Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Aneka Tambang Tbk
Kab/Kota: Morowali, Bantaeng, Shanghai
Tokoh Terkait
Kacau! DPR Sebut Ada 'Modus Baru' Permainan Surveyor Nikel
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - DPR RI melalui Komisi VII dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan perusahaan-perusahaan pembangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel membongkar adanya 'modus baru' dalam skema pembelian bijih nikel dari trader ke smelter yang dilakukan oleh surveyor.
Seperti digambarkan oleh Anggota Komisi VII DPR RI, Maman Abdurrahman. Bahwa 'modus baru' itu berupa ketidaksesuaian hasil kadar nikel yang menyebabkan nilai jual bijih nikel dari penambang serta trader menjadi turun ketika dilakukan survei oleh surveyor nikel tersebut.
Maman mencontohkan, misalnya spesifikasi bijih nikel mencapai 1,6 dengan kadar kualitas yakni angka 1. (Jika dalam kadar nikel, semakin kecil angkanya maka akan semakin bagus, dan jika semakin besar angkanya maka tidak layak masuk ke dalam tungku pengolahan smelter).
Lalu, kata Maman, setelah nikel tersebut di distribusikan oleh trader dan penambang ke lokasi smelter dan dilakukan survey, angka tersebut berubah, misalnya menjadi lebih tinggi dari 1 menjadi 4.
Nah, dengan angka yang berubah, surveyor itu mengenakan pinalti kepada trader dengan menurunkan harga bijih nikel. "Setelah itu simex-nya naik ke atas tadinya 1 jadi 4. Atas dasar lembaga survei tersebut itu dijadikan dasar perusahaan smelter untuk memberikan pinalti dan denda betul?" tegas Maman dan mempertanyakan kebenaran tersebut kepada para bos-bos perusahaan smelter, Kamis (8/6/2023).
Yang lebih mengherankan lagi, kata Maman, terdapat Verifikator Independent atau surveyor nikel yang memonopoli survei bijih nikel tersebut. Maman pun menanyakan satu-satu kepada seluruh perusahaan. Di mana, nama Surveyor yang muncul adalah PT Anindya Wiraputra.
"Padahal ada sebanyak 11 surveyor dari Indonesia kalau tidak salah, kenapa hampir semua perusahaan memilik Anindya. Makanya kita ini akan benar-benar melakukan audit ke BPKP," tandas Maman.
Hari ini, Komisi VII DPR memanggil para pimpinan perusahaan pemilik smelter di Indonesia dan juga Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian.
Adapun yang hadir dalam RDP ini diantaranya:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Direktur Utama Antam Nico Kanter datang langsung menghadiri di RDP dengan Komisi VII DPR hari ini.
Nico menjelaskan terkait tata niaga penjualan nikel perusahaan.
2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Presiden Direktur Vale Febriany Eddy turut hadir di RDP ini. Febriany menjelaskan bahwa produk nikel perusahaan yaitu nickel matte dengan kandungan nikel 78%, 2% cobalt, dan 20% sulfur.
"Kapasitas produksi saat ini mencerminkan 2,5% produksi dunia," ucapnya.
Dia menyebut, produksi bijih nikel perusahaan digunakan sepenuhnya untuk smelter nikel perusahaan.
"Dalam pertambangan di Sorowako full teringrasi, tidak ada penjualan bijih, sehingga bijih semua yang kami tambang 100% diproses di kami," imbuhnya.
3. PT Gunbuster Nickel Industry
Smelter nikel berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Produk nikel yang dioleh yaitu Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel. Memiliki 24 lini produksi dengan kapasitas produksi sekitar 150 ribu ton per bulan atau 1,8 juta ton per tahun.
Investor perusahaan ini yaitu Alchemist Metal Industry Pte Ltd (99,60%), dan PT Merlot Grup Indonesia (0,40%). Nilai investasi smelter ini disebutkan sebesar Rp 27,8 triliun.
Konstruksi smelter dimulai 2020 dan smelter mulai berproduksi sejak Desember 2021.
4. PT Halmahera Persada Lygend (HPL)
Berlokasi di Kawasan Industri Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Produk smelter yang dihasilkan yaitu bahan baku komponen baterai Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan produk turunan nikel sulfat.
Direktur PT HPL Tonny Gultom hadir dalam RDP kali ini. Dia menyebut, nilai investasi perusahaan mencapai US$ 1,02 miliar. Kapasitas produksi MHP mencapai 365.000 ton per tahun dan kapasitas nikel sulfat yang baru diresmikan 31 Mei 2023 lalu sebesar 240.000 ton per tahun.
PT Halmahera Persada Lygend dimiliki oleh Harita Nickel melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) sebesar 45,1%, Lygend Resources Technology Co. Ltd sebesar 36,9%, dan Kang Xuan Pte Ltd sebesar 18%.
Jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) disebutkan mencapai 4.642 orang dan tenaga kerja asing (TKA) 812 orang.
5. PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia
Dimiliki oleh Shanghai Huadi 51% dan Duta Nickel Sulawesi 49%. Total investasi sebesar Rp 5,3 triliun.
Lokasi smelter berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan seluas 150 Ha.
Smelter mulai berproduksi pada 2018 dengan kapasitas saat ini 350.000 ton feronikel per tahun.
6. PT Wanxiang Nickel Indonesia
Smelter nikel berada di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Adapun produk nikel yang dihasilkan yaitu feronikel dengan kapasitas mencapai 120.000 ton per tahun. Kebutuhan bijih nikel mencapai 1,2 juta ton bijih nikel per tahun.
Saham dimiliki oleh Feng Xiangbao 1%, Vansun Group Private Ltd 89%, Wang Sing International Resources Ltd 10%.
7. QMB
Total investasi US$ 2 miliar dengan kapasitas nikel 100.000 ton per tahun, output bahan baku baterai terner NCM 150.000 ton per tahun.
8. PT Huayue Nickel Cobalt
Memproduksi komponen bahan baku baterai, MHP sebanyak 60.000 ton per tahun, dan 6.000 ton per tahun cobalt.
9. PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy (IRNC)
Smelter dibangun pada 2015 dan mulai produksi pada 2018. Smelter berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah.
Total investasi disebutkan sebesar US$ 850 juta. Perusahaan memproduksi feronikel sebesar 300.000 ton per tahun, yang digunakan untuk produksi stainless steel. Lalu, produksi Cold Rolled Stainless Steel sebesar 400.000 ton per tahun. Stainless steel ini kemudian diekspor ke Vietnam, Malaysia, China, dan Thailand.
10. PT Bukit Smelter Indonesia
Dimiliki oleh PT Merdeka Industri Mineral 50,1%, afiliasi PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan Reef Investment Ltd 49,9%.
Smelter ini menghasilkan NPI sebesar 18.900 ton per tahun dengan kadar nikel 12-14% nikel. Nilai investasi awal sekitar US$ 150 juta dan beroperasi sejak 2020. Produk NPI sebesar 65% diekspor dan 35% dijual ke domestik.
11. PT Huake Nickel Industry
Smelter memproduksi nickel matte yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. Nilai investasi US$ 500 juta.
Berlokasi di Weda Bay, Maluku Utara. Mulai berproduksi pada November 2022. Produk diekspor ke China, Jepang, dan Korea Selatan. Nilai ekspor per tahun diperkirakan mencapai US$ 800 juta.
[-]
-
Potret Bentrokan Maut di Smelter Nikel PT GNI di Morowali(pgr/pgr)
Sentimen: netral (99.9%)