Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Budha, Hindu
Brand/Merek: Toyota
Institusi: UGM
Kab/Kota: Sidoarjo, Kapuk, Cibubur, Yogyakarta, Indramayu, Bantul
'Nyala Api' Yoes Wibowo Visualisasikan Relief Candi
Krjogja.com Jenis Media: News
Yoes saat menunjukkan salah satu lukisan dalam pameran Nyala Api. (Foto : Harminanto)
Krjogja.com - BANTUL - Yoes Wibowo melakukan debut berpameran tunggal di Yogyakarta di Jiwajawi Jogja, Bangunjiwo Kasihan Bantul, Jumat (09/06/2023). Ia memajang 16 karya terbarunya berjudul Nyala Api yang diambilnya dari berbagai relief candi di Jawa Timur dan sekitarnya yang merupakan peninggalan masa Hindu-Budha.
Pelukis kelahiran Sidoarjo, 1 Oktober 1974 itu, memanfaatkan pengalaman visualnya yang mengendap bertahun-tahun sejak ia muda. Sejak 2013 ia menggarap sketsa relief-relief candi dan bangunan masa lampau yang ia temui di berbagai daerah.
Seni pahat pada dinding candi yang terbuat dari batu yang melukisan cerita atau kisah yang diambil dari kitab-kitab suci maupun sastra itu sangat memukaunya. Dalam batasan tentang relief yakni seni pahat yang biasanya menjadi hiasan di dinding-dinding bangunan bersejarah seperti candi, kuil, dan monumen, Yoes menyadari ternyata betapa semua yang tertera di sana selalu mempunyai maksud dan pesan, tak sekadar dipahat.
"Saya berusaha memberikan sesuatu yang baru, punya pesan dari relief candi tapi wujudnya harus lebih menarik. Ada rasa khawatir memang saat mengerjakan karena takut salah pakem dan makna. Tapi kemudian saya ambil 70 persen sesuai, 30 persen yang saya mainkan dalam kreasi," ungkapnya pada wartawan di sela pembukaan.
Yoes mengajak serta Andi Putranto, S.S., M.Sc dosen pengajar di Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta sebagai pengulas. Ia menjelaskan bahwa relief sendiri merujuk kepada pahatan pada dinding, pagar, pintu gerbang dan hampir di seluruh bagian candi merupakan ekspresi seni serta religi yang mengandung makna simbolik.
"Karya-karya lukisan yang dibuat memang mengangkat tema relief yang banyak dijumpai di candi-candi di Jawa, terutama kalamakara, padma, kurma, garudeya, dan purnakalasa memiliki makna simbolik yang penting bagi kehidupan manusia yang dicoba dipindahkan ke dalam kanvas lukisan karya beliau dengan harapan pesan tersebut dapat ditransfer kepada para pemerhati seni lukis sesuai dengan pemaknaan relief yang menjadi objek lukisan,” ungkap kandidat doktor (S3) Ilmu Geografi Fakultas Geografi UGM (2019) itu.
Terkait dengan tema, sesuai kata yang dipakai, Nyala Api memang bagai sebuah sulutan yang cukup jelas dari Yoes. Untuk mengingatkan kembali para generasi melalui visual tentang petuah luhur dari peninggalan leluhur di relief-relief.
"Harapan saya, setelah melihat 16 karya ini, siapa saja terpantik untuk menengok masa silam. Bukan untuk kembali menjadi mundur dalam pemikiran, tapi justru berupaya untuk menggali lagi kearifan masa lampau yang dibawa oleh generasi sebelumnya melalui relief yang mereka tinggalkan," lanjut Yoes.
Beberapa judul yang bersumber dari kekayaan masa silam seperti Surya Garbhagriha atau Garudeya #1, #2, dan #3, Samudramantana, Candrasengkala, Tat Twan Asi, Cakrangga, Durburdi, Viva Vighneswara atau Sudamala Durga bisa dinikmati dalam pameran itu. Yoes pun memainkan warna-warna menarik untuk menyentuh sisi kontemporer yang kekinian.
Karya-karya Yoes sudah beberapa kali muncul seperti di Kopi Ketjil Abu Dhabi, UEA; favehotel Sidoarjo, Jatim; favehoteng Bitung, Sulut; Baywalk Mall Pantai Indah Kapuk, Jakarta; Plaza Renon, Bali; Toyota Indramayu, Jabar; Toyota Kota Wisata Cibubur. (Fxh)
Sentimen: positif (96.6%)