Sentimen
Netral (99%)
8 Jun 2023 : 18.35
Informasi Tambahan

BUMN: PT Aneka Tambang Tbk

Kab/Kota: Morowali, Konawe, Bantaeng, Shanghai

Tokoh Terkait

Ramai Investor Nikel Ngumpul di DPR, Ternyata Dicecar Isu Ini

9 Jun 2023 : 01.35 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Ramai Investor Nikel Ngumpul di DPR, Ternyata Dicecar Isu Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Indonesia dicecar oleh para Anggota Komisi VII DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat, Kamis (8/6/2023).

Hal tersebut berkaitan dengan penggunaan jasa surveyor yang bertugas menghitung kadar nikel dalam transaksi jual beli nikel di dalam negeri.

Setidaknya, terdapat 20 perusahaan smelter yang diundang dalam RDP tersebut. Namun, ada beberapa perusahaan smelter yang tidak dapat hadir.

-

-

Wakil Ketua Komisi VII DPR Maman Abdurrahman menanyakan satu per satu perusahaan smelter yang menggunakan jasa surveyor. Pasalnya, terdapat salah satu lembaga surveyor yang dinilai telah merugikan para penambang.

Maman menjelaskan, para penambang mengeluhkan kegiatan verifikasi kualitas bijih nikel dalam transaksi jual beli nikel dalam negeri yang dilakukan oleh lembaga surveyor. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PT Anindya Wiraputra.

Menurutnya, banyak para penambang atau trader mengeluhkan perbedaan hasil analisis antara pelabuhan muat dengan yang ada di perusahaan smelter. Kondisi ini tentunya membuat para penambang mengalami kerugian karena harus menanggung penalti.

Adapun dari sekian banyak perusahaan smelter yang dicecar, kebanyakan dari mereka rupanya menggunakan jasa dari PT Anindya Wiraputra. Maman pun cukup heran lantaran surveyor yang telah mendapatkan Surat Keterangan (SK) resmi dari Kementerian ESDM cukup banyak.

"Ada 11 Pak, tapi saya tadi baru melakukan langkah simulasi sederhana saja Pak. Ini yang selalu kesebut Anindya. Di sini ada yang menyebutkan di luar Anindya itu semuanya di luar Konawe, kalau yang Maluku trennya kalau gak tadi Tribhakti, sekarang pertanyaan saya ke Obsidian kenapa harus pakai Anindya sedangkan ada 10 lagi lembaga survei yang kita yakini memiliki kompetensi yang sama?" cecar Maman dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Kamis (8/6/2023).

Ia pun mempertanyakan kredibilitas dari PT Anindya Wiraputra selaku surveyor yang digunakan oleh kebanyakan para perusahaan smelter. Bahkan, ia meminta beberapa perusahaan yang banyak menggunakan jasa lembaga tersebut untuk beralih menggunakan jasa surveyor yang lain.

"Atas dasar lembaga survei tersebut itu dijadikan para perusahaan smelter untuk memberikan penalti dan denda kepada penambang, betul kan ya pak?" kata Maman.

Maman pun mengakui bahwa Komisi VII selama ini kecolongan dan tidak awas terhadap kinerja lembaga surveyor yang selama ini rupanya banyak bermasalah.

"Kami ini awalnya Komisi VII ini tidak awas, kita kritik internal kami. Kita menganggap remeh sebuah lembaga survei tetapi ternyata 4 bulan terakhir ini kita dapat laporan sumber permasalahan yang menyebabkan potensi kerugian negara," kata dia.

Lantas, siapa saja perusahaan smelter nikel yang hadir di rapat tersebut? Berikut daftarnya:

1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Direktur Utama Antam Nico Kanter datang langsung menghadiri di RDP dengan Komisi VII DPR hari ini.

Nico menjelaskan terkait tata niaga penjualan nikel perusahaan.

2. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Presiden Direktur Vale Febriany Eddy turut hadir di RDP ini. Febriany menjelaskan bahwa produk nikel perusahaan yaitu nickel matte dengan kandungan nikel 78%, 2% cobalt, dan 20% sulfur.

"Kapasitas produksi saat ini mencerminkan 2,5% produksi dunia," ucapnya.

Dia menyebut, produksi bijih nikel perusahaan digunakan sepenuhnya untuk smelter nikel perusahaan.

