Sentimen
Positif (100%)
3 Mei 2023 : 05.02
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: Kartini, Yogyakarta, Mataram, Serang

15 Pahlawan Wanita Nasional, Memperjuangkan Kemerdekaan Dan Emansipasi

3 Mei 2023 : 05.02 Views 3

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

15 Pahlawan Wanita Nasional, Memperjuangkan Kemerdekaan Dan Emansipasi

AKURAT.CO  Tidak hanya laki-laki, wanita juga berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pahlawan wanita juga menjadi sosok yang menginspirasi banyak orang hingga saat ini, bahkan menciptakan emansipasi wanita dan jasanya sangat terkenang.

Di balik kelembutannya, tidak disangka pahlawan wanita memiliki kekuatan yang bisa mengubah dunia. Namun masih banyak pahlawan wanita yang jarang diketahui dan namanya tidak sepopuler Raden Ajeng Kartini.

Untuk mengenang kembali jasa mereka dalam memperjuangkan hak emansipasi wanita sekaligus kemerdekaan Indonesia, berikut ini ulasan kaum Hawa yang menjadi pahlawan Indonesia.

baca juga: Pahlawan wanita nasional

Dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (3/5/2023), berikut daftar nama pahlawan wanita nasional yang menginspirasi:

1. Raden Ajeng Kartini - Jepara 

R.Kartini (Sejarah Lengkap ) 

Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu wanita inspiratif Indonesia yang sangat terkenal usahanya untuk memperjuangkan hak-hak wanita. Dia pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan agar mereka memperoleh hak yang sama seperti kaum pria.

Kartini dianggap sebagai pelopor emansipasi wanita, berkat pemikirannya yang maju, wanita Indonesia bisa bekerja serta menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi hingga saat ini.

Raden Ajeng Kartini menuliskan pemikirannya tentang kondisi sosial terutama kondisi perempuan pribumi dalam bentuk surat.

Surat-surat tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kemudian dikumpulkan hingga menjadi sebuah buku.

2. Cut Nyak Dien - Aceh

Cut Nyak Dhien (Kepustakaan Kowani)

Cut Nyak Dien merupakan pahlawan wanita yang berasal dari Aceh dan turut berjuang melawan Belanda saat perang Aceh tahun 1873-1904.

Kematian suaminya, Teuku Umar saat bertempur melawan Belanda membuatnya marah hingga bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Ia menjadi garda terdepan dalam perang melawan Belanda dengan tangkas, tangguh dan gigih dalam memperjuangkan tanah air, bangsa dan agama.

Selain itu, Cut Nyak Dien juga merupakan tokoh yang memegang peranan penting bagi masyarakat Aceh di bidang politik maupun yang lainnya.

3. Cut Nyak Meutia – Aceh 

Cut Nyak Meutia (Tokoh Wanita) 

Cut Nyak Meutia juga berasal dari Aceh. Paras cantiknya seringkali menghiasi pertempuran melawan Belanda di Aceh Utara.

Ia merupakan pemimpin Gerilya Aceh yang berperang melawan pasukan kolonial Belanda.

Sejak kecil, dirinya diajarkan agama Islam oleh kedua orang tuanya untuk mengajak dalam hal kebaikan dan mencegah kemungkaran atau kejahatan

Dalam perjuangannya, ia berdampingan bersama dengan suaminya, Teuku Chik Tunong yang kemudian ditangkap dan ditembak mati oleh Belanda.

Setelah kematian Teuku Chik, perjuangan melawan Belanda dilanjutkan bersama suami barunya, Pang Nanggroe. Namun, Pang Nanggroe juga tewas terkena tembakan Belanda.

Setelah kejadian itu, Cut Meutia akhirnya berjuang sendiri bersama pasukannya hingga wafat.

4. Raden Dewi Sartika - Jawa Barat

Raden Dewi Sartika (Tokoh Indonesia)

Raden Dewi Sartika merupakan salah satu tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita. Ia mendirikan sekolah pertama untuk wanita dan membuat tulisan berjudul 'De Inlandsche Vrouw' yang berarti 'wanita bumiputera'.

