Sentimen
Positif (100%)
4 Mar 2023 : 23.56
Informasi Tambahan

Event: Hari Pers Nasional

Kab/Kota: Semarang, Batang, Purworejo, Jati, Demak, Magelang

HPN ke-77 Angkat Wisata dan Budaya Kota Semarang

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

4 Mar 2023 : 23.56
HPN ke-77 Angkat Wisata dan Budaya Kota Semarang

Krjogja.com - MAGELANG - Ada yang berbeda dari peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tingkat Jawa Tengah Tahun 2023. Jika sebelumnya selalu dirayakan di kabupaten/kota diluar Semarang, tahun ini puncak HPN ke-77 dirayakan di Kota Atlas (Semarang). Namun seperti yang sudah - sudah, panitia selalu berkolaborasi dan bersinergi dengan pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah.

Hal ini sebagai bentuk komitmen, dukungan dan kontribusi PWI Jawa Tengah terhadap pemerintah daerah yang menjadi tuan rumah. Salah satunya dengan mempublikasikan dan memberitakan potensi - potensi setiap daerah yang menjadi tuan rumah.

Untuk tahun ini, panitia HPN Tingkat Jawa Tengah mengadakan lomba penulisan berhadiah total Rp 19 juta bekerjasama dengan Pemkot Semarang. Materi penulisan diantaranya tentang potensi wisata, lingkungan, perhubungan, budaya dan ekonomi di Desa Wisata Kandri dan Kampung Jawi, Kecamatan Gunungpati. Total ada 55 wartawan anggota PWI Jateng dari 28 kabupaten/kota yang ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut. Sebelumnya, mereka wajib mengikuti kegiatan Village Tour selama dua Kamis - Jumat (2-3/3/2023). "Village Tour dan lomba jurnalistik merupakan rangkaian kegiatan HPN sebagai bentuk kehadiran PWI memberikan kontribusi lewat publikasi hasil - hasil pembangunan daerah, baik itu pariwisata, perhubungan, lingkungan, seni budaya, dan sebagainya," kata Ketua Panitia HPN Tingkat Jateng, Zainal Abidin Petir.

Selama kegiatan ini, kata Petir, peserta akan menginap di home stay milik warga di kawasan Desa Wisata Kandri. Sedang tema lomba adalah ‘Semarang Rumah Kita’. "Lomba ini adalah kerjasama PWI Jateng dengan Pemkot Semarang," ujarnya.

Ditambahkan Ketua PWI Jateng, Amir Mahmud NS, lewat publikasi ‘Semarang Rumah Kita’, kita akan mendorong siapapun yang datang ke sini serasa di rumah sendiri dan wisatawan pun selalu ingin mengunjungi,. "Ini adalah bagian dari komitmen PWI Jawa Tengah, untuk berkontribusi secara nyata kepada pemerintah. Dimana dalam setiap peringatan HPN, kita berikan apa yang bisa kita berikan kepada setiap daerah. Salah satunya dengan lomba penulisan ini," katanya, dalam sambutan penerimaan peserta lomba di Kampung Jawi Kamis malam kemarin.

Disampaikan Amir, sejumlah kegiatan sebelumnya sudah dilaksanakan PWI Jawa Tengah dalam rangkaian HPN yang tahun ini mengusung tagline ‘Goes to Campus’. Diawali dari Kampus Udinus melalui Dialog Lima Rektor bertajuk ‘’Media Edukatif Menunju Tahun Politik 2024’’, dilanjutkan Khataman Alquran di Masjid Abu Bakar Assegaf Unissula, Dialog Kebangsaan di USM, serta Kuliah Umum Sertifikasi Halal UMKM di Unwahas. "Puncaknya, akan dilaksanakan Malam Resepsi HPN yang akan dihadiri ratusan undangan, diantaranya Gubernur Ganjar Pranowo bersama forkopimda, Ketua PWI Pusat, rektor, para mitra kerja, para mantan ketua PWI, sesepuh, dan anggota PWI Jateng," ungkapnya.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, R Wing Wiyarso Poespoedho menyambut baik kegiatan dalam rangkaian peringatan HPN ke-77 oleh PWI Jateng ini. "Atas nama Pemkot Semarang, kami bangga dan terima kasih dipercaya menjadi tuan rumah HPN tahun 2023. Sejauh ini kami butuh kerjasama dan kolaborasi dengan teman-teman wartawan khususnya dari PWI. Untuk diketahui perkembangan teknologi komunikasi khususnya media sosial, saat ini semua orang bisa menjadi wartawan. Namun yang membedakan, mereka tidak dibekali kaidah-kaidah jurnalistik. Karena itu, PWI tetap kita butuhkan untuk menjadi penyeimbang dan rujukan terkait pemberitaan - pemberitaan di media sosial. Karena itu, kegiatan seperti ini kami akan dukung," katanya.

