Sentimen
Positif (96%)
26 Mei 2023 : 03.40
Informasi Tambahan

Hewan: Ayam

Kasus: stunting

Harga Telur Tak Terkendali, Ternyata Ini Biang Keroknya

26 Mei 2023 : 03.40 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Harga Telur Tak Terkendali, Ternyata Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri buka-bukaan soal penyebab harga telur yang masih merangkak naik belakangan ini. Di mana, Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga telur ayam hari ini, Senin (22/5/2023) masih menunjukkan kenaikan, naik Rp80 ke Rp30.640 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran.

Menurut Abdullah, salah satu penyebab harga telur ayam terus melonjak adalah alur distribusi telur ayam yang semrawut. 

"Kenaikan dari harga telur itu faktornya banyak ya. Pertama, persoalan produksi. Produksinya ini memang dibanding tahun kemarin relatif berkurang, salah satu penyebabnya adalah pakan ternak. Harga pakannya tinggi," kata Abdullah kepada CNBC Indonesia, Senin (22/5/2023).

-

-

Akibat produksinya yang sedang berkurang, kata dia, permintaan telur ayam di tahun ini justru jauh lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal itu menjadi faktor kedua dari kenaikan harga telur ayam di pasaran.

"Di tahun ini permintaannya lebih tinggi dibanding tahun kemarin, itu juga faktor. Produksinya gak banyak, tapi permintaannya tinggi. Supply dan demand nya gak seimbang, sehingga harganya tinggi," jelasnya.

Selain itu, perubahan alur distribusi juga dituding menjadi faktor meningkatnya harga telur ayam belakangan ini.

"Lebih detail lagi, persoalannya adalah kebiasaan petelur kita itu menyerahkan kepada pedagang pasar, jadi proses distribusinya itu di pasar tradisional. Tapi memang di tahun ini agak unik dan berbeda, proses distribusinya lebih banyak di luar pasar, sehingga di pasar terganggu. Dan ini juga penyebab harga relatif tinggi," tukasnya.

Adapun distribusi di luar pasar menurut Abdullah ialah, dengan adanya program bantuan sosial Keluarga Rentan Stunting (KRS) Bapanas, dan adanya distributor atau pedagang telur ayam baru yang menjual telur di luar alur distribusi pasar tradisional.

"Ada banyak hal, faktornya banyak, penyebabnya banyak, distributornya juga banyak. Ada distributor baru, ada Kementerian bikin toko, program KRS Bapanas. Macam-macam lah, nah itu salah satu penyebabnya," tutur dia.

Untuk itu, menurut Abdullah, faktor yang paling penting untuk dijaga adalah yang terkait dengan pakan ternak, serta alur distribusi yang belakangan menjadi semrawut.

"Faktor yang paling penting dijaga adalah pakannya, dan alur semrawutnya distribusi barang itu biarkan ke pasar aja lah, ujungnya biar ke pasar aja. Kalau ke tempat lain gak ke kontrol kan, dan harganya juga pasti tinggi," tukas dia.

"Atau memang pemerintah harus menyiapkan skema kebutuhan yang dibutuhkan pemerintah katakanlah, dan itu dipersiapkan jauh-jauh hari, sehingga produksi tidak terganggu dan distribusi di pasar tidak terganggu," imbuhnya.

Selain itu, dia menyebut kenaikan harga telur belakangan ini merupakan kenaikan yang paling lama sepanjang sejarah. Sebab, menurut dia, sebelumnya kenaikan harga telur tidak pernah terus menerus mengalami kenaikan, tetapi ada naik atau turunnya.

"Selama proses ini saya belum bisa memprediksi ya sampai kapan kenaikannya, tapi ini paling lama kenaikannya, biasanya gak begitu lama kok kenaikannya. (Harganya) turun, nanti naik lagi, turun, nanti naik lagi," pungkasnya.

Langkah Pemerintah

Secara terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan kenaikan harga telur saat ini adalah dinamika yang akan disikapi pemerintah secara komprehensif.

"Dinamika harga telur ini harus dilihat dari berbagai sisi, karena tidak terlepas dari upaya menjaga keseimbangan dan harga yang wajar di tingkat peternak, pedagang, dan konsumen. Saat ini di tingkat hulu atau peternak terjadi perubahan biaya produksi, khususnya variabel biaya pakan. Untuk menjaga biaya produksi di tingkat peternak tidak semakin melonjak, kita prioritaskan untuk dilakukan langkah stabilisasi harga pakan," katanya dalam keterangan resmi.

"Beberapa bulan terakhir usaha Pemerintah memang untuk menyiapkan harga yang wajar di tingkat Peternak, Pedagang dan Konsumen. Hal Ini sesuai dengan concern Presiden Joko Widodo agar harga pangan dijaga tetap wajar dan seimbang di petani/peternak, pedagang dan konsumen," kata Arief


[-]

-

Stok Aman Tapi Harga Beras & Telur Naik di Ramadan, Kok Bisa?
(dce)

Sentimen: positif (96.2%)