Sentimen
Positif (86%)
20 Apr 2023 : 20.50
Informasi Tambahan

Event: salat Jumat, Ramadhan

Kab/Kota: Sintang

Ramadan Seratus Meriam Karbit Sambut Malam Idulfitri di Sintang Pusat Pemberitaan

20 Apr 2023 : 20.50 Views 1

RRi.co.id RRi.co.id Jenis Media: Nasional

Ramadan
Seratus Meriam Karbit Sambut Malam Idulfitri di Sintang 

Pusat Pemberitaan

KBRN, Sintang: Tak kurang dari seratus unit meriam karbit akan menghujani Kota Sintang pada malam Idulfitri 1444 Hijriyah. Festival Meriam Karbit ini digelar Masjid Jami’ Sultan Nata dan Pemuda Pulau Perigi Tanah Senentang.

“Festival Meriam Karbit Tahun 2023/144 H ini memperebutkan Piala Bergilir Bupati Sintang,” kata Ketua Panitia Hirrah Ramadhan 1444 H Ade Muhammad Iswadi, Kamis (20/4/2022).

Festival ini sempat terhenti karena pandemi sekitar tiga tahun (2020-2022). Ade menjelaskan Hirrah Ramadhan yang diadakan ini terbagi dalam dua jenis kegiatan, yaitu berkenaan dengan ibadah dan tradisi. 

Kegiatan bersifat ibadah yang pernah dilaksanakan dalam kurun waktu 2016-2019, seperti baca ayat pendek dan azan. Untuk kegiatan bersifat tradisi adalah pawai obor, ngeleman, tabuh bedug, bedel buloh, dan meriam karbit.

“Untuk tahun 2023 ini panitia mempertimbangkan dua kegiatan tradisi yaitu bedel buloh dan meriam karbit yang juga terkait sejarah dan heroisme pada zaman Kerajaan Sintang,” kata penyandang gelar kekerabatan Pangeran Muda Wiraguna Suryanata ini.

Ami, panggilan akrab Ade Muhammad Iswadi, juga menjelaskan beberapa tradisi lama yang selalu dilakukan masyarakat Sintang. Tradisi tersebut sudah ada sejak zaman Kerajaan Sintang, seperti pawai obor, ngeleman, festival bedug, bedel buloh, dan meriam.

Obor dan ngeleman merupakan tradisi saat belum mengenal listrik. Masyarakat Sintang menerangi lingkungan dengan menggunakan obor dan menuju rumah ibadah juga membawa obor. 

“Obor ada yang disusun sepanjang jalan menuju rumah ibadah atau rumah masing-masing tak jarang dibentuk menyerupai berbagai bentuk kapal, kubah masjid, bintang bulan, dan lain sebagainya,” kata dia.

Tradisi bedug merupakan tradisi yang sampai kini masih dilaksanakan, terutama saat salat Jumat. Ada petugas yang masih menabuh bedug sebelum muazin melantun azan tanda dimulainya waktu salat Jumat.

“Kalau dulu hampir semua waktu sholat bedug ditabuh hingga terdengar di kejauhan. Bahkan oleh petugas tertentu saat dipukul suaranya, terdengar hingga ke hampir seluruh wilayah Kerajaan Sintang pada saat itu,” katanya.

Ami juga menjelaskan terkait bedel buloh (bedil bambu). Tradisi penggunaan bedel buloh ini menjadi cerita turun temurun di beberapa keluarga Kerajaan Sintang. 

Cerita tersebut terjadi pada masa perlawanan Pangeran Kuning dengan pusat gerilya pertamanya di Teluk Menyurai (Korem 121/AWB sekarang). Para ibu saat itu, termasuk Ratu Kuning (istri Pangeran Kuning) bernama Mas Srigading, membantu perjuangan Pangeran Kuning dan pengikutnya.

Mereka memanfaatkan bambu di sekitar untuk dijadikan bedel buloh. Bambu-bambu itu digunakan dalam gerilya melawan penjajahan Belanda.

“Pada saat Pangeran Kuning dan pengikutnya hendak bergerak, kaum hawa menembakkan bedel buloh untuk mengelabui Belanda agar mengira posisi Pangeran Kuning ditempat suara itu berasal. Padahal di sisi lain, Pangeran Kuning dan pengikutnya bergerilya untuk menyerang ke pusat kedudukan Belanda, terutama di Tanah Tanjung (Bekang saat ini),” katanya.

Permainan panahan juga menjadi salah satu tradisi masyarakat Sintang sejak lama. Pengaruh Turki Ottoman, ditunjukkan dari lambang bulan dan bintang di Kubah Masjid Jami, juga memengaruhi situasi Kerajaan Sintang .

Penembakkan meriam pada masa Kerajaan Sintang selalu dilakukan di depan Istana sebagai tanda memasuki Bulan Ramadan. Itu juga menjadi tanda kepastian bagi masyarakat Sintang untuk menjalankan tarawih dan memulai ibadah puasa hari pertama.

“Meriam yang ditembakkan, menurut para orangtua dulu, adalah Meriam Segentar Alam yang suaranya dikabarkan terdengar hingga ke hampir seluruh wilayah Sintang,” kata Ami.

Sampai saat ini sudah 13 kelompok yang mendaftar sebagai peserta Festival Meriam Karbit tahun 2023. Tidak sedikit kelompok yang tidak ikut mendaftar namun tetap memainkannya sebagai tradisi.

Ini membuat jumlah meriam karbit mencapai 100-an. Sebanyak 74 di antaranya adalah yang terdaftar di panitia. 

Sentimen: positif (86.5%)