Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Pasar Rebo, Kembangan, Solo
Tokoh Terkait
Kronologi Temuan Kasus Gagal Ginjal Akut Baru di Indonesia pada 2023
CNNindonesia.com Jenis Media: Nasional
Memasuki 2023, pemerintah kembali mengidentifikasi kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak di DKI Jakarta.
Dugaan pasien GGAPA kembali ditemukan pada akhir Januari 2023 usai nihil kasus sejak akhir November 2022. Kemudian ada pula laporan temuan dugaan kasus GGAPA di Solo, Jawa Tengah.
Kekinian, Kemenkes memastikan satu suspek GGAPA di DKI Jakarta dan satu suspek di Kota Surakarta, Jawa Tengah dinyatakan negatif setelah melalui pemeriksaan leih lanjut.
"Keduanya bukan pasien terkonfirmasi GGAPA," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam keterangan tertulis kepada CNNIndonesia.com, Jumat (10/2).
Syahril menjelaskan satu kasus suspek di DKI yang dinyatakan negatif GGAPA itu sebelumnya merupakan pasien berusia 10 tahun yang dilaporkan mengalami demam pada 26 Januari lalu. Pasien tersebut juga memiliki keluhan tidak bisa buang air kecil alias anuria.
Sementara satu pasien lainnya yang dirawat di RSUD Dr Moewardo Surakarta tidak termasuk ke dalam kategori GGAPA karena mengalami gagal ginjal yang disebabkan oleh penyakit bawaan.
Syahril menambahkan saat ini hanya ada satu kasus yang kemudian dikonfirmasi GGAPA. Kasus itu datang dari anak berusia satu tahun yang kemudian dinyatakan meninggal dunia pada 1 Februari lalu. Anak tersebut memiliki riwayat konsumsi obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.
Berikut rangkuman kronologi awal temuan kembali dugaan kasus gagal ginjal akut anak di Indonesia pada 2023 ini:
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia satu tahun dan mengalami demam pada tanggal 25 Januari lalu. Anak tersebut kemudian diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.
Selanjutnya pada 28 Januari, pasien tersebut mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil alias anuria. Balita tersebut kemudian dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, untuk mendapatkan pemeriksaan, dan pada 31 Januari mendapatkan rujukan ke Rumah Sakit Adhyaksa.
Lantaran balita tersebut mengalami gejala seperti GGAPA, ia direncanakan dirujuk ke RSCM. Namun keluarga menolak dan memilih untuk pulang paksa.
Kemudian pada 1 Februari, orang tua balita itu membawa pasien ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD, dan saat itu pasien dilaporkan sudah mulai buang air kecil.
"Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole, namun 3 jam setelah di RSCM pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia," jelas Syahril dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (6/2).
Sementara satu kasus lainnya masih merupakan suspek yakni anak berusia 10 tahun yang mengalami demam pada tanggal 26 Januari. Anak tersebut kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
Syahril merinci, pada 30 Januari lalu pasien tersebut mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas. Kemudian pada 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Sehari setelahnya, pasien tersebut dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk ke RSCM Jakarta.
Kemudian pada 10 Februari, Kemenkes melalui Syahril memastikan satu kasus suspek GGAPA di DKI Jakarta itu dinyatakan negatif melalui hasil pemeriksaan lebih lanjut.
Selain suspek di DKI Jakarta, Syahril juga memastikan suspek yang sempat dirawat di RSUD Dr Moewardo Surakarta tidak termasuk ke dalam kategori GGAPA karena mengalami gagal ginjal yang disebabkan penyakit bawaan.
Hal itu menyusul Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang sebelumnya mengungkapkan ada pasien anak gagal ginjal yang tengah dirawat di RSUD Moewardi, Solo, Jawa Tengah. Pasien tersebut merupakan anak usia 10 tahun.
Dengan demikian, saat ini hanya ada satu kasus baru yang kemudian dikonfirmasi GGAPA di Indonesia. Adapun dengan dengan dilaporkannya tambahan kasus baru GGAPA, maka hingga Minggu (5/2) tercatat 326 kasus GGAPA yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia.
Baca halaman selanjutnya. Beda Hasil Pemeriksaan Labkesda DKI dan BPOM Soal Praxion BACA HALAMAN BERIKUTNYASentimen: negatif (97%)