Sentimen
Negatif (88%)
5 Mei 2023 : 23.25
Tokoh Terkait

Kementerian Luar Negeri: WNI Korban Penipuan Kerja Online Scam Kebanyakan Berpendidikan dan Paham IT

Tribunnews.com Tribunnews.com Jenis Media: Nasional

5 Mei 2023 : 23.25
Kementerian Luar Negeri: WNI Korban Penipuan Kerja Online Scam Kebanyakan Berpendidikan dan Paham IT

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban penipuan kerja di perusahaan judi online (online scam) kebanyakan berpendidikan dan mengerti tentang teknologi informasi (IT).

Hal ini berbeda dengan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berangkat secara ilegal ke Malaysia, yang kebanyakan bekerja di sektor informal sebagai asisten rumah tangga dan kurang berpendidikan.

"Kalau ke Malaysia, yang berangkat unprosedural (ilegal) itu uneducated (tidak berpendidikan). Kalau online scam mereka menyasar ke golongan berbeda, kelompok milenial dan mereka educated," kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha pada konferensi pers di kantor Kemlu, Jakarta, Jumat (5/5/2023).

Direktur Kemlu mengatakan WNI yang menjadi korban penipuan kerja judi online kebanyakan punya background IT yang baik dan dari golongan muda, bahkan ada yang lulusan S1.

Perusahaan mensyaratkan hal tersebut, karena mereka akan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi.

Para WNI tersebut mulanya ditawarkan bekerja sebagai customer service dengan gaji USD 1000 hingga USD 1200.

Setibanya ke negara tujuan, mereka diberi komputer dan diajari bagaimana melakukan scamming,

"Mereka diminta untuk membuat akun palsu, bisa dimana-mana, kemudian mereka diminta untuk melakukan profiling kepada target korbannya yang kebanyakan orang Indonesia. Mereka akan melihat profiling korban mulai dari akun sosmed misalkan yang bersangkutan punya mobil bagus dan sebagainya," kata Judha.

Modusnya, target yang sudah ditentukan, kemudian akan didekati dengan akun palsu yang kebanyakan menggunakan akun dan foto profil wanita dengan wajah yang menarik.

Setelah korban termakan bujuk rayu, baru dilakukan scamming.

"Modusnya macam-macam bisa melalui investasi bodong atau melai belanja online belanja satu juga dapat cashback 200 ribu. Belum dikirim, sudah ditawari lagi naikin lagi 10 juta nanti dapat cashback 2 juta dikirim dapat uang terus naik sampai puluhan hingga ratusan juta. Begitu sampai ratusan juta akunnya langsung diputus, kemudian hilangnya kontaknya," kata Judha.

Baca juga: Cara Hindari Scamming di Dunia Online, Simak Tips dari Ahli

"Tentu mereka harus punya background IT itulah mengapa yang berangkat mayoritas kelompok muda yang memang aktif ke sosmed dan melek IT," ungkap Direktur Kemlu.

Sentimen: negatif (88.6%)