FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Elit Partai Gerindra Arief Poyuono, mendadak mengomentari soal impor seragam yang dilakukan TNI-POLRI.

Poyuono menyayangkan langkah tersebut, mengingat di Indonesia juga mempunyai banyak industri bidang sepatu, pakaian, dll.

"Sepatu TNI-POLRI impor, itulah kenapa akhirnya industri-industri sepatu, seragam, ataupun senjata di tempat kita itu nda maju-maju," ujar Poyuono dalam keterangannya (16/3/2023).

Dikatakan Poyuono, itu merupakan ulah dari para oknum pengolah anggaran yang ada di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

"Oknum-oknumnya, pembuat, pengguna anggaran Kemenhan itu malah belajarnya import," lanjutnya.

Poyuono menyebut, jika hanya membuat seragam dan sepatu, pengusaha-pengusaha tanah air pun sejatinya bisa.

"Banyak itu pengusaha-pengusaha sepatu di Cibaduyut (Salah satu kelurahan di Bandung), Perusahaan tekstil banyak di mana-mana. Masa ia gak bisa bikin," timpalnya.

Lanjutnya, sekalipun harganya lebih mahal, itu bukan sebuah masalah. Yang paling penting, tetap menggunakan produk dalam negeri.

"Saya sih gak yakin kalau pak Prabowo tidak tahu, tapi saya rasa ini banyak pejabat-pejabat di bawah pak Prabowo ini gak benar di Kemenhan," tukasnya.

"(Mereka) belanja barang-barang impor untuk keperluan tentara. Yang padahal, barang-barang itu gak canggih," sambung dia.

Lain halnya dengan pesawat Hercules dan Rafale. Menurut Poyuono, wajar jika Indonesia masih impor. Sebab, Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) belum bisa memproduksi.

"Kalau beli Hercules, pesawat Rafale, boleh lah impor. Karena memang IPTN belum bisa buat," tambahnya.

Poyuono berpikir, orang-orang yang berada di bawah Prabowo di Kementerian melakukan impor karena ingin mencari untung.

"Jangan-jangan pada cari untung mereka karena impor itu. Apalagi ini menggunakan APBN," pungkasnya.

Sebelumnya geger diberitakan, Presiden Joko Widodo kesal mengetahui sejumlah produk yang sejatinya sudah dapat diproduksi dalam negeri masih impor.

Sejumlah produk tersebut termasuk di dalamnya seragam yang digunakan TNI-POLRI.

(Muhsin/fajar)