Cerita TBY Punya Koleksi Seni Milyaran Tapi Kesusahan Merawat
Krjogja.com Jenis Media: News
Kurator dan penyelenggara saat menjelaskan beberapa karya pada media. (Foto : Harminanto)
Krjogja.com - YOGYA - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) ternyata memiliki ratusan koleksi karya seni bernilai Milyaran Rupiah dari maestro-maestro seni Yogyakarta yang mendunia. Namun, sayangnya perawatan karya-karya seni bernilai sejarah dan ekonomis tinggi ini belum dilaksanakan dengan maksimal.
Situasi inilah yang kemudian menjadi latar diadakannya pameran bertajuk Kencan Nonton Wayang, 24 hingga 31 Mei 2023. TBY berkolaborasi dengan Prodi S1 Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta mengeluarkan 60 karya seni rupa yang dibuat oleh seniman lintas jaman sejak tahun 70-an hingga 2000-an.
Mikke Susanto, Kurator Kencan Nonton Wayang mengatakan pameran kali ini tak seperti biasanya karena 60 karya seniman lintas jaman Yogyakarta merupakan hal spesial. Terlebih, banyak karya yang jarang muncul ke publik karena selama ini memang disimpan di TBY.
"Ada karya yang paling tua juga dari RM Djajengasmoro yang merupakan salah satu inisiator Akademi Seni Rupa (Asri) Yogyakarta. Lalu Edhi Sunarso, ada juga karya Saptoto yang membuat Monumen Serangan Oemoem 1 Maret. Selain itu ada pula karya-karya kelompok SR Jendela yang historis dan nilai ekonomisnya luar biasa," ungkapnya dalam temu media, Jumat (19/05/2023).
Mikke menyebut, koleksi yang dimiliki TBY memang bernilai ekonomi tinggi, meski jika belum didaftarkan di Kementrian Keuangan hanya akan bernilai Rp 0 atau Rp 1 saja. Beberapa karya milik maestro seni misalnya Edhi Sunarso, Jumaldi Alfi atau Rudi Mantofani berharga ratusan juta Rupiah.
"Mungkin kalau TBY tahu harga-harganya kaget dan tidak mau memamerkannya, karena memang sangat luar biasa. Patung karya Edhi Sunarso misalnya, ada yang dijual oleh keluarga, 30 ribu Singapura Dollar atau sekitar Rp 300 juta. Nah yang dimiliki TBY ini sangat jarang keluar, harganya mungkin juga hampir sama itu. Baru satu, belum yang lain ya. Nilai ekonominya memang tinggi, jadi seharusnya disimpan dan dirawat dengan baik," tandasnya.
Mikke pun melempar harapan agar DIY segera memiliki museum yang representatif untuk menyimpan karya-karya seni luar biasa dalam perjalanan seni rupa di Yogyakarta. "Harapannya sih segera ada museum seperti yang kita cita-citakan bersama, untuk karya-karya ini," pungkasnya.
Sementara, Kepala TBY, Purwiati, mengatakan pihaknya saat ini memang kesulitan melakukan perawatan karena kurangnya SDM. TBY hanya memiliki 20 ASN dan 11 Tenaga Bantu untuk mengampu berbagai hal termasuk perawatan koleksi seni yang ada.
"Saat ini kami memang tak mampu untuk perawatan. Kalau secara biaya tidak, karena Danais bisa untuk apa saja, terutama kemajuan kebudayaan, itu bisa. Tapi karena SDM kami kurang maka perlu kerjasama dengan berbagai pihak seperti kampus dan ahli di bidangnya untuk melakukan kerja-kerja seperti ini," tandasnya. (Fxh)
Sentimen: positif (100%)