Sentimen
Kesehatan Kisah Margaret, Bidan Rangkap Dokter di Wilayah Terpencil Pusat Pemberitaan
RRi.co.id Jenis Media: Nasional
KBRN, Nunukan: Akibat keterbatasan tenaga kesehatan di wilayah terdepan, terpencil, tertinggal (3T), petugas medis terpaksa merangkap tugas saat melayani warga. Seperti kisah dijalani Margaret, bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Binter Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, ini.
Tidak jarang, ia merangkap, tugas medis ketika memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah itu. Sebagai seorang bidan, terkadang harus berperan juga sebagai perawat bahkan dokter
“Jadi, warga itu tahunya kita ini orang kesehatan, ya semua kita harus tau. Kadang saya berpikir, kok bisa ya ada ruangan OK (kamar operasi) mendadak di Pustu," kata Margaret pada RRI.co.id, Jumat (2/6/2023).
"Karena kalau ada warga yang kena parang misalnya, ya harus dijahit kan. Tapi sebelum kita tindaki, tetap konsultasi dengan dokter puskesmas kami."
Baca Juga:
Kemenkes Benahi Sistem Kesehatan Usai Status Kedaruratan Dicabut
Margaret yang merupakan tenaga honorer ini mengabdi sejak tahun 2017 lalu di kampung halamannya sendiri tersebut. Meski dengan segala keterbatasan, ia mengaku, tetap ikhlas melayani karena memahami kondisi dialami warga setempat.
Hampir dua tahun melayani warga yang tercatat sekitar 800 jiwa di wilayah itu, hanya seorang diri. Kemudian, pada tahun 2019, ada penambahan tenaga kesehatan di pustu tempatnya bekerja.
“Sekarang sudah ada perawat. Jadi ada teman yang membantu untuk melayani," ucapnya.
Diungkapkan, sulitnya akses untuk menjangkau wilayah itu, menjadi kendala saat ada warga perlu dirujuk. Sebab, harus melewati sungai menggunakan perahu kayu jaraknya sekitar enam jam mencapai jalan darat menuju rumah sakit terdekat.
“Misalnya ada yang abortus kan harus dirujuk, sementara transportasi kita perahu tempel, tapi selama ini semuanya tertolong. Karena kerja sama dengan pemerintah desa, Babinsa, dan Babinkamtibmas turut membantu," ucapnya.
Sentimen: positif (88.9%)