Sentimen
Positif (99%)
1 Jun 2023 : 14.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati, Senayan

Era Medsos, Apakah Artis Masih Ampuh Kerek Partai di Pemilu?

1 Jun 2023 : 14.05 Views 4

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Nasional

Era Medsos, Apakah Artis Masih Ampuh Kerek Partai di Pemilu?

Jakarta, CNN Indonesia --

Artis senantiasa menjadi senjata partai politik (parpol) dalam menghadapi pemilihan umum (pemilu). Popularitas mereka, baik sebagai pemusik, aktor, aktris, model, hingga pelawak diharapkan bisa mendongkrak perolehan suara.

Sebut saja Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), hingga Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah beberapa parpol yang kerap menggunakan artis sebagai calon anggota legislatif (caleg) di setiap penyelenggaraan pemilu.

-

-

Langkah mereka itu pun terbilang sukses. Sejumlah artis perwakilan parpol itu berhasil duduk di Senayan saat ini, antara lain pelawak Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio dari PAN, penyanyi Desy Ratnasari dari PAN, aktor Rano Karno dari PDIP, penyanyi Krisdayanti dan Harvey Malaihollo dari PDIP, Raden Wulansari atau penyanyi Mulan Jameela dari Gerindra, serta model Arzetti Bilbina dari PKB.

Jelang Pemilu 2024, senjata itu tampak masih akan digunakan oleh parpol. Beberapa hari lalu, PAN memamerkan aktor Verrell Bramasta sebagai kader baru parpol pimpinan Zulkifli Hasan.

"Verrell ini contoh dari kaum gen Z yang punya kesadaran politik tinggi. Sudah melampaui batas materi dan akan berjuang di PAN," kata Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi.

Upaya merangkul Verrell ke PAN menjadi sebuah pertanyaan, apakah mampu meningkatkan elektabilitas PAN yang dalam beberapa survei terakhir masih di bawah 4 persen?

Dalam survei SMRC pada 3-11 Desember 2022, elektabilitas PAN disebut berada di 1,9 persen. Pun begitu dalam survei LSI Denny JA pada 4 hingga 15 Januari 2023, elektabilitas PAN disebut ada di angka 1,9 persen.

Menurut pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati, artis terutama yang tampil di stasiun televisi tak bisa lagi menjadi senjata parpol untuk menghadapi Pemilu 2024.

Dia mengatakan telah terjadi pergeseran di industri hiburan Indonesia yang membuat popularitas artis yang tampil di televisi kalah dengan orang-orang yang tampil di media sosial, menjadi Youtuber atau Tiktoker.

Menurutnya, fenomena itu telah menggerus popularitas dan potensi peran artis sebagai vote-getter atau pendulang suara bagi parpol di pemilu.

"Sekarang karena ada media sosial, semua orang jadi artis. Jadi fenomena ini buat tergerus peran artis sebagai vote-getter karena Youtuber atau Tiktoker lebih terkenal dibandingkan artis yang ada di televisi," ucap Wasisto saat dihubungi, Jumat (10/2).

Di era perkembangan media saat ini, dia melanjutkan, popularitas seorang artis kerap dilihat dari viralnya isu dan kontroversinya dalam mencari sensasi.

Menurut Wasisto, keberhasilan sejumlah artis bertahan ataupun masuk ke panggung politik terjadi karena artis-artis tersebut sudah bertransformasi menjadi politikus.

"Sekarang popularitas artis tidak selalu muncul karena kapabilitasnya, lebih pada mencari sensasi atau hal lain lagi. Artis yang bisa bertahan, mereka sudah bertransformasi menjadi politikus.

Popularitas dan uang

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin memandang peran artis di panggung politik masih akan efektif untuk digunakan sebagai pendulang suara parpol di Pemilu 2024.

Menurutnya, artis-artis yang akan efektif itu ialah yang sudah memiliki popularitas serta uang.

"Saya melihat masih efektif untuk menjadi pendulang suara, karena ada dua hal di internal parpol yaitu popularitas dan uang. Nah, artis ada dua-duanya," kata Ujang.

Ujang memandang, artis yang hanya memiliki popularitas tapi tidak mempunyai uang akan sulit meraih kemenangan di kontestasi pemilu. Meski begitu, menurutnya, popularitas artis akan tetap memberikan peningkatan perolehan suara parpol di pemilu.

"Popularitas punya uang tidak, tidak akan menang. Artis yang punya popularitas efektif untuk meningkatkan suara parpol di pemilu," ujarnya.

"Ketika popularitas ada dan uang ada efektif untuk memberikan dukungan untuk parpol yang mereka masuki," sambung Ujang.

(mts/ain)

[-]

Sentimen: positif (99.9%)