Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Institusi: Universitas Al Azhar Indonesia, Populi Center
Kab/Kota: Bekasi, Karawang, Cikarang
HEADLINE: Wacana Pasangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di Pilpres 2024, Peluangnya?
Liputan6.com Jenis Media: News
Liputan6.com, Jakarta - Wacana duet Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno kembali berhembus, usai Sandi menghadiri undangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Yayasan Karawang Bekasi Madani (YKBM), Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, akhir pekan lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu disambut langsung oleh Presiden PKS, Ahmad Syaikhu serta Pj Bupati Bekasi, Dani Ramdani. Selain itu, Kedatangannya juga terlihat disambut meriah oleh puluhan kader dan pengurus DPW PKS Kabupaten Karawang. Mereka bertepuk tangan sembari menyanyikan lagu PKS.
Lagu yang mirip dengan mars Anies-Sandi ketika masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 itu terus dinyanyikan mengiringi langkah kaki Sandiaga Uno menuju lokasi santunan anak yatim piatu di Sekolah Tinggi Ekonomi (STE) SEBI.
Suasana pun kian ramai ketika Sandiaga Uno dikalungkan syal batik berwarna oranye yang merupakan warna khas PKS. Mereka berteriak 'hidup Sandi', 'Sandi Wakil Presiden' hingga 'Anies-Sandi'. Lantas, seperti apa peluang duet Anies-Sandi di Pilpres 2024 mendatang?
Peneliti Senior Populi Center, Usep S Ahyar melihat keinginan PKS untuk memasangkan atau menduetkan Anies Baswedan dengan Sandiaga Uno sulit terwujud dan banyak ganjalan politik.
"Saya kira keduanya baik Anies maupun Sandi masing-masing memiliki ganjalan politik untuk diwujudkan menjadi duet," kata Usep kepada Liputan6.com, Senin (10/4/2023).
Usep menilai ada beberapa faktor yang mesti dipahami, pertama soal partai pendukung yang berbeda koalisi. Diketahui Anies Baswedan sendiri telah diusung oleh NasDem yang tergabung dalam Koalisi Perubahan, Sedangkan Sandiaga Uno masih tercatat sebagai kader partai Gerindra yang koalisinya tergabung bersama PKB.
"Perbedaan partai koalisi pendukung menjadi satu ganjalan politik untuk menduetkan Anies dengan Sandi. Pak Anies sendiri sudah didukung oleh NasDem lalu PKS dan Demokrat yang tergabung dalam Koalisi Perubahan. Sedangkan pak Sandi, Dia masih tercatat sebagai kader Gerindra dan diwacanakan gabung PPP yang dimana kedua partai tersebut sudah berbeda arah koalisi dengan NasDem, PKS dan Demokrat," ujarnya.
Kedua, adanya persoalan hutang dana kampanye yang sempat ramai dibicarakan. Kondisi itu, kata Usep, dinilai sebagai suatu yang juga sulit ditembus oleh PKS untuk merealisasikan duet Anies-Sandi.
"Saya kira masalah Pilgub DKI 2017 lalu yang sempat ramai bisa jadi ganjalan juga, karena memang agak kurang mengenakan dengan isu hutang biaya kampanye yang belum selesai hari ini," kata Usep.
Kendati demikian, Usep berpandangan baik Sandiaga maupun Anies, dari sisi elektabilitas keduanya memiliki vote getter yang tinggi. Namun, Usep tak meyakini suara keduanya bisa saling mengisi satu sama lain untuk menambah kekuatan di Pilpres 2024.
"Dari sisi elektabilitas keduanya memiliki angka yang baik, tapi saya tidak meyakini suara Sandiaga bisa menambah suara Anies sebagai Capres 2024," lanjutnya.
"Untuk pak Anies, saya kira mungkin ada yang lebih pas dari pada pak Sandi. karena penghitungan soal Pilpres itu tidak hanya Capres saja, melainkan juga pada posisi Cawapresnya yang harus bisa ikut mendongkrak," pungkasnya.
Sementara itu, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai wacana duet Anies Baswedan dan Sandiaga Uno bisa menjadi alternatif pilihan bagi Koalisi Perubahan. Terlebih, figur Sandiaga disebut dapat diterima oleh Anies.
"Sandi ini tentu membaca peluang bahwa ia bakal menjadi cawapres potensial. Baik PDI-P atau koalisi perubahan bakal memperhitungkan duet capresnya dengan Sandiaga, misalnya Anies-Sandi. Karena dirasa koalisi perubahan butuh figur lain yang diterima oleh Anies atau parpol koalisi. Dengan demikian, Skema menduetkan Anies-Sandi memiliki kemungkinan besar", kata Arifki, Senin (10/4/2023).
Selain itu, jika Sandiaga bergabung ke PPP, hal itu dinilai bakal memudahkan namanya untuk disodorkan ke berbagai koalisi. Mengingat, sosok Sandiaga sendiri memiliki logistik yang besar, sehingga akan menjadi menarik jika ia kembali maju di 2024.
"Sandi bakal menarik, karena memiliki logistik yang besar, sehingga bakal mampu mengkapitalisasi kepindahannya ke PPP," ujarnya.
Untuk itu, Arifki mendorong Sandiaga untuk menjawab keraguan publik terkait kepindahannya ke PPP serta terus bermanuver untuk menempel sederet nama capres yang saat ini masuk tiga besar, di antaranya seperti Anies dan Ganjar.
"Jika Sandi ingin dihitung di 2024 tentu ia harus menempel ke figur capres lain. Anies atau Ganjar. Selain ini sebagai upaya menjawab konsistensi kepindahannya berbeda dengan manuver tahun 2019. Ini juga bakal menaikkan daya tawar Sandi di bursa capres dan cawapres 2024", tutup Arifki.
Sedangkan itu, Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komaruddin membaca keinginan PKS untuk menduetkan Anies-Sandi sebagai bentuk ber-gaining PKS untuk mencari perhatian kepada Koalisi Perubahan.
"Saya melihatnya Anies-Sandi diusung PKS itu sebagai bentuk ber-gaining atau cari perhatian di koalisi perubahan. Seperti yang kita ketahui NasDem sudah mengusung Anies, kemudian Demokrat dengan AHY. Maka, dalam konteks ini PKS bermanuver untuk mencari perhatian dengan mengusung Anies-Sandi," kata Ujang kepada Liputan6.com, Senin (10/4/2023).
Adapun terkait peluang, Ujang melihat kemungkinan duet Anies-Sandi sangat kecil untuk dapat terwujud. Hal ini dikarenakan kecilnya kemungkinan penerimaan dari internal Koalisi Perubahan khususnya Demokrat.
"Saya kira konstruksi politik Anies-Sandi itu kurang masuk, jadi saya melihat peluangnya sangat kecil, khususnya perihal penerimaan Sandi di Koalisi Perubahan sendiri yang mungkin bisa terganjal oleh Demokrat," ujarnya.
Selain itu, Sandiaga sendiri disebut sudah mendapatkan restu Prabowo Subianto untuk bergabung dengan PPP. Artinya dengan bergabungnya Sandi ke PPP akan semakin mengecilkan peluang untuk terciptanya duet Anies-Sandi, mengingat PPP adalah anggota KIB yang secara garis politik dibawah komando Jokowi.
"Hal lain yang membuat kecilnya peluang duet Anies-Sandi yaitu soal posisi Sandi yang akan bergabung PPP. PPP sendirikan di bawah kendali Jokowi dan sepertinya tidak mungkin untuk berduet dengan Anies," Ujang menandasi.
Sentimen: positif (99.9%)