Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Ada Apa Raja Salman? Pangeran Arab Masuk Penjara Usai dari AS
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Pangeran Arab Saudi Abdullah bin Faisal al Saud dipenjara setelah kembali dari Amerika Serikat (AS) karena komentarnya tentang negaranya. Bahkan, warga Arab Saudi yang tengah tinggal di AS juga dilaporkan sedang menjadi sasaran penangkapan karena komentarnya tentang kerajaan.
Setelah lulus dari Boston Northeastern University, Abdullah Bin Faisal ditangkap karena sebuah panggilan telepon dalam perjalanan pulangnya menuju Arab Saudi. Akibat komunikasi tersebut, ia mendapat hukuman hingga 30 tahun pada Agustus lalu.
Kasus pangeran Abdullah yang dirinci dalam dokumen pengadilan Saudi yang diperoleh Associated Press, belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Namun, selama lima tahun terakhir, pengawasan, intimidasi, dan pengejaran Saudi terhadap warga Saudi di wilayah AS telah meningkat ketika kerajaan meningkatan penindasan di bawah penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.
Hal itu didukung dari keterangan FBI, kelompok hak asasi manusia, dan wawancara warga Saudi yang tinggal di luar negeri. Bahkan beberapa orang itu mengatakan agen FBI menyarankan mereka untuk tidak pulang ke negaranya.
Kedutaan Besar Saudi di Washington menanggapi penyelidikan oleh AP dan membantah hal tersebut. "Gagasan bahwa pemerintah Saudi atau lembaganya melecehkan warganya sendiri di luar negeri tidak masuk akal," jelas Kedutaan, seperti dilaporkan Fox News yang mengutip Associated Press, Minggu (6/11/2022).
Setelah menghukum pangeran Abdullah, Arab Saudi juga memberikan hukuman seumur hidup secara virtual kepada Saad al Madi kepada seorang Saudi-Amerika berusia 72 tahun karena unggahan di Twitter.
Selain itu Agustus lalu, kerajaan juga memberikan hukuman penjara 34 tahun kepada seorang siswa Saudi berusia 34 tahun di Inggris, Salma al Shehab karena unggahannya di Twitter.
Ketiga hukuman itu dijatuhkan beberapa minggu setelah Presiden Joe Biden mengesampingkan kecaman masa lalunya atas catatan hak asasi manusia Arab Saudi sebelum melakukan perjalanan ke Arab Saudi.
Hal itu 'terpaksa' dilakukan ketika AS sangat membutuhkan kerajaan untuk menjaga produksi minyak. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Arab Saudi dan OPEC justru memangkas produksinya.
Freedom House, sebuah kelompok penelitian dan advokasi, mengatakan Arab Saudi telah menargetkan kritik di 14 negara, termasuk penargetan terkoordinasi dan dijalankan dari Amerika Serikat.
Tujuannya untuk memata-matai orang Saudi dan mengintimidasi mereka atau memaksa mereka kembali ke kerajaan. "Ini merupakan pelanggaran berat," kata Nate Schenkkan dari Freedom House tentang pemenjaraan baru-baru ini terhadap orang Saudi yang berbasis di Barat.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan saat ini sedang menyelidiki kasus Pangeran Abdullah, sedangkan FBI belum mau berkomentar.
[-]
-
Raja Salman Longgarkan Aturan Covid Jemaah Haji, Apa Tuh?(pgr/pgr)
Sentimen: negatif (100%)