Sentimen
Informasi Tambahan
Hewan: Ayam
Kab/Kota: Bantul
Kirab Tebu Temanten Cembeng Harapkan Gilingan Tebu Melimpah
Krjogja.com Jenis Media: News
Kirab tebu temanten Cembeng PG - PS Madukismo menyedot ribuan penonton (Judiman)
Krjogja.com - BANTUL- Puncak upacara ritual selamatan buka giling dan suling di PT Madubaru (Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo) Kasihan Bantul atau poluler dinamakan Cembengan dengan bentuk kirab sepasang tebu temanten diselenggarakan Sabtu (29/4) sore.
Kirab tebu temanten yang diiringi sejumlah bregodo prajurit, kelompok kesenian tradidisional, kelompok petani tebu, drum band dari masyarakat sekitar dimulai dari halaman gedung Maducandya menuju Masjid An Nur untuk dilakukan upacara ijab Qobul. Usai uparaca ijab dilanjutkan kirab menempuh jarak sekitar 1,5 km mengelilingi komplek pabrik gula Madukismo. Acara tersebut mampu menyedot ribuan penonton berdiri di sepanjang jalan yang dilalui kirab pasangan tebu temanten yang diberi nama Kyai Raditya dan Nyai Manis.
Usai dikirabkan, pasangan tebu temanten Kyai Raditya dan Nyai Manis diserahkan dari kepala bagian tanaman kepada kepala bagian instalasi melalui upacara "srah- srahan" di stasiun Gilingan disaksikan Komisaris PT Madubaru Ir H Rachmad Edi Cahyono MSi, Dirut PT Madubaru (PG- PS Madukismo) Drs H Budi Hidayat, Staf Ahli Bupati Bantul Yus Warseno SPi MSc, Camat Kasihan Subarta SSos MSc , para undangan dan perwakilan karyawan PG- Madukismo.
Upacara diakhiri dengan sesaji 40 ingkung ayam panggang dan menanam kepala lembu di depan stasiun Gilingan. Kemudian pasangan tebu temanten diistirahatkan di stasiun gilingan yang nantinya akan menjadi cucuk lampah untuk digiling pertamakali pada permulaan musim giling 2023 yang direncanakan pada Jumat (5/5) mendatang.
Menurut Rachmad Edi Cahyono didampingi Budi Hidayat, upacara tradisi Cembengan di pabrik merupakan upacara tradisi yang dilakukan di semua pabrik sejak zaman pemerintahan Belanda. Hingga sekarang tradisi ini masih di lestarikan sebagai peninggalan kebudayaan. "Istilah Cembeng ini berasal dari bahasa Mandarin, yakni Cing Bing atau hari berziarah bagi warga Tionghoa. Karena dulu para ahli memasak gula pada umumnya dari keturunan Tionghoa, maka setiap permulaan giling di pabrik gula oleh para ahli memasak gula dilakukan upacara Cing Bing kemudian populer menjadi tradisi Cembeng atau Cembengan.
"Terkait dengan tebu temanten, mempunya filosofi bahwa sepasang tebu manten tersebut akan menjadi induk yang akan mempunyai banyak anak, maka diharapkan tebu yang akan digiling bisa melimpah ruah. (Jdm)
Sentimen: positif (95.5%)