Sentimen
Negatif (78%)
9 Jun 2023 : 12.38
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Tanjung Priok, Koja, Warakas, Palembang

Jejak Sejarah Mbah Priok, Paku Bumi yang Makamnya Dijaga Allah dan Malaikat

9 Jun 2023 : 12.38 Views 1

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

Jejak Sejarah Mbah Priok, Paku Bumi yang Makamnya Dijaga Allah dan Malaikat

POJOKSATU.id, JAKARTA- Mbah Priok mempunya nama asli Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad.

Mbah Priok merupakan ulama besar Islam dan terkenal dari Palembang yang dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad, Saw.

Mbah Priok lahir di Palembang pada 1727 Hijriah. Meski lahir di Palembang, ia merupakan keturunan Arab dari Hadramaut di Yaman Selatan, yang masuk ke Nusantara melalui Aceh.

Mbah Priok Wafat dalam perjalanan ke Jawa Pada 1756 Hijriah, Mbah Priok bersama dengan saudaranya, Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad, menuju ke Pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.


Hingga kini, makamnya yang terletak di Koja, Jakarta Utara, selalu ramai dikunjungi peziarah karena ia merupakan sosok yang dihormati sebagai tokoh yang gugur ketika melaksanakan tujuan mulia, yakni dakwah islam ke Pulau Jawa.

Kemudian nama Mbah Priok kerap dikaitkan dengan penamaan Pelabuhan Tanjung Priok yang terletak di Jakarta Utara.

Apabila ditelusuri silsilah Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad, ia dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. Sebelum menjadi penyiar agama Islam, ia pun pernah belajar agama ke tanah leluhurnya di Yaman.

Setelah itu, Mbah Priok menjadi seorang penyiar agama Islam yang sering melakukan perjalanan ke berbagai daerah untuk berdakwah.

Bahkan Beliau diyakini sebagai seorang wali yang memiliki kedekatan dengan Allah. Namun, selama dua bulan pelayarannya, mereka harus menghadapi segala macam rintangan.

Berdasarkan cerita legenda, salah satu rintangan yang harus dihadapi adalah armada Belanda yang bersenjata lengkap. Meski dihujani meriam, perahu mereka masih dapat selamat.

Namun, rintangan lain yang berupa ombak besar datang setelahnya. Semua perlengkapan yang ada di kapal pun hanyut digulung ombak, hingga hanya tersisa alat penanak nasi dan beberapa liter beras saja.

Setelah ombak pertama menyerang, ombak lebih besar kembali datang dan menghantam kapal mereka.

Hal itu membuat Mbah Priok dan Habib Ali Al Haddad terseret ombak hingga ke semenanjung yang belum bernama. Ketika ditemukan, Mbah Priok sudah dalam kondisi tidak bernyawa.

Sementara Habib Ali Al Haddad masih hidup. Jasad Mbah Priok ini kemudian dimakamkan tidak jauh dari tempat mayatnya ditemukan, yang ini berlokasi di Jalan Jampea No. 6, Koja, Jakarta Utara.

Untuk penanda, makam Habib Hassan diberi nisan berupa dayung dan diberi periuk di sisi makam.

Dikaitkan dengan Tanjung Priok Oleh beberapa sejarawan, nama Mbah Priok kerap dikaitkan dengan penamaan Pelabuhan Tanjung Priok yang terletak di Jakarta Utara.

Konon, dayung yang dibuat nisan makam Mbah Priok tumbuh menjadi pohon tanjung. Sementara periuk yang awalnya diletakkan di sisi makam hilang karena terseret ombak.

Menurut sejarah, selama tiga sampai empat tahun setelah Mbah Priok dimakamkan, warga melihat periuk itu terbawa ombak kembali ke makam Habib Hasan.

Dari kisah periuk dan dayung inilah kemudian lahir nama Tanjung dan Priok, yang kemudian menjadi nama kawasan Tanjung Priok.

Namun, pendapat itu telah ditentang oleh para sejarawan yang menyatakan nama Tanjung Priok telah ada sejak abad ke-16, jauh sebelum kedatangan Habib.

Nama Tanjung Priok justru terkait Aki Tirem, penghulu atau pemimpin daerah Warakas yang tersohor sebagai pembuat periuk.

Sedangkan kata tanjung merujuk pada kontur tanah yang menjorok ke laut atau tanjung. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa Mbah Priok tidak memiliki kaitan dengan nama Pelabuhan Tanjung Priuk.

Sengketa makam Mbah Priok Pada 2010, sempat terjadi tragedi berdarah karena lokasi pemakaman Mbah Priok disengketakan oleh PT Pelabuhan Indonesia II.

Oleh sebab itu, perusahaan ini meminta kepada Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk membongkar makam Mbah Priok.

Untuk menindaklanjuti permintaan tersebut, dikirimlah Satpol PP oleh Pemda Jakarta ke Koja, tempat makam beliau. Warga Koja yang sudah mengeramatkan makam Mbah Priok pun berusaha menghalau mereka.

Berawal dari sinilah maka terjadi bentrok berdarah antara warga Koja dengan Satpol PP.

Pada akhirnya, makam Mbah Priok tidak jadi dipindahkan dan masih banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah hingga kini.

Dikutip dari berbagai sumber, salah satu dari sekian keajaiban di makam Mbah Priuk terdapat mata air karomah yang ada di aula depan pemakaman.

Kini air tersebut sudah disalurkan melewati pipa, sehingga peziarah dapat mengambilnya melalui keran dan dapat meminumnya secara langsung.

Air ini pun memiliki rasa yang sedikit berbeda. Walaupun berada di daerah pantai, namun rasa air ini sama sekali tidak asin dan tak pernah habis. Khasiatnya pun telah dibuktikan banyak orang.

Dari kejadian tersebut sebagai bukti nyata, bahwa makam mbah priuk merupakan makam waliyullah yang seharusnya dijaga kehormatannya.

Ahli waris beliau mempercayai bahwa makam tersebut merupakan paku bumi yang keberadaanya dijaga oleh Allah SWT dan malaikat.

Editor : Adhey

Sentimen: negatif (78%)