Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam
Kab/Kota: Yogyakarta, Sleman
Tokoh Terkait
Pameran Foto Jurnalistik “Kilas Pitulas” Kenang Gempa Mei 2006
Krjogja.com Jenis Media: News
Salah satu foto yang dipamerkan karya Wawan H Prabowo. Foto: Istimewa
Krjogja.com - YOGYA - Bertepatan peringatan 17 Tahun gempa bumi berkekuatan M 5,9 yang mengguncang Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 26 Mei 2006, Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta menggelar pameran fotojurnalistik bertajuk “Kilas Pitulas”. Kegiatan yang menampilkan 59 karya dari para pewarta foto lintas generasi dan media tersebut berlangsung dari tanggal 26 Mei hingga 2 Juni 2023 di Warung Mie Ayam dan Bakso Dhongso, Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman.
“Kilas Pitulas atau Kilas Tujuh Belas, kami jadikan sebagai tema besar dalam menghadirkan kembali kilasan peristiwa gempa 17 tahun lalu yang menelan korban jiwa lebih dari 5700 orang. Banyaknya karya yang berjumlah 59 foto kami selaraskan dengan kekuatan gempa yang berkekuatan M 5,9. Tak hanya kejadian 17 tahun di masa lampau, Kilas Pitulas juga menyuguhkan dokumentasi terkini masyarakat yang sadar akan pentingnya mitigasi bencana," ujar Ketua PFI Yogyakarta Oka Hamied.
Sejumlah catatan sejarah menunjukkan bahwa gempa bumi sudah berulangkali terjadi di Yogyakarta. DI Yogyakarta setidaknya pernah dilanda 12 kali gempa bumi merusak sebelum bencana 2006, yaitu pada tahun 1840 dan 1859 yang diikuti tsunami, 1867, 1875, 1937, 1943, 1957, 1981, 1992, 2001, 2004.
Gempa bumi berkekuatan M 5,9 pada Sabtu, 27 Mei 2006 menjadi bencana paling mematikan dalam sejarah modern di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ingatan pendek masyarakat menyebabkan banyak bencana yang pernah terjadi dilupakan, sehingga saat kembali berulang, kerusakan dan korban jiwa kembali berjatuhan.
Di masa depan, gempa tak boleh lagi menjadi bencana mematikan. Oleh karena itu pengetahuan tentang gempa dan bagaimana mengelolanya perlu dilestarikan. PFI Yogyakarta melalui pameran foto jurnalistik “Kilas Pitulas” berharap bisa mengajak masyarakat untuk menjaga kesadaran tentang risiko bencana gempa, merawat memori kolektif akan bencana gempa, dan juga melihat ketangguhan masyarakat saat menghadapi bencana gempa. (Sal)
Sentimen: negatif (99.8%)