Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT INALUM
Tokoh Terkait
Ini Kabar Terbaru Mega Proyek Inalum & Raksasa Aluminium Arab
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana kerja sama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) dengan Emirates Global Aluminium (EGA) belum memiliki perkembangan yang signifikan. Saat ini masih dalam evaluasi dan studi.
Menurut situs resmi Inalum, EGA adalah perusahaan industri aluminium terbesar di Uni Emirat Arab (UEA).
Menurut Direktur Operasi Inalum Rainaldy Harahap, saat ini tengah dilakukan optimalisasi eksisting smelter dengan menguji coba 5 konsep.
"Saat ini dalam tahap evaluasi. Mungkin dalam 6 bulan ke depan, apakah sesuai keinginan kita atau tidak. Kalau sesuai keinginan kita, kita mungkin upgrade teknologi eksisting," kata Raynaldi di Jakarta, Rabu (14/6/2023).
Menurut Raynaldi, teknologi itu diharapkan bisa menekan konsumsi listrik smelter Inalum.
"Listrik eksisting saat ini adalah 14.000 kwh per ton, dengan teknologi ini jika diimplementasikan nanti jadi 13.000 kwh per ton. Itu penghematannya. Jadi lebih kompetitif," kata Raynaldi.
Seperti diketahui, pada 31 Maret 2022 lalu, Inalum dan EGA menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MoU) kerja sama strategis untuk ekspansi produksi aluminium hingga 400 ribu ton per tahun pada tahun 2024. Sekaligus mendorong hilirisasi industri aluminium yang terintegrasi dan berkelanjutan di Indonesia.
Kesepakatan itu kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan kesepakatan yang yang memberikan EGA hak eksklusif untuk melisensikan teknologi kepada Inalum. Dalam rangka ekspansi smelter aluminium brownfield Inalum. Kerja sama itu juga memberi EGA hak berinvestasi dalam proyek tersebut dan mengambil logam.
Dikutip dari situs resmi EGA, kesepakatan itu ditekan di sela-sela KTT G20 di Bali, November 2022 lalu. Ditandatangani oleh CEO EGA Abdulnasser Bin Kalban dan Presiden Direktur Inalum Hendi Prio Santoso. Kerja sama itu juga memberi EGA hak berinvestasi dalam proyek tersebut dan mengambil logam.
"Kalau untuk brownfield project, saat ini statusnya masih studi kelayakan," kata Raynaldi.
Di mana, untuk membangun smelter aluminium dibutuhkan investasi setidaknya US$3.200 per ton kapasitas pabrik.
Seperti diketahui, kerja sama Inalum dan EGA ini adalah kelanjutan dari kesepakatan bisnis yang ditandatangani kedua perusahaan, dan dipertukarkan di depan Presiden Joko Widodo dan Putra Mahkota UEA di Abu Dhabi pada 12 Januari 2020 lalu.
[-]
-
Pantas Jokowi Setop Ekspor Bauksit! Ternyata RI Mau Bikin Ini
(dce/dce)
Sentimen: positif (86.5%)