Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina
Institusi: Universitas Indonesia
Kab/Kota: Koja
Kasus: kebakaran
Tokoh Terkait
Kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Ini Solusi agar Kejadian Tak Terulang
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Beberapa warga yang menjadi korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara dilarikan ke sejumlah rumah sakit, Jumat (3/3/2023) malam. (Istimewa)
Solopos.com, JAKARTA–Kebakaran Depo Pertamina Plumpang pada Jumat (3/3/2023) malam merupakan kejadian kali kedua. Kebakaran serupa pernah terjadi pada 2009.
Oleh karena itu perlu Kementerian BUMN perlu mencari solusi agar bencana yang sama tidak terjadi lagi di kemudian hari.
PromosiKonsisten Jaga Kualitas, Blesscon Raih Top Brand Award 3 Tahun Berturut-turut
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menyebut kebakaran kemarin malam lebih dahsyat dibanding peristiwa 2009.
Kebakaran Depo Pertamina Plumpang kali ini mengakibatkan 13 orang menginggal dunia, delapan orang hilang, dan puluhan lainnya luka.
Menurut Toto, tingkat fatalitas kebakaran Depo Pertamina Plumpang kali ini tinggi karena semakin banyak permukiman warga yang mepet aset vital Pertamina tersebut.
“Kebakaran Depo Pertamina Plumpang ini bukan pertama kali terjadi. Pada 2009 pernah terjadi juga, namun kebakaran kali ini [2023] lebih dahsyat dengan korban jiwa yang cukup besar,” kata Toto saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (4/3/2023), dikutip dari Antara.
Dia menjelaskan persoalan lokasi depo Pertamina Plumpang yang sangat mepet dengan permukiman warga merupakan masalah klasik. Dulu saat depo dibangun, lokasi Plumpang ini relatif masih steril dan tidak berdekatan dengan permukiman warga.
Namun koordinasi yang kurang baik dalam pengelolaan tata ruang dengan pemerintah daerah saat itu menyebabkan makin bertumpuknya pemukiman warga yang mendekati depo.
“Korban jiwa [akibat kebakaran] mungkin sebagian juga masyarakat yang rumahnya berhimpitan dengan Depo Pertamina Plumpang ini, secara aspek keselamatan jelas situasi ini sangat rawan,” ulas Toto.
Dia menyebut ada sejumlah solusi yang bisa diambil Pertamina untuk mengatasi masalah klasik tersebut.
Toto menilai Pertamina bisa membebaskan pemukiman warga yang mengepung depo sehingga lebih aman. Namun, jika tidak mampu membebaskan lahan penduduk perlu dicari lokasi lain untuk pengganti depo agar kebakaran Depo Pertamina Plumpang tidak terulang.
“Alternatif terakhir tidak mudah karena aspek teknikal yang meliputinya,” ulas Toto.
Toto mengatakan koordinasi lintas kementerian/lembaga negara dan pemerintah daerah menjadi kunci utama untuk menjaga keamanan aset vital ini.
“Koordinasi dengan BPN/Kementrian ATR, pemda setempat perlu segera dilakukan untuk mencegah situasi berulang seperti kasus Plumpang ke depan,” ujarnya.
Toto juga menyarankan Pertamina melakukan monitoring dan evaluasi atas kontrol preventif terhadap aset-aset strategis dan vital yang dimilikinya.
“Kementerian BUMN harus mengambil inisiatif segera untuk memastikan keamanan aset vital yang dimiliki BUMN,” sambung Toto.
Menteri BUMN Erick Thohir memerintahkan Pertamina segera mengusut tuntas dan melakukan evaluasi atas kasus kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Koja, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) malam.
Erick juga menyampaikan duka cita dan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada korban dan keluarga yang terdampak insiden terbakarnya pipa Pertamina di Koja, Jakarta Utara.
Selain delapan orang masih dinyatakan hilang, kebakaran pipa bahan bakar minyak di Depo Pertamina Plumpang itu juga mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan 49 orang mengalami luka bakar.
Korban meninggal dunia berada di Rumah Sakit Polri, sedangkan korban luka bakar ada di sejumlah rumah sakit, di antaranya Rumah Sakit Pelabuhan, RSUD Tugu Koja, Rumah Sakit Mulyasari, dan Rumah Sakit Koja.
Erick Thohir juga menegaskan kebakaran Depo Pertamina Plumpang tidak mengganggu suplai bahan bakar minyak (BBM).
Sentimen: negatif (99.8%)