Sekretaris PWI Kabupaten Magelang, Ali Subchi, yang turut menjadi peserta lomba penulisan, mengapresiasi langkah dan upaya PWI Jateng tersebut. "Rangkaian HPN Jawa Tengah tahun ini sangat lengkap. Seluruh stakeholder digandeng dan diajak bersama untuk merasakan kehadirian PWI ditengah masyarakat. Apalagi ada lomba penulisan. Ini bagus," imbuhnya.

Lomba sendiri dimulai saat seluruh peserta berangkat dari Gedung Pers yang juga Sekretariat PWI Jateng. Ada yang menarik saat pemberangkatan kemarin. Dimana peserta diajak ikut merasakan sensasi menaiki bus 100 persen listrik milik Dinas Perhubungan Kota Semarang. Bus yang nota bene baru ada dua di Jawa Tengah ini, merupakan bagian dari kepedulian Pemkot Semarang untuk mendukung kelestarian lingkungan. Salah satunya, mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor. "Lebih nyaman dan hampir tidak ada suara mesinnya. Serasa naik pesawat," kata Ali.

Perjalanan ke Waduk Jatibarang ditempuh sekitar 45 menit. Sesampai dilokasi, peserta dijelaskan tentang proses pembangunan waduk termasuk keberadaan Goa Kreo yang berada tepat ditengah waduk. Danu Kasno, pemandu wisata Goa Kreo mengatakan, ada banyak cerita yang beredar di masyarakat mengenai Goa yang dihuni oleh kera jenis ekor panjang tersebut. Namun semuanya masih berkaitan dengan Sunan Kalijaga saat ingin menebang kayu jati untuk Masjid Agung di Demak.

Diceritakan, jika kayu jati yang ditebang itu justru berpindah-pindah, dan ini yang menyebabkan Sunan Kalijaga harus melakukan persemedian demi mengetahui letak kayu jati yang mendadak berpindah tersebut. Mitosnya, Sunan Kalijaga melakukan semedi di dalam Goa Kreo tersebut. Singkat cerita, batang kayu jati yang begitu besar itu, justru tersangkut dan sulit untuk kembali ke aliran sungai. Kesulitan Sunan Kalijaga pun teratasi saat 4 ekor kera ekor panjang dengan warna yang berbeda membantunya. Sekawanan kera yang setia itu kemudian menawarkan diri untuk ikut Sunan Kalijaga.

Namun, tawaran itu ditolak, dan sebagai rasa terima kasih atas bantuan para kera tersebut, Sunan Kalijaga memberikan kawasan hutan di Goa Kreo sebagai tempat tinggal 4 ekor kera berwarna merah, hitam, kuning, dan putih. Masyarakat sekitar Semarang meyakini bahwa kera ekor panjang yang hidup hingga saat ini merupakan keturunan dari 4 ekor kera yang setia di zaman Sunan Kalijaga tersebut.

Selain cerita tentang Goa Kreo, para peserta lomba juga diajak melihat sarana prasaranan yang ada di Waduk Jatibarang. Diantaranya Perahu Wisata, Plaza Kandri, dan Lokasi Pemancingan. Potensi wisata minat khusus berupa Ekowisata dan Eduwisata yang dikemas dalam paket wisata bagi rombongan pelajar dan mahasiswa. Yang unik ditempat ini, kita diajak melihat kawanan kera melakukan panjat pinang. Atraksi ini merupakan bagian dari paket wisata yang dijual oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang di waduk yang dibangun untuk mengatasi banjir dan membantu ketersediaan air minum warga Semarang tersebut. "Baru kali ini saya melihat kawanan kera ikut panjat pinang. Menarik dan menghibur," kata Marni, peserta lomba dari PWI Purworejo.

Dari Waduk Jatibarang, peserta kemudian diajak menuju Desa Wisata Kandri, yang lokasinya hanya ditempuh selama 10 menit perjalanan. Mereka disambut para pengelola desa wisata di sebuah pendopo, yang sering disebut 'Omah Pintar Petani' (OPP). Di tempat yang sekaligus digunakan sebagai kantor Pokdarwis Desa Wisata Kandri 'Pandanaran', berdasarkan SK Walikota Semarang Nomor 556/407 tanggal 21 Desember 2012, peserta mendapatkan sejumlah penjelasan tentang Desa Wisata Kandri.

Disampaikan Ketua Pokdarwis Pandanaran Desa Wisata Kandri, Syaeful Ansori, yang dijual didesanya adalah aktifitas kehidupan warga terutama dari sisi pertanian. Di luar faktor-faktor tersebut, budaya, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga, juga dijual untuk melengkapi atraksi dan eksperien (pengalaman) para wisatawan.

Didesa yang sering mendapatkan penghargaan dari pemerintah maupun lembaga pemerhati wisata itu, diantaranya juara III Jambore Pokdarwis Tahun 2018, Trisakti Tourism Award Tahun 2021 dan penetapan sebagai desa wisata berkelanjutan oleh pemerintah Tahun 2021 ini, kita juga bisa berswa foto di beberapa spot foto yang ada. Ditempat ini, kita juga bisa menikmati makanan khas yakni Sego Kethek, dan juga membawa oleh-oleh khasnya berupa aneka makanan dan cemilan dengan bahan baku singkong, seperti Wingsing, Jenang Tape, Dodol Tape, Sikela, Gethuk, aneka Kripik dan Criping Singkong, dan yang lain.

