Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: bandung, Sukabumi
Kasus: covid-19, Maling
Tokoh Terkait
57 Tahun Pikiran Rakyat, Berawal dari Ruang Diskusi, Jadi Pengawal Demokrasi
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Media massa konvensional bersifat komunikasi satu arah, itu adalah teori dari dalam dinding kampus yang juga menjadi kenyataan dalam praktiknya. Namun, pelaku media massa sendiri menemukan ketidakpuasan akan hal itu. Semangat yang timbul adalah berdialog, bukan monolog.
Semangat itu juga yang sudah dimiliki awak redaksi Pikiran Rakyat sejak bertahun-tahun lalu. Pemimpin redaksi bisa berganti, tapi Pikiran Rakyat selalu membuka diri untuk memfasilitasi dialog bersama di dalam markas besarnya. Semangat yang bahkan diibaratkan dalam bahasa Sunda sebagai simpay, alat pengikat yang mempersatukan.
Karena itulah, baik redaksi di Jalan Soekarno-Hatta Kota Bandung maupun aula Pikiran Rakyat di Jalan Asia Afrika Kota Bandung, membuka dirinya. Ia menjadi area publik untuk berdiskusi, berekspresi, dan bahkan menyelesaikan konflik.
"Sewaktu saya sebagai Pemred, 'PR' menjadi simpay bagi berbagai komunitas, alat pengikat yang mempersatukan. Kami pun selalu membuat program untuk memfasilitasi berbagai komunitas," kata Yoyo S. Adiredja, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat era 2003-2009.
Baca Juga: Maskot Pikiran Rakyat Mang Ohle di Jagat Digital, Moksa atau Meraga Maya?
Saat itu, kantor Redaksi di Jalan Soekarno-Hatta menjadi tempat untuk berbagai forum diskusi. Ada Forum Budaya, Forum Diskusi Olahraga, dan Forum Diskusi Hukum. Tokoh masyarakat di tingkat Jabar bahkan sampai nasional sering terlibat di dalam berbagai diskusi itu.
Tujuannya, selain jadi alat pengikat, Redaksi Pikiran Rakyat juga berkomitmen untuk memberi ruang bagi bagi berbagai komunitas menuangkan pikirannya. Kelompok-kelompok yang beragam bisa bertemu dan berdiskusi bersama di ruangan yang sejuk dan nyaman, sehingga Pikiran Rakyat pun menunjukkan posisinya yang tidak condong ke satu aliran dan terasa benar ada di tengah-tengah masyarakat.
Bahkan, dari forum seperti inilah lahir berbagai kreasi untuk konten koran maupun sinergi kerja sama. Seperti Forum Budaya yang melahirkan suplemen Khazanah, Forum Diskusi Olahraga menghasilkan sinergi kerja sama dengan KONI, serta Forum Diskusi Hukum bisa mengungkap masalah hukum dan politik yang sedang jadi pembicaraan sekaligus menjadi bahan laporan utama.
"Tokoh-tokoh nasional juga mengejar untuk hadir diskusi di Pikiran Rakyat. Seperti Pak Ginanjar Kartasasmita, dan para calon Presiden. Bukan cuma politik, tapi kita selenggarakan diskusi topik lingkungan, dan lainnya. tetapi, secara politis, Jawa Barat itu punya hak suara ke-2 terbesar setelah DKI. Para tokoh nasional ini butuh branding di Jabar, pasti lewat Pikiran Rakyat," kata Yoyo.
Baca Juga: Pikiran Rakyat Raih Gold Winner IPMA 2021 Berkat Foto Aerial Panoramics 360
Pascareformasi, peristiwa politik di Indonesia juga bertambah yaitu dengan adanya pemilihan umum kepala daerah (pilkada). Euforia di masa itu membuat kericuhan terjadi di setiap kabupaten/kota karena masyarakat Indonesia pun sedang belajar berdemokrasi yang baik.
Seluruh jurnalis Pikiran Rakyat menangkap hal itu di lapangan. Kericuhan yang berujung konflik. Lalu, apa yang Pikiran Rakyat bisa lakukan?
"Can we do something? Begitu obrolan saya dengan Redaktur Pelaksana waktu itu, Pak Noe Firman," kata Budhiana Kartawijaya, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat periode 2009-2013.
Saat itulah, Redaksi Pikiran Rakyat mulai menyelenggarakan Sawala, diskusi politik yang selalu hadir di setiap daerah yang menyelenggarakan pilkada. Di forum tersebut, seluruh pemangku kepentingan berkumpul, seperti partai politik, KPU sebagai penyelenggara, tokoh agama, tokoh pemuda, dan berbagai lapisan masyarakat.
