Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pelaku usaha di industri makanan dan minuman mengklaim belum menemukan adanya karyawan yang dirumahkan maupun pengurangan jam kerja. Di sisi lain di sektor lain seperti tekstil dan garmen juga alas kaki, isu pengurangan jam kerja dan PHK sudah sangat masif.

"Sementara saya tidak terima laporan adanya PHK di sektor makanan dan minuman," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S Lukman kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/11/22).

Mengenai geliat Industri, setelah ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak justru terasa meningkat, utamanya setelah ada penyesuaian

-

-

"Yang agak lambat bulan Juli - September. Akhir September membaik sampai sekarang," ujar Adhi.

Sebelumnya, kalangan buruh menyebut sudah mulai ada penyesuaian jam kerja para pekerja di sektor makanan dan minuman.

"Perusahaan sudah mulai mengetatkan biaya produksi, makin efektif. Yang kerja udah mulai gantian, nggak sekaligus kaya kemarin-kemarin. Jadi mulai ada penyesuaian lah," kata Presiden Federasi Serikat Buruh Makanan dan Minuman (FSBMM), Dwi Haryoto kepada CNBC Indonesia.

Penyesuaian lain juga sudah mulai terasa dengan hilangnya beberapa hak kerja pegawai seperti lembur. Kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

"Biasanya ada lemburan, tinggal merem saja dapat lembur, sekarang mulai hilang. Biasanya ada uang tambah dari situ jadi berkurang," kata Dwi.