Sentimen
Negatif (100%)
22 Mei 2023 : 21.15
Tokoh Terkait
Janet Yellen

Janet Yellen

Siap-Siap, Harga Emas Anjlok Akibat Gagal Bayar Utang AS

22 Mei 2023 : 21.15 Views 2

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Siap-Siap, Harga Emas Anjlok Akibat Gagal Bayar Utang AS

Krjogja.com - Jakarta - Harga emas kembali turun dibawah USD 2.000 per ons. Penurunannya pun hingga USD 30, hal ini dikarenakan terkait isu batas utang Amerika Serikat atau debt ceiling.

Dilansir dari Kitco News, Kamis (18/5/2023), sebelumnya Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah mengingatkan bahwa isu batas utang AS tersebut akan mendatangkan bencana bagi perekonomian dan sektor keuangan, termasuk harga emas juga diproyeksikan terus menurun.

"Dalam penilaian saya dan para ekonom di seluruh dunia default AS akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan. Kegagalan akan membuka pondasi di mana sistem keuangan kita dibangun. Sangat bisa dibayangkan bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin call, run, dan pemadaman penjualan," kata Yellen.

Yellen memperingatkan, isu debt ceiling bisa berdampak cukup besar, ia memprediksi lebih dari 8 juta orang Amerika Serikat akan kehilangan pekerjaan, kepercayaan bisnis dan konsumen menurun, hingga pasar saham terancam terpangkas hingga 45 persen.

"Ditemukan bahwa hal itu dapat menyebabkan penurunan separah Resesi Hebat. Dalam simulasinya, lebih dari 8 juta orang Amerika akan kehilangan pekerjaan. Kepercayaan bisnis dan konsumen terpukul secara substansial. Nilai pasar saham terpangkas sekitar 45 persen," ujarnya.

Pasar Logam Mulia

Sementara itu, pasar logam mulia sedang menunggu katalis baru. Pada hari Selasa (16/5) perlambatan ekonomi China membebani ekspektasi permintaan untuk logam mulia. Juga, indeks dolar AS yang lebih kuat dengan minyak mentah yang lebih lemah menambah tekanan pada emas.

"Emas lebih rendah karena Wall Street menunggu pembaruan yang berarti dengan pembicaraan plafon utang," kata analis pasar senior OANDA Edward Moya.

Menurut Moya, terlalu banyak risiko yang tersisa bagi investor untuk melakukan ofensif. Penghindaran risiko bisa mendapat dorongan dari ketakutan perbankan regional, drama plafon utang, dan konsumen yang melemah, tetapi kemungkinan akan datang dari katalis baru. (*)

Sentimen: negatif (100%)