Baca Juga: 'Delete' Koruptor, PRMN Populerkan Maling Uang Rakyat, Rizal Ramli: Pikiran Rakyat Keren Abis
Sawala menjadi forum untuk konsolidasi politik di setiap daerah. Berkaca pada peristiwa di negara lain, kata Budhiana, Redaksi 'PR' berpikir supaya transisi dan konsolidasi demokrasi berjalan lancar. Masyarakat diharapkan sepakat bahwa ketika ingin bertarung kepemimpinan, pilkada adalah wadahnya.
Dalam kegiatan Sawala, setiap pihak yang berkompetisi di pilkada pun menyampaikan visi, misi, dan komitmennya. Misalnya tentang tidak melakukan politik uang, mendukung pemilu damai, sengketa dilakukan di pengadilan. Lalu, setiap pihak menandatangani perjanjian di kain yang besar, berfoto bersama di depannya, lalu fotonya pun menjadi headline Pikiran Rakyat keesokan harinya.
"Hal itu menuai pujian dari Presiden saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, melalui Mendagri saat itu, Gamawan Fauzi. Pemerintah memuji Pikiran Rakyat yang melangkah turun ke daerah sehingga di Jabar enggak ada konflik. Ada persengketaan di Sukabumi, tapi selesai di Mahkamah Konstitusi, sangat civilized. Redaksi Pikiran Rakyat diapresiasi karena mengawal demokrasi di Jabar," ujar Budhiana.
Dalam kepemimpinan Islaminur Pempasa di Redaksi Pikiran Rakyat berikutnya pada tahun 2013-2016, keterikatan itu pun tetap dibangun melalui diskusi tatap muka. Redaksi yang sudah berpindah ke Jalan Asia Afrika Kota Bandung membuka ruang untuk diskusi yang diberi nama Forum Asia Afrika.
"Engagement offline itu penting. Enggak bisa media massa cuma dari jarak jauh untuk merangkul semua pembacanya. Media kan bisa jadi seperti warung kopi, kita kumpul untuk ngobrol. Itu yang diimplementasikan dalam diskusi-diskusi yang kita lakukan," ujarnya.
Diskusi multiplatformTahun terus berganti, teknologi informasi terus berkembang sehingga banyak platform baru yang bermunculan mengiringi perjalanan media massa. Saat ruang publik di kantor Redaksi Pikiran Rakyat tetap dibuka untuk diskusi tatap muka, platform YouTube pun menjadi alternatif baru untuk menjadi ruang publik.
Hal itu terlebih dirasakan ketika pandemi Covid-19 menerpa. Akses ke ruang publik yang terbatas membuat masyarakat semakin mencari informasi di media yang disokong daya internet. Diskusi pun tidak lagi menghadiri ruang rapat yang dibatasi 4 dinding, tapi di ruang publik yang terbuka melalui saluran YouTube.
Menurut Firman Rachmat, Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat periode 2018-2021, keterikatan dengan publik tetap harus dibangun. Meskipun koran Pikiran Rakyat saat itu menghadapi goncangan hebat karena tiras dan pemasukan menurun, tapi soliditas awak redaksi sedang tinggi.
Saat pandemi, diskusi mulai dibuka melalui platform YouTube. Apalagi, saat itu, banyak wacana diskusi yang bisa dibahas terkait penanganan pandemi oleh pemerintah dan dampak sosial yang mengikutinya.
Setelah kepemimpinan Redaksi Koran Pikiran Rakyat berganti ke Satrya Graha dan Hazmirullah sejak 2021, diskusi tatap muka pun kembali digelar dengan kembali menggunakan nama Sawala. Salah satu tema yang terakhir dibahas adalah untuk mengusung Mochtar Kusumaatmadja sebagai Pahlawan Nasional.
Menurut Satrya, Pikiran Rakyat memang akan terus menjadikan dirinya sebagai ruang publik yang terbuka bagi publik. Di tengah keterbatasan, Redaksi Pikiran Rakyat ingin selalu bisa memfasilitasi diskursus atau pertukaran ide mengenai beragam hal. Melalui pertukaran ide dan gagasan itu, Pikiran Rakyat sendiri bisa terus memperbarui konten untuk menjawab tuntutan perubahan zaman tanpa meninggalkan idealismenya.
Baik tatap muka atau online itu hanyalah teknis belaka. Namun, semangat yang terus menjadi prinsip Redaksi Pikiran Rakyat adalah untuk menjadi wadah berkumpulnya masyarakat pembaca yang berbeda-beda untuk bertukar ide, gagasan, dan pengetahuannya. Berbeda-beda, tapi inilah Pikiran Rakyat sebagai simpay, inilah pengikatnya.***
Sentimen: positif (100%)