Sentimen
Negatif (100%)
12 Mei 2023 : 14.44
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Washington

Kasus: Teroris, teror

Tokoh Terkait

Eks Napi Guantanamo Bongkar Penyiksaan AS, Telanjang-Al'Quran

12 Mei 2023 : 14.44 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Eks Napi Guantanamo Bongkar Penyiksaan AS, Telanjang-Al'Quran

Jakarta, CNBC Indonesia - Guantanamo merupakan salah satu penjara milik Amerika Serikat (AS) yang paling kontroversial. Pasalnya, sederet pelaku aksi-aksi besar seperti terorisme ditahan di penjara yang terletak di Kuba itu.

Namun tenarnya nama Guantanamo juga tak lepas dari dugaan penyiksaan Washington terhadap napi-napi yang berada di situ. Terbaru, hal kelam ini diungkap oleh salah satu napi teroris, Abu Zubaydah, yang menyajikan gambar-gambar penyiksaan yang diketahuinya kepada pengacaranya, Prof Mark Denbeaux.

Bersama murid-muridnya di Pusat Kebijakan dan Penelitian di sekolah hukum Universitas Seton Hall, Denbeaux menyusun gambar dan kata-kata Zubaydah ke dalam laporan baru. Laporan itu dinamakan "American Torturers: FBI and CIA Abuses at Dark Sites and Guantánamo".

-

-

"Ia adalah orang pertama yang disiksa, yang telah disetujui oleh Departemen Kehakiman berdasarkan fakta yang diketahui CIA salah. Gambarnya adalah penolakan terakhir atas kegagalan dan penyalahgunaan penyiksaan," ujarnya dikutip Guardian, Jumat, (12/5/2023).

Zubaydah, 52 tahun, ditangkap di Pakistan pada Maret 2002 dan dibawa ke beberapa situs gelap CIA di Polandia, Lituania, dan tempat lain. Ia merupakan korban pertama dari apa yang kemudian menjadi penggunaan penyiksaan oleh AS terhadap tersangka teror.

AS awalnya mengklaim ia adalah seorang agen al-Qaeda. Namun setelah penyelidikan panjang, Negeri Paman Sam dipaksa untuk mengakui bahwa Zubaydah bahkan bukan anggota kelompok teror.

"Semua orang setuju, mereka menyiksa orang yang salah; mereka tetap melakukannya sehingga mereka bisa mendapatkan izin untuk menyiksa orang lain," kata Denbeaux.

Di antara gambar yang diterbitkan Guardian untuk pertama kalinya adalah salah satu adegan yang menunjukkan agen bertopeng mengancam Zubaydah secara fisik dengan pemerkosaan anal. Ia juga menggambarkan adegan mendorong para tahanan agar terantuk di tembok yang dinamakan walling.

"Mereka tiba-tiba memasuki sel tahanan dan mulai membenturkannya ke dinding," pungkas kesaksian Zubaydah.

Selain itu, Zubaydah juga melukiskan gambar-gambar penyiksaan di mana para agen menempatkan tahanan dalam rasa sakit, stres, lapar, dan dingin selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Ini dinamakan sebagai Vortex.

"Mereka menggunakan metode penyiksaan khusus, dalam hal ini memukul dengan tongkat dalam cuaca yang sangat dingin, sehingga rasa sakitnya akan berlipat ganda, dan mereka fokus memukul sampai narapidana hampir pingsan, atau bahkan benar-benar pingsan," katanya.

"Mereka membangunkannya dengan kasar, kemudian mereka mulai fokus pada metode penyiksaan lain selama satu jam ... Kemudian, jam berikutnya mereka menggunakan metode ketiga dan seterusnya sampai mereka menyelesaikan semua metode mereka," ujarnya.

Di gambar lain, Zubaydah menggambar dirinya dirantai telanjang di depan seorang interogator wanita. Gambar lebih lanjut menunjukkan penjaga mengancam untuk menodai Al Quran, teknik yang tidak pernah disetujui secara resmi oleh departemen kehakiman.

"Serangan seksual tidak pernah disetujui, ketelanjangan tidak pernah disetujui, penghinaan dengan kehadiran wanita tidak pernah disetujui, dan juga tidak membuat seseorang mengalami penyiksaan berkepanjangan sampai kelelahan atau lebih buruk," tambah Denbeaux.

Rupa-rupa penyiksaan secara seksual pun ikut dilakukan agen CIA. Sebuah gambar Zubaydah mendeskripsikan tahanan yang diikat dan diancam disodomi oleh tangan dan tongkat yang dimiliki agen tersebut.

"Kami akan meletakkan tongkat besar ini atau yang lebih besar di anus Anda untuk melubanginya... Anda bisa membayangkan perasaannya tahanan menderita, seperti rasa takut, sakit dan malu," sebut keterangan Zubaydah.

Tak putus sampai disitu, Zubaydah menjadi sasaran simulasi tenggelam, atau waterboarding, sebanyak 83 kali. Ia menggambarkan variasi teknik yang berbeda, termasuk satu di mana ia ditempatkan di kotak seukuran peti mati yang kemudian diisi air sampai ke hidungnya.

"Ia tetap takut tenggelam sepanjang hari," tambahnya.

Sementara itu, Zubaydah juga mengakui mendengar teriakan-teriakan kesakitan disertai dengan bunyi alat bor. Ia mengatakan menguping sebuah pembicaraan antara agen dengan tahanan lainnya, di mana sang agen penyelidik mengancam akan menempatkan lagi alat bor di kaki dan kepala tahanan.

"Saya mendengar orang yang melakukan penyiksaan berteriak dan mengancam bahwa dia akan mengebor alat itu ke kepala dan/atau kaki dan/atau pantat, dan/atau perut tahanan yang mengalami siksaan," ujarnya.


[-]

-

Kecam Pembakaran Al-Qur'an, Massa Aksi Injak Bendera Swedia
(sef/sef)

Sentimen: negatif (100%)