Sentimen
Negatif (80%)
20 Mar 2023 : 03.55
Informasi Tambahan

Institusi: Indonesia Political Review

Kab/Kota: bandung, Cirebon

Pemecatan Guru Honorer Sabil Fadhilah Gara-gara Kritik Ridwan Kamil Tidak Bijak

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

20 Mar 2023 : 03.55
Pemecatan Guru Honorer Sabil Fadhilah Gara-gara Kritik Ridwan Kamil Tidak Bijak

POJOKSATU.id, JAKARTA – Pengamat politik Ujang Komarudin menyoroti seorang guru honorer asal Cirebon berbama Muhammad Sabil Fadhilah dipecat usai mengkritik Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil.

Menurutnya, tidak seharusnya pihak sekolah melakukan pemecatan karena gara-gara melontarkan kritik di kolom komentar Instagram Ridwan Kamil.

“Sangat tidak bijak mengkritik pejabat dan langsung dipecat oleh pihak sekolah,” kata Ujang dihubungi Pojoksatu.id di Jakarta, Minggu (19/3/2023).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu menilai pemecatan guru honorer tersebut mencerminkan budaya yang tidak baik kepada masyarakat.


Pasalnya, mengkritik seorang pejabat negara itu sah-sah saja dan sudah diatur di dalam konstitusi negara.

-

Tak Disangka, Guru Sabil Fadhilah Ternyata Fans dan Relawan Ridwan Kamil di Pilgub 2018

“Ini persoalan tertentu menjadi budaya yang tidak bagus tidak baik. Jika ini betul-betul terjadi, kita menyayangkan ini,” tutur dia.

Sebelumnya, seorang guru SMK di Cirebon dipecat usai melontarkan kritikan kepada Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di Instagram.

Guru bernama Muhammad Sabil itu menduga, dia dipecat karena memanggil Ridwan Kamil dengan sebutan ‘maneh’.

Merespons pemecatan guru yang bersangkutan, Mantan Wali Kota Bandung menduga bahwa pemecatan itu mungkin berkaitan dengan status Sabil sebagai guru yang sepak terjangnya bisa dilihat dan ditiru murid-muridnya.

Namun ia mengatakan telah menghubungi pihak yayasan untuk membatalkannya.

“Setelah berita itu hadir, saya sudah mengontak sekolah atau yayasan agar yang bersangkutan cukup dinasihati dan diingatkan saja, tidak perlu sampai diberhentikan,” ujarnya.

“Apa pun itu, di era medsos tanpa sensor ini, kewajiban kita para orang tua, guru dan pemimpin untuk terus saling nasihat-menasihati dalam kebaikan,” katanya.

“Kesabaran dan selalu bijak dalam bermedsos. Agar anak cucu kita bisa hidup dalam peradaban yang lebih mulia. Hatur Nuhun” jelasnya lagi. (mufit/pojoksatu)

 

Sentimen: negatif (80%)