Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Surabaya, Trenggalek, Yogyakarta, Tokyo
Tarian Tradisional Indonesia Bukan Sekadar Menari Tapi Memegang Teguh Prinsip Budaya
Krjogja.com Jenis Media: News
KULONPROGO - Solidaritas Seniman Tari Daerah Istimewa Yogyakarta (Joged) bekerja sama Kundha Kabudayan DIY menggelar event tahunan Jogja Joged, bertepatan Hari Tari Dunia yang dipusatkan di Taman Budaya Kulonprogo (TBK) Pengasih Kulonprogo, Sabtu (29/04/2023) malam.
Dalam perhelatan Jogja Joged, selain menampilkan tari pembuka Jogja Joged, penampilan lima karya wilayah kabupaten/ Kota se-DIY, penampilan internasional, kolaborasi ragam raga dan penampilan bintang tamu Ritus Tubuh serta tarian penutup joged angguk, panitia juga memberi kesempatan para pelaku UMKM untuk mengikuti pameran produk UMKM di halaman TBK.
Sementara itu dalam sarasehan sebagai rangkaian Hari Tari Dunia di Pendapa TBK, para narasumber di antaranya, kreografer asal Jerman Martina Cornelia Feiertag yang saat ini tinggal di Surabaya bersama suaminya, Dian Nova Saputra atau yang lebih dikenal Dian Bokir, seorang seniman tari yang sudah mendunia, mengaku sejak menekuni dunia tari dirinya bersama suami telah menciptakan sebuah karya tari menggabungkan tari tradisional Jawa Timur dan kontemporer.
"Terus terang saya lebih banyak menguasai tari-tarian laki-laki ketimbang tari-tarian wanita. Saya bahkan sama sekali tidak bisa menari wanita," ujarnya wanita yang tinggal di Indonesia sejak 2019 silam tersebut.
Tarian tradisional Indonesia yang pertama diajarkan suaminya adalah Jaranan dan Tari tradisional Trenggalek.
Penari asal Tokyo Jepang, Tomomi Yokosuka mengungkapkan, ada perbedaan antara tari ritual di Jepang dan di Indonesia.
Kalau di Jepang, tari ritual tidak dijadikan tari pertunjukan hanya digunakan untuk upara ritual atau persembahan. Sedangkan tari ritual di Indonesia bisa disaksikan atau dipertontonkan kepada masyarakat umum.
Lebih jauh Tomo menceritakan perjalanan dirinya menekuni dunia tari, 2003 dapat beasiswa jadi aktor, saat ke Yogya tahu ada tari klasik, belajar dan privat. Tarian tradisional Indonesia bukan sekadar tarian biasa tapi memegang teguh prinsip budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
"Saya tahu tari kontemporer juga dari penari Indonesia yang menampilkan tradisi Indonesia dan tari kontemporer Indonesia punya ciri khas memiliki akar tradisi yang sangat kuat. Sehingga saya mencintai Indonesia dan memilih menetap di Yogya," kata Tomo yang bisa menari Jaipong, tari klasik Yogya, tari tradisional Lampung dan tari-tarian tradisional daerah lain.
Pembicara lain Cristina Duque Martinez dari Ekuador dan Anter Asmorotedjo dari Yogyakarta. Kepala Kundha Kabudayan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, dalam event tahunan tersebut pihaknya bersama panitia menghadirkan 450 penari lintas generasi dari kabupaten/ kota se-DIY. Selain itu juga menampilkan tiga penari dari manca negara bersedekah tarian dengan mengusung tema kearifan lokal.
Ketua Panitia Jogja Joged, Acun Kuncoro Dewa mengatakan, sedekah tari didedikasikan bagi DIY. Dari Yogya menyapa dunia merupakan solidaritas murni dari seluruh seniman tari untuk mengangkat dan mengapresiasi tari sebagai bagian dari masyarakat yang dirintis 2021 saat awal pandemi.
"Jogja Joged merupakan implementasi kerukunan, kebersamaan dan solidaritas masyarakat tari di DIY dan tidak hanya sekadar seremonial belaka," tuturnya. (Rul)
Sentimen: positif (100%)