baik dan lebih erat berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan (trust) dan kesetaraan (equality). 

"Bentuk konkret dari kerjasama ini bisa saja dalam bentuk pemberian visa on arrival kepada warga Indonesia yang hendak berkunjung ke Belanda," paparnya.

Karena selama ini, jelas Bonnie, pemberian fasilitas tersebut sudah disediakan bagi warga Belanda saat berkunjung ke Indonesia untuk kunjungan singkat. 

"Kerja sama lain yang bisa menjadi wujud hubungan baik kedua negara adalah dalam bidang pendidikan, pertanian, atau sektor penting lainnya," kata dia menambahkan. 

Seperti diketahui. selama puluhan tahun Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, dan bukan 17 Agustus 1945. Hal ini didasarkan hasil Konferensi Meja Bundar. 

Gugatan terakti pengakuan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada terus digulirkan danmenjadi perbincangan hangat. Dan kini, Pemerintah Belanda akhirnya secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.[]

Sentimen: negatif (100%)