Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Koalisi besar hanya akan menghasilkan dua pasangan calon presiden, apakah sehat kompetisinya?
Elshinta.com Jenis Media: Politik
Peneliti Utama BRIN, Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A
Elshinta.com - Wacana peleburan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), dinilai sejumlah kalangan adalah bagian dari manuver, Jokowi.
Sejumlah pihak optimis dengan upaya pembentukan poros koalisi besar utk Pilpres 2024, namun sebagian pihak lainnya mersa ragu, sebab koalisi besar bisa membuat pengambilan keputusan soal memilih calon presiden semakin rumit.
Peneliti Utama Badan Riset Nasional (BRIN) Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A. mengatakan bahwa ia menangkap ada proses bottom up yang cukup kuat dan mendominasi yakni, masayarakat menginginkan pemimpin yang lebih beragam dengan menampilkan calon-calon presiden dari figure-figur yang disukai.
“Tapi apa yang terjadi, membangun koalisi dengan domain partai, dan ketika menentukkan capres cawapres, ternyata suara partailah yang dominan, bukan suara rakyat lagi. Nah ini yang perlu kita sampaikan pada Elit-Politik, untuk senantiasa mendengarkan aspirasi rakyat, jangan top down aja. Jangan elitis aja yang dominan. Dengar, apa yang dikendaki rakyat,” demikian dikatan Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A. dalam wawancara di Elshinta News and Talk Jumat, 14 April 2023 pagi.
Siti berharap. para Elit-Partai, belajar dari pengalaman pada dua periode lalu, dengan hanya disuguhkan dua pasang calon presiden dan wakil presiden endingnya kisruh.
Terjadi silang pendapat, karut marut serta mengancam kesatuan Indonesia, karena ada keterbelahan di tengah masyarakat dengan alasan politisasi agama. “Ini yang harus dicermati partai-partai politik ketika mereka membangun demokrasi,” jelas peneliti utama BRIN ini.
Ia menambahkan, Jokowi dianggap “King Maker”, padahal bukan ketua umum partai politik namun hanya sebagai kader partai. “Tapi, ingat beliau Presiden RI. Pertanyaannya, ketika Pak Jokowi yang sudah dua periode dan sebentar lagi akan purna tugas, lantas apa yang harus dimainkan perannya? Dan jika sekarang, tengah membangun Koalisi Besar maka berarti terulang kembali priode terdahulu sampai tidak menyisakan partai lain, maka akan muncul dua pasangan calon lagi. Apakah sehat kompetisinya nanti?” jelasnya.
Siti Zuhro mengingatkan, dua kali berturut-turut rakyat indonesia dihadapkan pada pemilu yang silang sengkarut, kali diharapkan hadir pemilu yang sehat dengan kompetisi yang sehat dan pemenangnya harus dihormati oleh siapa pun itu.
“Kita ini adalah masyarakat majemuk, dan memiliki sistem multi partai namun tidak ada alasan untuk membangun hanya dua pasang calon. Tolong, dengan jumlah partai yang banyak, jangan hanya dimunculkan calon tunggal ataupun 2 pasang calon, tolong presentasikan aspirasi-aspirasi rakyat, yang menginginkan adanya lebih dari dua pasang calon, bahkan tiga dan idealnya empat pasang calon,” tambahnya.
Adanya putaran kedua dalam proses pemilu, akan menunjukkan pasangan calon dari koalisi partai solid dan mampu bertahan di putaran kedua.
Namun sayangnya proses ini akan dipotong oleh elit politik. “Mereka tidak sabar melakukan satu proses pembelajaran dalam konteks, bagaimana konsolidasi demokrasi kita terjadi. Pemilu yang berkualitas endingnya akan menghasilkan pemerintahan yang baik, good government,” tutup Siti Zuhro.(Hr)
Sentimen: positif (99.9%)