Sentimen
Negatif (88%)
16 Mar 2023 : 08.12
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Senayan

Kasus: korupsi

Partai Terkait

Saling Balas Kritik Antara Demokrat Vs PDIP Buntut Perkara Wong Cilik

16 Mar 2023 : 08.12 Views 1

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

Saling Balas Kritik Antara Demokrat Vs PDIP Buntut Perkara Wong Cilik
Jakarta -

Partai Demokrat saling berbalas kritik dengan PDIP buntut perkara wong cilik. Pernyataan itu berawal dari Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang bilang kebijakan pemerintah kini tak berpihak ke rakyat kecil atau wong cilik.

AHY menyampaikan hal tersebut dalam pidato politiknya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2023). AHY menyoroti alokasi anggaran yang dinilainya terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar dan tidak banyak berdampak pada kehidupan wong cilik.

"Masalahnya, bukan hanya karena krisis global. Persoalan ekonomi kita semakin rumit, karena keuangan negara tidak dikelola dengan baik. Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, yang tidak banyak berdampak pada kehidupan Wong Cilik, yaitu saudara-saudara kita terkategori miskin dan kurang mampu," kata AHY.

-

-

AHY menyebut defisit anggaran ditutupi dengan utang pemerintah hingga angkanya naik mencapai tiga kali lipat. AHY mengatakan pada akhirnya rakyat yang kembali kena imbas atas utang tersebut.

"Menurut Kementerian Keuangan, di awal 2023, angkanya mencapai Rp 7.733 Triliun. Belum lagi, utang BUMN yang semakin menggunung, sebesar Rp 1.640 triliun," katanya.

AHY mengingatkan pemerintah jangan sampai menerapkan kebijakan yang tidak berpihak kepada wong cilik. Dia menyinggung pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja paling tinggi justru kurang mendapat perhatian pemerintah.

"Selanjutnya, jangan sampai pula kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada Wong Cilik. Contohnya, dari 143 juta angkatan kerja, sektor pertanian menyumbang 38 juta tenaga kerja atau 26 persennya. Jadi, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang paling utama. Sayangnya, sektor Wong Cilik ini justru kurang mendapat perhatian," katanya.

"Bahkan, anggaran kementerian pertanian pun minim. Tahun ini saja, anggarannya hanya 15 Triliun rupiah. Angka ini setara dengan alokasi APBN untuk sektor pertanian tahun 2014. Padahal, postur APBN tahun 2023 ini, Rp 700 Triliun lebih banyak dari 2014," imbuhnya.

PDIP Tantang AHY Sebutkan 10 Keberhasilan SBY

Ketua DPC PDIP Tangsel Wanto Sugito (Foto: dok. Istimewa)

Pernyataan AHY itu pun direspons oleh PDIP, namun bukan dari DPP tapi Organisasi sayap PDIP, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem). Ketum Repdem Wanto Sugito mengkritik balik era pemerintahan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"AHY bisanya mengkritik pemerintahan Jokowi saja ya, mengkritik pemerintahan bapaknya tidak bisa, sekarang saya tantang deh sebutkan 10 keberhasilan SBY dan bandingkan dengan anggaran serta utang yang menumpuk selama pemerintahan SBY, kemudian buka itu korupsi ketum Demokrat yang ironi dengan slogannya, katakan tidak pada korupsi!" kata Wanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/3/2023).

Ketua DPC PDIP Tangsel ini menegaskan pemerintah Jokowi sudah mengalokasikan anggaran orang miskin untuk orang miskin, pengalokasiannya dinilai sudah tepat sasaran, seperti program kebijakan rumah sakit gratis untuk rakyat melalui BPJS hingga peningkatan jaminan kesehatan.

Menurut Wanto, AHY seharusnya tidak membandingkan komitmen pemerintah Jokowi untuk wong cilik dengan komitmen pemerintahan SBY. "Zaman SBY itu kan dana untuk orang miskin dipakai untuk dana pemilu melalui bansos. Itulah yang membuat suara Demokrat naik menjadi 300%," kata Wanto.

Lebih lanjut, Wanto membeberkan kegagalan SBY terkait kesejahteraan wong cilik. Di mata Wanto, SBY punya banyak catatan merah, kegagalan SBY ini di antaranya menurunnya tingkat kesejahteraan petani, utang per kapita naik dari US$ 531,29 menjadi US$ 1.002,69 pada 2013, pembayaran bunga utang menyedot 13,6% dari anggaran pemerintah pusat.

Dia juga menilai postur APBN semakin tidak proporsional karena didominasi oleh pengeluaran rutin dan birokrasi serta turunnya lapangan kerja dari 436.000 menjadi 164.000, bahkan neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar.

"AHY ini berulang kali saya katakan harus belajar baca data dulu terkait kegagalan Bapaknya, baru kemudian mengkritisi kebijakan Jokowi," kata pria yang akrab disapa Klutuk ini.

Ibas sebut apa yang disampaikan AHY bukan isapan jempol, simak di halaman berikut

Sentimen: negatif (88.9%)