Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina
Institusi: ITB
Tokoh Terkait
Proyek Gas Raksasa RI Belum Ada Pembelinya? Ini Kata Menteri
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan saat ini sudah ada beberapa calon pembeli gas dari Blok Masela, Maluku.
Meski demikian, dia mengakui belum ada kepastian melalui Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara produsen yakni Inpex Masela Ltd dan pembeli gas dari proyek gas yang akan dikembangkan melalui fasilitas kilang gas alam cair (LNG) darat.
Menurut Arifin, komitmen jual-beli gas di Blok Masela sendiri baru tertuang dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) antara Inpex selaku operator Blok Masela dan calon pengguna gas. Namun sayangnya, Arifin tak merinci secara pasti siapa calon pembeli gas Blok Masela tersebut.
"Sudah ada, paling enggak MoU, sudah ada komitmen untuk offtake, selain domestik juga ada beberapa. Kita prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ungkap Arifin saat ditanya apakah Blok Masela ini sudah ada kepastian pembeli gas, ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (9/6/2023).
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut bahwa Blok Masela juga telah mendapatkan kepastian pembeli LNG.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membeberkan bahwa Blok Masela sendiri telah mendapatkan kepastian pembeli LNG, baik yang berasal dari domestik maupun luar negeri. Bahkan, beberapa pembeli di luar negeri sudah menanyakan perihal produksi Blok Masela.
"Sudah ada kepastian yang membeli khususnya domestik sendiri, dan dari luar negeri kita tahu Japan LNG juga sudah nanyain, Eropa juga menanyakan, ini China masih lockdown tapi mereka juga kan kebutuhan LNG-nya cukup besar," kata Dwi ditemui di Gedung DPR, Rabu (16//11/2022).
Dwi meyakini permintaan LNG di tengah tren transisi energi akan semakin besar. Dengan begitu, potensi penjualan LNG ke luar negeri mempunyai prospek yang cukup cerah.
Sementara itu, Praktisi Migas dan Ketua Alumni Teknik Perminyakan ITB Hadi Ismoyo menilai, karena proyek Blok Masela ini belum memiliki kepastian pembeli gas, terutama belum disepakatinya Perjanjian Jual Beli Gas antara produsen dan pembeli gas, maka ini berpotensi membuat pengembangan proyek semakin tertunda.
"Akuisisi suatu blok yang masih belum jelas GSA-nya dan kemungkinan development-nya delay and delay jika belum ada kepastian market gas," jelas Hadi kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/6/2023).
Blok Masela ditargetkan bisa menghasilkan gas sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.
Proyek ini dikatakan "raksasa" karena diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar. Pengelola blok ini baik Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027.
Namun terbaru, proyek diperkirakan mundur menjadi 2029 karena Inpex akan menggunakan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) untuk proyek tersebut.
Karena teknologi CCUS ini, nilai proyek pun diperkirakan akan membengkan US$ 1,2-1,3 miliar. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,3 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,1 miliar atau sekitar Rp 316,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
[-]
-
Pertamina Ungkap Calon Partner buat Beli Saham Shell, Siapa?(wia)
Sentimen: positif (91.4%)