Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Cirebon
Tokoh Terkait
Kini Giliran Ridwan Kamil Dikritik Federasi Serikat Guru, Rapat Kok Pakai Jaket Partai, Berlebihan
Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional
POJOKSATU.id, JAKARTA- Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengungkapkan, kritikan ‘mane’ yang disampaikan Muhammad Sabil Fadilah, seorang guru honorer asal Cirebon ternyata disampaikannya lewat via zoom.
Di mana saat itu, kata Retno, Muhammad Sabil tengah ikut rapat zoom bersama para siswa dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
“Kalau menyimak penjelasan Guru yang bersangkutan, dia melontarkan kritik saat zoom dengan siswa dan guru serta pak RK,” kata Retno saat dihubungi pojoksatu.id, Senin (20/3/2023).
Mantan komisioner KPAI ini juga menyesalkan sikap Ridwan Kamil yang saat rapat via zoom, mantan Wali Kota Bandung itu tampak menggunakan jaket beratribut partai politik.
Padahal, lanjut Retno, seharusnya Ridwan Kamil faham bahwa wilayah sekolah itu harus zero dengan politik.
“(Saat zoom) Pak RK menggunakan jaket kuning yang identik dengan partai pak RK, padahal pak RK berdialog dengan siswa dan guru dalam zoom tersebut. Seharusnya pak RK juga paham bahwa wilayah sekolah harus zero politik,” ujarnya.
BACA : Ridwan Kamil harus Faham Makna ‘Maneh’, Setiap Daerah Itu Ada Perbedaan Maknanya
Retno menuturkan, sebagai pemimpin, sebaiknya Ridwan Kamil menggunakan seragam Pemda.
Hal ini juga untuk mengedukasi kepada siswa tentang pentingnya keteladanan dari seorang pemimpin.
“Pak RK bisa pake batik saja seharusnya atau seragam Pemda, bukan jaket kuning yang mengindikasi parpol tertentu yang beliau berada di dalam parpol itu,” ujarnya.
Selain itu, Retno menyesalkan sikap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menanggapi berlebihan kritikan seorang guru di Cirebon.
Menurut Retno, harusnya Ridwan Kamil memahami terlebih dulu ritikan dengan bahasa ‘maneh’ itu,
“Selain itu, rasanya kurang adil ketika kita tidak hati-hati dalam menilai kata ‘maneh’. Mengingat ada strata atau perbedaan makna maneh di setiap daerah,” tutur Retno.
Retno menuturkan, ada strata bahasa ‘maneh’ di setiap daerah. Misalnya di daerah Bandung bahasa maneh itu terbilang kasar.
“Mungkin untuk wilayah Bandung hal tersebut di anggap kata ganti orang kedua yang dianggap ‘kasar’,” ujarnya.
Namun berbeda halnya, kata dia, di daerah Cirebon, justru bahasa maneh itu seperti bahasa pergaulan sehari-hari alias bukan katagori bahasa kasar.
“Bagi wilayah pantura seperti Cirebon, kata maneh merupakan kata biasa dalam bahasa pergaulan sehari-hari dan bukan kata yang kasar,” ujarya. (Firdausi/pojoksatu)
Sentimen: negatif (84.2%)