Konon, ketertarikannya terhadap dunia pendidikan sudah ditunjukkan sejak Dewi Sartika masih kecil.

5. Hj. Fatmawati Soekarno - Bengkulu

Fatmawati (Pinterest)

Hj. Fatmawati Soekarno merupakan salah satu istri dari Presiden pertama RI, Soekarno yang dikenal karena jasanya menjahit bendera pusaka Merah Putih.

Bendera yang dijahitnya dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, 17 Agustus 1945.

Fatmawati juga dengan gigih ikut memperjuangkan agar dokumen, barang, dan arsip pemerintah RI yang dirampas oleh Belanda antara tahun 1945 sampai dengan 1950 di Jakarta dan Yogyakarta dapat dikembalikan ke Indonesia.

Selain itu, ia juga turut serta secara aktif dalam memberikan bantuan mengirim perbekalan kepada istri prajurit dan prajurit yang sedang berjuang di wilayah pertempuran.

6. Martha Christina Tiahahu - Maluku

Martha Christina Tiahahu (Jejak Peradaban)

Martha Christina Tiahahu merupakan anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu, dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya.

Kehadirannya di tengah-tengah pertempuran membakar semangat kaum perempuan untuk mendampingi kaum laki-laki di medan perang.

Martha merupakan seorang puteri remaja yang turut dalam pertempuran melawan tentara kolonial Belanda.

Ia selalu menemani sang ayah dalam setiap pertempuran, diantaranya perlawanan di Saparua di tahun 1817, perlawanan merebut benteng Beverwijk dan pertempuran di daerah Ulat dan Ouw.

7. Nyai Ageng Serang - Yogyakarta

Nyi Ageng Serang (Wikipedia)

Nyi Ageng Serang adalah anak dari Pangeran Ronggo Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram.

Ia menggantikan kedudukan sang ayah setelah ayahnya wafat.

Saat dewasa Ia turut ikut berperang melawan penjajah. Berkat perjuangannya, Nyi Ageng Serang ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh pemerintah pada 1974.

8. Hj. Rangkayo Rasuna Said - Maninjau

Hj. Rangkayo Rasuna Said (Sejarah Bangsa Indonesia)

Hj. Rangkayo Rasuna Said juga memperjuangkan kesamaan hak pria dan wanita, dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang menciptakan gerakan kegiatan Rasuna Said selaku wanita muda Islam dari Minangkabau.

Selain itu, Ia juga dikenal sebagai sosok pandai, cerdas, pemberani dan sangat memperhatikan kemajuan dan pendidikan untuk kaum wanita.

Menurutnya, kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa didapat dengan mendirikan sekolah, tapi juga harus disertai dengan perjuangan politik.

9. Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan - Yogyakarta

Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (Aisyiyah)

Siti Walidah atau yang dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh emansipasi wanita dan merupakan seorang istri dari pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.

Ia sering  menemani suaminya dalam mengembangkan ajaran Muhammadiyah. Selain itu, dirinya juga melakukan berbagai jasa lainnya, seperti:

Mendirikan sekolah asrama dan sekolah putri yang mengajarkan pendidikan Islam bagi perempuan. Berpartisipasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno. Memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan.

10. Opu Daeng Risaju - Sulawesi Selatan

Opu Daeng Risadju (IKPNI) 

 Opu Daeng Risaju membangkitkan semangat para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Tindakannya itu membuat Belanda kewalahan dan melakukan segala upaya menangkap dan menghentikan aksinya.

11. Maria Walanda Maramis - Sulawesi Utara

Maria Walanda Maramis (Kebudayaan Kemdikbud)

Marla Walanda Maramis merupakan pendidik dan penggiat hak-hak perempuan. Ia juga sosok pendobrak adat, pejuang kemajuan, dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.

Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada 8 Juli 1917 yang bertujuan untuk memajukan pendidikan perempuan Minahasa.

Pada tahun 1919, Maria berhasil memperjuangkan kaum wanita Minahasa untuk mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad.

12. Raden Ayu Hj. Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto) - Surakarta

Ibu Tien Soeharto (Wikipedia)

Raden Ayu Hj. Siti Hartinah dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto merupakan istri Presiden Indonesia kedua, Soeharto.

Ia dikenal untuk pengabdiannya kepada bangsa dan negara serta pernah menjabat berbagai jabatan kenegaraan.

Ibu Tien juga memprakarsai pendirian Perpustakaan Nasional sebagai upaya untuk meningkatkan minat baca generasi penerus bangsa.

Selain itu, jasanya yang bisa dinikmati hingga sekarang ia juga memprakarsai pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

13. Keumalahayati -  Aceh

Keumalahayati (Kepustakaan Kowani)

Keumalahayati dikenal juga dengan nama Malahayati, merupakan laksamana laut muslimah pertama di dunia dan sosok pahlawan wanita inspiratif dari Indonesia.

Ia tertarik mendalami dunia kelautan tak lepas dari sosok ayah dan kakeknya yang seorang laksamana. Kemampuan militernya terasah saat ia menempuh pendidikan militer angkatan laut di sebuah akademi.

Setelah sang suami meninggal, Keumalahayati membentuk pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang tewas) untuk melawan penjajah dengan memimpin 2.000 pasukan dan 100 unit kapal perang.

Ia dan pasukannya terlibat dalam berbagai pertempuran dengan prajurit Belanda dan Portugis di Selat Malaka dan sekitarnya.

Hingga kini, jasanya selalu dikenang dan keberaniannya menjadi inspirasi banyak wanita Indonesia.

14. Roehana Koeddoes - Sumatera Barat

Roehana Koeddoes (Wikipedia)

Roehana Koeddoes merupakan tokoh wartawati perempuan pertama di Indonesia yang telah dianugerahi gelar pahlawan oleh Presiden Joko Widodo.

Semasa hidupnya, ia pernah mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada tahun 1911.

Di sekolah tersebut, perempuan diajarkan berbagai jenis keterampilan, seperti tulis-baca, budi pekerti, mengelola keuangan, Bahasa Belanda, hingga pendidikan agama.

Ayahnya adalah seorang jurnalis, sedangkan ibunya merupakan ibu rumah tangga yang tangguh yang selalu mendukung karier suaminya.

Roehana banyak belajar membaca dan menulis dari sang ayah karena ia tak mendapatkan pendidikan formal.

Sebagai jurnalis, Roehana pernah menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia dan pada 10 Juli 1912, ia mendirikan surat kabar Sunting Melayu yang dikenal sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Jasanya sebagai pejuang di bidang jurnalistik yang melawan penjajah kini menjadi inspirasi bagi banyak wanita Indonesia.

15. Siti Manggopoh - Sumatera Barat

Siti Manggopoh (Kebudayaan Kemdikbud)

Siti Manggopoh dijuluki Singa Betina dari Manggopoh. Pada 1908, Siti Manggopoh melakukan perlawanan terhadap kebijakan ekonomi Belanda melalui pajak uang (belasting).

Peraturan belasting dianggap bertentangan dengan adat Minangkabau, karena tanah adalah kepunyaan komunal atau kaum di Minangkabau.

Pada 16 Juni 1908, Belanda sangat kewalahan menghadapi Siti Manggopoh sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar nagari Manggopoh.

Dengan siasat jitu, Siti Manggopoh dan pasukannya berhasil menewaskan 53 orang serdadu penjaga benteng.

Ia dinobatkan oleh Satria Muda Indonesia sebagai pendekar silat Minang dan memang sudah terkenal pesilat tangguh sejak dirinya masih remaja.

Namun sayangnya, Siti Manggopoh hampir tidak pernah terekspose dalam sejarah Indonesia.

Sentimen: positif (100%)