"Dalam pertambangan di Sorowako full terintegrasi, tidak ada penjualan bijih, sehingga bijih semua yang kami tambang 100% diproses di kami," imbuhnya.

3. PT Gunbuster Nickel Industry
Smelter nikel berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Produk nikel yang diolah yaitu Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel. Memiliki 24 lini produksi dengan kapasitas produksi sekitar 150 ribu ton per bulan atau 1,8 juta ton per tahun.

Investor perusahaan ini yaitu Alchemist Metal Industry Pte Ltd (99,60%), dan PT Merlot Grup Indonesia (0,40%). Nilai investasi smelter ini disebutkan sebesar Rp 27,8 triliun.

Konstruksi smelter dimulai 2020 dan smelter mulai berproduksi sejak Desember 2021.

4. PT Halmahera Persada Lygend (HPL)
Berlokasi di Kawasan Industri Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Produk smelter yang dihasilkan yaitu bahan baku komponen baterai Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan produk turunan nikel sulfat.

Direktur PT HPL Tonny Gultom hadir dalam RDP kali ini. Dia menyebut, nilai investasi perusahaan mencapai US$ 1,02 miliar. Kapasitas produksi MHP mencapai 365.000 ton per tahun dan kapasitas nikel sulfat yang baru diresmikan 31 Mei 2023 lalu sebesar 240.000 ton per tahun.

PT Halmahera Persada Lygend dimiliki oleh Harita Nickel melalui PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) sebesar 45,1%, Lygend Resources Technology Co. Ltd sebesar 36,9%, dan Kang Xuan Pte Ltd sebesar 18%.

Jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) disebutkan mencapai 4.642 orang dan tenaga kerja asing (TKA) 812 orang.

5. PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia
Dimiliki oleh Shanghai Huadi 51% dan Duta Nickel Sulawesi 49%. Total investasi sebesar Rp 5,3 triliun.

Lokasi smelter berada di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan seluas 150 Ha.

Smelter mulai berproduksi pada 2018 dengan kapasitas saat ini 350.000 ton feronikel per tahun.

6. PT Wanxiang Nickel Indonesia

Smelter nikel berada di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Adapun produk nikel yang dihasilkan yaitu feronikel dengan kapasitas mencapai 120.000 ton per tahun. Kebutuhan bijih nikel mencapai 1,2 juta ton bijih nikel per tahun.

Saham dimiliki oleh Feng Xiang Bao 1%, Vansun Group Private Ltd 89%, Wang Sing International Resources Ltd 10%.

7. QMB
Total investasi US$ 2 miliar dengan kapasitas nikel 100.000 ton per tahun, output bahan baku baterai terner NCM 150.000 ton per tahun.

8. PT Huayue Nickel Cobalt
Memproduksi komponen bahan baku baterai, MHP sebanyak 60.000 ton per tahun, dan 6.000 ton per tahun cobalt.

9. PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy (IRNC)
Smelter dibangun pada 2015 dan mulai produksi pada 2018. Smelter berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah.

Total investasi disebutkan sebesar US$ 850 juta. Perusahaan memproduksi feronikel sebesar 300.000 ton per tahun, yang digunakan untuk produksi stainless steel. Lalu, produksi Cold Rolled Stainless Steel sebesar 400.000 ton per tahun. Stainless steel ini kemudian diekspor ke Vietnam, Malaysia, China, dan Thailand.

10. PT Bukit Smelter Indonesia
Dimiliki oleh PT Merdeka Industri Mineral 50,1%, afiliasi PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan Reef Investment Ltd 49,9%.

Smelter ini menghasilkan NPI sebesar 18.900 ton per tahun dengan kadar nikel 12-14% nikel. Nilai investasi awal sekitar US$ 150 juta dan beroperasi sejak 2020. Produk NPI sebesar 65% diekspor dan 35% dijual ke domestik.

11. PT Huake Nickel Industry
Smelter memproduksi nickel matte yang bisa diolah menjadi bahan baku baterai dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. Nilai investasi US$ 500 juta.

Berlokasi di Weda Bay, Maluku Utara. Mulai berproduksi pada November 2022. Produk diekspor ke China, Jepang, dan Korea Selatan. Nilai ekspor per tahun diperkirakan mencapai US$ 800 juta.


[-]

-

Galaunya Pengusaha Nikel Bila RI Kalah di Banding WTO
(wia)

Sentimen: netral (99.9%)