Sentimen
Negatif (100%)
12 Mar 2023 : 10.45
Informasi Tambahan

BUMN: Bank Mandiri

Kengerian yang Disebut Jokowi Nyata, Nih Bukti Terbaru di RI!

12 Mar 2023 : 10.45 Views 13

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Kengerian yang Disebut Jokowi Nyata, Nih Bukti Terbaru di RI!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak perlambatan ekonomi global dan ancaman resesi global sudah merembet ke jalur perdagangan. Ancaman resesi seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperlambat aktivitas perdagangan global sehingga neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 pun menyusut.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Oktober sebesar US$ 4,50 miliar. Surplus jauh lebih rendah dibandingkan September 2022 yang mencapai US$ 4,99 miliar.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 11,74% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 23,62%.



Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 30 bulan beruntun.  Sebagai catatan, nilai ekspor September 2022 mencapai US$ 24,80 miliar atau melonjak 20,28% (yoy). Impor tercatat US$ 19,81 miliar atau melesat 22,01% (yoy).

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2022 pada Selasa (15/11/2022).

Melandainya neraca perdagangan dan ekspor tercermin dari menurunnya cadangan devisa (cadev). Cadev Indonesia tercatat US$ 130,2 miliar, turun US$ 600 juta dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2022.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan meningkatnya risiko resesi membuat permintaan global melambat. Harga sejumlah komoditas andalan Indonesia juga banyak yang melandai.

"Kenaikan harga komoditas tertahan karena meningkatnya kekhawatiran resesi global. Kenaikan inflasi dan kebijakan moneter yang ketat dikhawatirkan membuat ekonomi global melemah. Ini akan berisiko kepada kinerja ekspor," tutur Faisal, kepada CNBC Indonesia.

Merujuk data Refinitiv, rata-rata harga batu bara melandai ke US$ 389,78 per ton pada Oktober, dari US$ 430,8 per ton pada September.

Batu bara menyumbang ekspor 19% dari total ekspor Indonesia sehingga pelemahan harga batu bara akan berimbas kepada kinerja ekspor secara keseluruhan.

Sentimen: negatif (100%)