Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: UIN
Kab/Kota: Banda Aceh
Tokoh Terkait
Amiruddin
Sosok Recep Tayyip Erdogan, ‘Orang Kuat’ Pemenang Sementara Pilpres Turki 2024
Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional
POJOKSATU.id, JAKARTA — Negara Turki sebagai lokasi terakhir kekhalifahan umat Islam selalu menarik perhatian masyarakat Muslim, termasuk bagaimana hasil Pilpres 2024 yang sedang berjalan saat ini.
Turki baru saja menggelar Pemilihan Presiden atau Pilpres pada Minggu (14/5/2023). Hasil sementara Recep Tayyip Erdogan yang merupakan presiden petahana masih tetap unggul.
Raihan suara Erdogan yang tak melebihi 50 persen menyebabkan Pemilu Turki berlanjut hingga putaran kedua yang akan digelar pada 28 Mei 2023 ini.
Pada pemungutan suara Minggu lalu, Erdogan meraih 49,5 persen suara, sementara Kemal Kilicdaroglu meraih 44,96 persen suara, sementara Sinan Ogan meraih 5,2 persen suara.
-
Penghitungan Suara Pilpres Turki Hampir Rampung, Erdogan Unggul, Kemungkinan 2 Putaran
Sosok Recep Tayyip Erdogan adalah Presiden Turki yang menjabat sejak 28 Agustus 2014 hingga saat ini.
Sebelumnya, dia menjabat Perdana Menteri Turki sejak 14 Maret 2003 sampai 28 Agustus 2014 atau menjabat sebanyak tiga periode.
Erdogan yang sudah berusia 69 tahun ini telah memimpin Turki selama 20 tahun.
Namun nampaknya, arah dan angin politik tetap berpihak pada pria kelahiran 26 Februari 1954 ini.
Ayahnya merupakan anggota Angkatan Laut Turki di Laut Hitam di wilayah utara Turki.
Ketika berusia 13 tahun, ayahnya memutuskan untuk pindah ke Istanbul, dengan harapan bisa memberikan pendidikan yang lebih baik kepada Erdogan dan empat anaknya yang lain.
Saat muda, Erdogan pernah berjualan limun dan bagel wijen, yang dikenal sebagai “simit” demi mendapatkan uang tambahan.
Dia bersekolah di sekolah Islam sebelum meraih gelar manajemen dari Universitas Marmara Istanbul.
Erdogan muda juga tertarik pada sepak bola. Dia sempat menjadi bagian dari tim semi-profesional hingga tahun 1980-an.
Namun hasrat utamanya adalah politik. Pada 1970-an dan 1980-an, dia aktif di kalangan Islamis, dan bergabung dengan Partai Kesejahteraan pro-Islam pimpinan Necmettin Erbakan.
Ketika partai tersebut semakin populer pada 1990-an, Erdogan mencalonkan diri sebagai wali kota Istanbul pada 1994, dan memimpin kota itu selama empat tahun.
Pada tahun 1997, dia dihukum karena menghasut kebencian rasial setelah membaca puisi nasionalis di depan umum yang salah satu lariknya berbunyi:
“Masjid adalah barak kami, kubah adalah helm kami, menara masjid adalah bayonet kami, dan orang-orang yang loyal adalah tentara kami.”
Setelah menjalani hukuman selama empat bulan penjara, dia kembali terjun ke dunia politik.
Pada Agustus 2001, dia mendirikan partai berakar Islam baru bersama sekutunya, Abdullah Gul, yang diberi nama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).
Erdogan memiliki istri bernama Emine yang berhijab. Hasil pernikahan keduanya memiliki anak empat orang antara lain ; Ahmet Burak Erdogan, Esra Erdogan, Sumeyye Erdogan, Necmettin Bilal Erdogan.
Erdogan Sempat Dikudeta Namun Gagal
Kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan dan kecintaan rakyat terhadap negara Turki menjadi kunci keberhasilan Turki mengalahkan kudeta pada malam 15 Juli 2016.
Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh Hasbi Amiruddin mengatakan Erdogan merupakan sosok yang sangat dicintai warganya karena berhasil mengatasi krisis ekonomi di Turki.
“Saya berharap kudeta empat tahun lalu tidak pernah terjadi lagi,” ujar Hasbi, dalam diskusi virtual memperingati kudeta gagal yang digelar Ottoman-Malay World Studies pada Rabu 15 Juli 2020 lalu.
Hasbi mengatakan Turki memiliki pengaruh besar dalam dunia internasional dan mewakili kepemimpinan global dunia Islam.
“Turki telah menjadi salah satu negara yang powerful,” kata dia.
Hasbi mengatakan suara Erdogan tidak hanya mewakili Turki, tapi telah menjadi suara umat Islam dunia.
Erdogan juga berjuang untuk menyelesaikan problem umat Islam di Timur Tengah seperti Palestina dan Suriah.
“Erdogan telah menjadi figur dalam dunia Islam,” terang dia.
Nama Erdogan, kata dia, juga menggema di mati masyarakat Indonesia, khususnya Aceh, karena kepedulian pemimpin Turki itu terhadap korban tsunami pada 2004.
“Erdogan datang langsung ke Aceh untuk memberikan bantuan,” ucap Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengenai sosok Recep Tayyip Erdogan. (ikror/pojoksatu)
Sentimen: positif (100%)