Putin Terancam Kehilangan Sekutu Kunci NATO, Ini Alasannya
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin terancam kehilangan sekutu kunci dalam aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal ini memuncak jelang pemilihan presiden (pilpres) di Turki yang akan berlangsung lusa, 14 Mei 2023 mendatang.
Putin merupakan sekutu dekat Presiden Recep Tayyip Erdogan. Pada pilpres mendatang, Erdogan akan bersaing dengan Kemal Kilicdaroglu dari partai oposisi.
Posisi Erdogan sendiri tak aman. Pasalnya, Kilicdaroglu, mantan akuntan sekaligus pemimpin Partai Rakyat Republik (CHP), digadang-gadang menggantikan Erdogan. Politisi berusia 74 tahun itu juga disebut-sebut merupakan masa depan demokrasi negara Turki.
Jajak pendapat oleh Konda, sebuah perusahaan penelitian dan konsultasi di Turki, menunjukkan kandidat oposisi memimpin dengan dukungan 49,3%, sementara Erdogan memiliki 43,7%.
Hasil jajak pendapat, yang dilakukan 6-7 Mei dan dikutip oleh Reuters, menunjukkan bahwa Erdogan akan kekurangan mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan putaran pertama, yang berarti bahwa kedua pria tersebut mungkin akan saling berhadapan dalam putaran kedua pada 28 Mei mendatang.
Bekir Agirdir, manajer Konda, mengatakan kepada situs berita T24 bahwa peluang Kilicdaroglu untuk memenangkan pemilu meningkat setelah Muharrem Ince, kandidat presiden lainnya dan mantan anggota Majelis Nasional Turki, mundur dari pencalonan.
"Saya tidak terkejut jika dia (Kilicdaroglu]) mendapat 51 persen," kata Agirdir, dikutip Newsweek.
Jajak pendapat yang dikutip oleh Radio Free Europe/Radio Free Liberty juga mengungkapkan bahwa Kilicdaroglu memiliki sedikit keunggulan atas Erdogan. Sementara itu, The Guardian melaporkan pada Kamis bahwa Kilicdaroglu unggul sekitar dua poin dari Erdogan.
Dampak ke Rusia
Putin telah lama menganggap Erdogan dapat diandalkan karena memiliki retorika dan kebijakan yang keras dan memiliki pengalaman dalam berurusan dengan Rusia.
James Jeffrey, mantan duta besar untuk Irak dan Turki dan ketua Program Timur Tengah di Wilson Center menyebut kebijakan Turki terhadap Ukraina dan Rusia kemungkinan akan tetap ada jika Kilicdaroglu menang.
"Saya tidak berpikir berdasarkan pengetahuan langsung bahwa Putin menganggap Kilicdaroglu akan lebih keras terhadapnya daripada Erdogan (dalam situasi tertentu)... Tapi Putin kembali suka berurusan dengan orang yang dia kenal dan berpikir seperti dia. Itu Erdogan, bukan Kilicdaroglu," kata Jeffrey.
Sementara itu, Eleonora Tafuro, seorang peneliti senior di Pusat Rusia, Kaukasus dan Asia Tengah di ISPI, mengatakan kemitraan yang erat antara Putin dan Erdogan penting untuk hubungan bilateral. "Mengurangi hubungan menjadi bromance antara Putin dan Erdogan akan menjadi kesalahan," katanya.
"Putin pasti mendukung Erdogan... tapi dia juga siap bekerja dengan Kilicdaroglu. Hubungan dengan Turki terlalu vital baginya, terutama sekarang. Dan dia tidak mungkin kehilangan mereka, bahkan jika Erdogan meninggalkan kekuasaan," kata Tafuro.
[-]
-
Erdogan Beri Putin Wejangan soal Perang, Ini Isinya
(luc/luc)
Sentimen: negatif (87.7%)