Sentimen
Positif (99%)
12 Mei 2023 : 18.55
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Institusi: Johns Hopkins University

Orang Ini Nyaris Bisa Ubah Nasib Indonesia, Tapi...

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

12 Mei 2023 : 18.55
Orang Ini Nyaris Bisa Ubah Nasib Indonesia, Tapi...

Jakarta, CNBC Indonesia - Sesaat sebelum Indonesia menyepakati bantuan baru IMF pada 15 Januari 1998, Presiden Soeharto sebetulnya bakal menyepakati kebijakan yang disebut Currency Board System (CBS).

Boediono melalui Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah (2016) menyebut CBS adalah sistem yang dilaksanakan di negara dengan kurs mata uang yang lemah. Sistem ini bekerja dengan mematok nilai tukar secara tetap antara mata uang lokal dengan mata uang lain, seperti rupiah terhadap dollar.

Munculnya kebijakan ini bukan berasal dari para menteri ekonomi presiden, melainkan dari seorang Ekonom Universitas Johns Hopkins, AS bernama Steve H. Hanke. 

-

-

Sejak awal tahun 1998, Hanke diangkat menjadi penasihat ekonomi Presiden Soeharto. Karena inilah dia punya keistimewaan berlebih: menjadi satu-satunya orang yang bebas bicara kepada Soeharto yang dikenal otoriter dan mampu mengintervensi kebijakan ekonomi Indonesia. Menariknya lagi, Soeharto pun 'manut' kepada Hanke.

Lalu, bagaimana awal mula perkenalan Soeharto dengan Hanke?

Mengutip CNN Indonesia, Hanke diperkenalkan oleh Renee Zecha kepada dua tokoh ekonomi terkenal Orde Baru, yakni Fuad Bawazier dan Rini Soemarno.

Perlu diketahui, Zecha adalah Presiden Direktur PT SBC Warburg Indonesia, perusahaan modal ventura keuangan. Dia pun masih keturunan dari Adrian Zecha, raja hotel dunia pemilik Aman Resort. Sedangkan Fuad Bawazier kala itu Direktur Jenderal Pajak dan Rini direktur keuangan PT Astra International Tbk. 

Saat diperkenalkan, Soeharto langsung cocok dengan Hanke. Apalagi, Hanke memberikan solusi ke Soeharto untuk ekonomi Indonesia, yakni sistem CBS.

Hanke dalam tulisannya di Forbes 2017 silam mengaku CBS adalah jalan terbaik untuk Indonesia saat itu dan diprediksi bakal berhasil. Sebab, tidak ada satupun negara yang gagal saat menerapkan CBS.

Kepada Soeharto, Hanke bercerita bahwa kebijakan ini sudah sukses dilakukan di sejumlah negara berkembang, seperti Bulgaria, Bosnia, Lithuania, dan Argentina. Bahkan, di negara terakhir posisi Hanke juga diangkat sebagai penasehat keuangan pemerintah. Jadi, bukan tanpa alasan dan keraguan apabila Soeharto memilih skema CBS.

Atas dasar inilah, Soeharto pun sangat setuju dengan sistem CBS dan langsung mengumumkannya secara resmi di pidato kenegaraan. Rosidi Rizkiandi lewat Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi (2016) menyebut pengumuman itu membuat kurs rupiah terhadap dollar menguat 28% dan ekonomi berhasil bergairah.

Meski begitu, sesaat setelah pengumuman IMF dan pemerintah AS marah. Mereka merasa ditikung atas sikap Soeharto. Tak lama kemudian, Presiden AS Bill Clinton pun menelepon Soeharto pada 9 Januari 1998.

Clinton mendesak Soeharto segera bekerjasama dengan IMF. Soeharto terlanjur bingung dan tertekan. Dia ingin menyetujui kebijakan CBS, tetapi dia juga ditekan oleh pihak AS. Hingga akhirnya presiden manut dan menyepakati bantuan dana US$43 miliar dari IMF. Inilah awal mula Indonesia 'masuk neraka'.

Bantuan IMF kenyataannya tidak membuat situasi membaik, malah semakin buruk. Hingga akhirnya, Soeharto pun lengser karenanya. 

Steve Hanke pun terang-terangan menyebut bahwa IMF dan pemerintah AS sengaja ingin menjatuhkan Soeharto, yang kemudian benar terbukti ada 'tangan dingin' Paman Sam dalam keruntuhan Orde Baru. Lebih dari itu, Hanke pun menyebut bahwa IMF telah memanipulasi 'dosa-dosanya' di krisis moneter 1998 lewat penulisan ulang makalah sejarah krisis 1998 yang dipublikasikannya sendiri. 

Pada akhirnya, suratan takdir dan sejarah telah mencatat Soeharto mengikuti arahan IMF meskipun itu menjadi sesuatu yang harus dibayar mahal. Sebab, keputusan ini berujung pada lengsernya dia dari kursi kepresidenan. 


[-]

(mfa/mfa)

Sentimen: positif (99.2%)