 

"Di desa kami juga memiliki kearifan budaya lokal yang dikemas dalam Kelender Kegiatan Tahunan, seperti Prosesi dan Kirab Budaya Sesaji Rewanda, Mahakarya Legenda Gua Kreo, Nyadran Desa, Nyadran Kubur, Nyadran Kali, Barikan dan Sedekah Waduk. Wisatawan juga bisa ikut tanam padi, panen jambu kristal, out bond dan sebagainya," jelasnya.

Usai mendapat penjelasan dari pengelola Desa Wisata Kandri, para peserta diantar ke home stay. Setelah beristirahat sejak dan mandi, para peserta dijamu makan malam oleh Pemkot Semarang, di 'Kampung Jawi'. Wisata kuliner di Kelurahan Sukorejo masih di Kecamatan Gunungpati ini, baru saja mendapat penghargaan Trisakti Tourism Award dari DPP PDI Perjuangan Kategori Desa Wisata Kuliner. Saat masuk ke Kampung Jawi, pengunjung langsung disuguhi suasana tempat makan dengan inovasi angkringan dipinggir kali. Meja kursi untuk pengunjung sengaja dibuat sederhana khas desa zaman dulu. Sehingga, tempat ini sangat nikmat jika dikunjungi bersama keluarga, teman maupun saudara.

Sementara kuliner yang dijual mayoritas menu tradisional seperti Pecel, Gudeg, Nasi/Mie Goreng, Tiwul, Jagung Bakar, Gethuk, Lunpia, Jamu Jun, es Gempol, Wedang Roti, dan masih banyak lagi. Berbagai aktivitas yang dilakukan sudah diatur sedemikian rupa sehingga sangat menyerupai kehidupan zaman dulu. Bahkan para penjualnya, memakai pakaian adat jawa seperti jarik, batik dan dilengkapi dengan ikat kepala. Lampunya pun menggunakan obor dan lampu teplok. Tempat makan ini, mulai buka pukul 17.00 WIB setiap harinya.

Yang unik lainnya di tempat ini, yaitu transaksinya. Pengunjung bisa menukar uang rupiah dengan uang 'Kepeng' seharga Rp 3.000 per kepeng. "Kepeng kan alat menukar zaman Majapahit. Ini buat daya tarik saja dan memudah perhitungan saat share profitnya. Kampung Jawi sendiri, dikelola oleh Pokdarwis dan semua pedagangnya merupakan warga sekitar," kata penggagas Kampung Jawi, Siswanto.

Menurut Siswanto, Kampung Jawi yang ia dirikan ini penuh dengan lika liku. Pro dan kontra ditengah masyarakat, sangat dinamis. Bahkan saat awal-awal berdirinya, sempat ada penolakan dari warga. Namun ia tetap nekat. Hingga dirinya dijuluki 'wong edan' (orang gila) oleh sebagian warga yang kontra tersebut. "Dulu sekitar tahun 2012 - 2014 belum seperti ini mas. Dulu masih di bawah pohon jati yang sekarang jadi tempat parkir. Dulu bukanya juga hanya pagi dan pada hari pasaran saja atau lima hari sekali. Ini berlangsung sampai sekitar tahun 2018. Saat mulai sepi, jualan saya pindah malam dan setiap.hari. Awalnya ditentang warga, namun seiring perjalanan waktu dan semakin hari semakin ramai, akhirnya kini ada sekitar 50 warga yang ikut di Kampung Jawi ini. Mereka ada yang jualan, tukang parkir atau tenaga bersih-bersih dan lainnya," ungkapnya.

Ditanya soal omset, pihaknya menyampaikan jika saat ini bisa mencapai Rp 2 hingga Rp 10 juta per malam. "Kalau pas malam minggu, hari libur atau ada event, omset kami bisa mencapai lebih dari Rp 10 juta. Ini saja kami masih ada beberapa yang belum tergarap. Seperti lokasi out bond. Kalau nanti selesai, semoga bisa bertambah lagi omset kami," katanya optimis.

Waktu terus berganti. Tidak terasa sudah dua hari satu malam ikut 'Village Tour' PWI Jateng bareng Pemkot Semarang. Sangat terkesan dan ingin balek lagi lain waktu. Masih banyak yang belum dikunjungi dan diungkap selama dua hari perjalanan. Ternyata berwisata di Kota Semarang, tidak cukup hanya dua hari satu malam. Ini saja baru Semarang sisi barat daya. Belum Semarang Timur (Kota Lama, Lawang Sewu, Simpanglima), Semarang sisi Barat laut (hutan magrove, bandara) serta Semarang Selatan (Banyumanik dan sekitarnya). Karena itu ayo berwisata ke Kota Semarang. Semarang Hebat!(Bag)

Sentimen: positif (100%)